View Full Version
Kamis, 29 Jul 2010

Pengusaha Muslim di Barat Berpeluang Tekan Citra Negatif Islam

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Pengusaha Muslim, terutama mereka yang mencari celah melebarkan sayap ke pasar Barat memiliki peluang mereduksi persepsi selip tentang Islam demikian menurut seorang pebisnsi Muslim asal Malaysi, Nazrin Shah. Pengusaha yang juga anggota kerajaan negeri jiran itu mengatakan bias terhadap Islam bisa dikurangi dengan menampilkan kualitas bertanggung jawab seorang warga negara terhadap komunitas lokalnya.

Ia berkata para pengusaha dapat memperoleh rasa hormat dan kredibilitas di pasar bersamaan ketika mereka memperkuat merek, meningkatkan loyalitas konsumen dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat lokal. "Ada empat motivasi bagi perusahaan untuk menerima tanggung jawab sosial sebab di sana ada reputasi, izin beroperasi, tanggung jawab moral dan keberlanjutan usaha," ujaranya dalam pembukaan acara Global Islamic Branding and Marketing Forum di Oxford.

Dalam pidato sambutannya, Nazrin menekankan Muslim, yang meraup 23 persen populasi dunia dalam pasar produk-produk berbasis syariah, memiliki nilai lebih dari 2 triliun rupiah. Angka itu secara signifikan, kata dia telah menjadi sebuah kekuatan ekonomi.

Sebagai hasil, peningkatan jumlah dan daya beli konsumen Muslim juga membuka kesempatan bisnis besar, baik bagi pemain Muslim atau pun non-Muslim. Kondisi ini, kata dia, juga menghadirkan kesempatan untuk membangun citra Islam lewat keterlibatan komersial dalam kepercayaan. "Tentu ini akan membantu meraih kesejahteraan di kalangan Muslim dan non-Muslim dalam hal kemanusiaan," ujarnya.

Toh, Nazrin juga menyebutkan kini pun terjadi kemunduran mengingat Barat tengah dilanda ketakutan dan keengganan terhadap Muslim dengan agamanya. Menurut suvei empat tahun lalu, kata Nazrin, 63 persen warga Inggris, 87 persen rakyat Prancis dan 88 persen Belanda meyakini Islam adalah agama yang paling banyak mengadopsi kekerasan.

"Peningkatan fobia Islam membawa citra negatif dan secara tak terelakkan mengguncang pula merek bisnis berbau Muslim, sehingga membuat luar biasa sulit bagi produk Islam untuk memasuki pasar Barat," ujarnya.



Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Bernama


latestnews

View Full Version