MADRID--Para siswa berjilbab di sekolah-sekolah umum di Spanyol dibuat ketar-ketir menyangkut perdebatan panjang tentang perlu atau tidaknya larangan jilbab di sekolah-sekolah diundangkan. Hal ini semakin menekan penduduk Muslim Spanyol yang jumlahnya berkembang pesat selama dekade terakhir, Deutsche Presse-Agentur (DPA) melaporkan. Negara itu sekarang menjadi rumah bagi 300 ribu Muslim, sebagian besar imigran Maroko.
Selama ini, sekitar 60 persen sekolah-sekolah di wilayah Madrid memungkinkan siswa untuk mengenakan jilbab. Lainnya, melarangan penutup kepala, termasuk jilbab dan topi bisbol, yang biasa digunakan anak muda negeri ini.
Pro-kontra pelarangan jilbab ini merebak saat pemerintah sedang menyiapkan sebuah reformasi hukum untuk meningkatkan hak-hak agama minoritas di negara yang mayoritas penduduknya adalah Katolik ini. Namun dalam RUU itu jilbab tidak disebut secara spesifik. "Hal inilah yang menyulut polemik itu," tulis DPA dalam tajuknya.
Pemerintah Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero sejauh ini mengambil sikap hati-hati terhadap masalah ini. Mereka menyerukan toleransi dan dialog. Sedang pihak oposisi konservatif lebih kritis, dengan beberapa wakil-wakilnya secara terbuka mengkritik jilbab sebagai melambangkan penaklukan perempuan, sementara yang lain menyerukan hukum mengenai masalah ini.
Sejauh ini, pemerintahan Zapatero lebih menyerahkan persoalan jilbab ini ke sekolah masing-masing.
Red: Siwi Tri Puji.B
Sumber: DPA