View Full Version
Sabtu, 22 May 2010

Polandia, "Surga" bagi Muslim di Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA--Polandia menjadi berita utama baru-baru ini dengan kecelakaan pesawat tragis yang merenggut nyawa hampir 100 tokoh terkemuka di negara itu, termasuk Presiden Lech Kaczynski. Banyak media kemudian meneksplorasi kehidupan sosial di negeri itu. Salah satu yang disorot, adalah kehidupan Muslimin di negeri yang disebut-sebut sebagai "surga toleransi" ini.

Bagi Halima Szahidewicz, pemimpin komunitas Muslim di Bialystok, ibukota wilayah Podlaskie di timur laut negeri yang berbatasan dengan negara Lithuania dan Belarus, Polandia adalah surga bagi kaum Muslim. "Kami saling menenenggang, dan tak ada pertikaian menyangkut keyakinan," ujarnya, yang menjadi Muslim setelah kedua orang tuanya menjadi mualaf itu.

Hidup dalam damai, katanya, adalah keinginan semua orang di Polandia. "Kami  fokus pada kesamaan kami, kami juga mencoba untuk mengakui perbedaan-perbedaan di antara kami dan saling menjaga," katanya.

Menurutnya, Polandia mempunyai sejarah panjang persahabatan dengan Muslim sejak zaman dulu. "Bila di negeri tetangga kami Muslim disudutkan, kami saling hormat-menghormati di sini," ujarnya.

Saat ini, jumlah umat Islam di negara ini tidak diketahui sejak sensus terakhir pada tahun 2002 tidak menanyakan agama warga negara. Namun, diperkirakan jumlah mereka hanya sekitar 10 ribu, dan yang terbesar adalah Muslim etnis Tatar, disusul Turki. Muslim Tatar ada di di negara itu pada akhir abad ke-14.

Di Polandia, tak ada izin khusus bila hendak mendirikan masjid. Mereka juga bebas mengenakan jilbab dan memegang teguh tradisi masing-masing. Liga Muslim Polandia menjadi payung bagi semua aliran di negeri ini.

Szahidewicz yang kini berusia 70 tahun, melayani komunitas Muslim di Bialystok, rumah bagi sekitar 300 ribu Muslim.  DDia juga menjadi anggota Dewan Umum Katolik dan Muslim, sebuah organisasi yang mempromosikan saling pengertian dan bergerak di bidang dialog antaragama, khususnya  Katolik dan Muslim.

Meskipun ada belum ada insiden besar sebesar kebencian rasial atau etnis antara masyarakat yang berbeda di negara ini, penduduk setempat sempat dikejutkan oleh sebuah demonstrasi kecil menentang pembangunan sebuah pusat kebudayaan Islam, termasuk sebuah masjid di Warsawa, yang dilakukan  oleh hampir 100orang pada akhir Maret.

Namun umat Islam tak perlu buang-buang energi menggubrisnya. Karena pasa saat yang bersamaan, di seberang jalan kelompok lain yang terdiri dari lintas etnis dan agama meneriakkan slogan-slogan melawan Islamophobia.

Saat ini ada tiga masjid di Polandia, yang terakhir dibangun dekat Laut Baltik di sebelah utara pada tahun 1991, dua tahun setelah komunisme tumbang di negeri ini. Selain masjid, ada rumah-rumah doa kecil yang tersebar di seluruh negeri dimana masyarakat Muslim tinggal.

Szahidewicz menggarisbawahi bahwa kunci untuk mengatasi hambatan dan menjaga perdamaian antara kelompok-kelompok yang berbeda tak lain adalah saling menghormati satu sama lain. "Begitu banyak hal telah berubah dalam 600 tahun terakhir, tapi satu hal tetap sama: toleransi terhadap kami," ia menegaskan.

Red: Siwi Tri Puji.B
Sumber: Todays Zaman


latestnews

View Full Version