REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Makkah kebanjiran. Berita itu datang di awal tahun ini. Setelah diterpa hujan selama sekitar empat jam, beberapa ruas jalan di kota Suci itu mulai tergenang air. Bahkan, sebagian halaman Masjidil Haram dikabarkan ikut tergenang air setinggi mata kaki.
Kondisi geografis Kota Makkah yang berada di lembah dengan bukit-bukit yang mengelilinginya, seperti sebuah mangkok. Bila hujan deras datang, yang waktunya tidak bisa diperkirakan, maka banjir pun menyapa kota itu. Banjir yang terjadi Januari lalu itu bahkan bisa dibilang cukup besar karena terjadi di sejumlah titik di Kota Makkah.
Menilik sejarahnya, Ka'bah sudah beberapa kali terendam banjir. Pada zaman khalifah Umar bin Khattab, banjir dikabarkan juga pernah terjadi. Akibatnya, sejumlah dinding Ka'bah rusak terendam air karena pada masa itu pusat arah sholat bagi umat Islam itu belum dibangun dengan direkatkan semen, melainkan olah tanah atau lumpur.
Namun, banjir terbesar yang pernah direkam terjadi pada tahun 1941. Seperti terlihat dalam foto-foto, banjir itu terbilang cukup besar sehingga bisa mencapai leher orang dewasa. Mengapa saat itu banjir bisa terjadi? Penyebabnya, saluran air atau drainase di Kota Makkah belum sebaik sekarang. Air tidak mengalir dan hanya menggenang di Kota Makkah, termasuk Masjidil Haram, yang terletak paling rendah.
Karena curah hujan yang begitu tinggi, air tak bisa diserap bumi Makkah dalam waktu cepat. Sehingga air menggenang dan merendam Masjidil Haram. Akibat banjir itu bagian dasar tiang kayu yang berada di dalam Ka'bah menjadi rapuh dan rusak. Penguasa Kota Makkah saat itu kemudian memerintahkan perbaikan dan pembenahan saluran airnya.
Red: Budi Raharjo