REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rasulullah Muhammad saw bersabda, "Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” Mengapa Rasullullah menasehatkan demikian? Sebab, puasa dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga terlindungi dari banyak penyakit dan itu terbukti dalam dunia medis.
Menurut Dokter Spesialis Saraf, Arman Yurisaldi, jika ditinjau dari segi medis, puasa dapat memengaruhi dua aspek pelakunya yaitu, aspek neuro-psikologis dan non-neuro-psikologis. Aspek neuro-psikologis, puasa menjadi sebuah ajang pengendalian diri dan kesabaran yang dapat melatih bagian otak di pusat pengendali emosi atau amygdala. Ketika emosi membaik, steroid dan adrenalin yang disekresi di dalam tubuh pun cukup dan dalam kadar normal.
Dengan demikian, papar Arman, emosi akan stabil dan daya tahan tubuh meningkat. Steroid yang dikeluarkan dalam kadar cukup membuat sistem pertahanan terhadap kuman meningkat, ini dikenal dengan istilah psiko-neuro-imunology. Menurut Arman, pola hidup Rasul saw harus selalu dijadikan teladan. Sepanjang hayatnya, Nabi saw., sakit hanya satu kali menjelang wafat. Sudah menjadi pengetahuan umum dikalangan sahabat dan pengikutnya bahwa Rasul saw., sering berpuasa sehingga emosinya stabil.
“Bila tubuh memiliki keadaan emosi tak terkendali, adrenalin akan melonjak sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi,” ungkapnya. “Steroid yang dikendalikan bagian otak cortisol akan disekresi oleh ginjal. Sehingga steroid dapat menurunkan jumlah serotonin di otak, Padahal serotonin adalah hormon yang mendorong perasaan gembira” tambahnya.
Arman juga menuturkan, penurunan serotonin akan menimbulkan depresi. Akibatnya orang merasa sedih, nafsu makan menurun, nafsu seks pada pasangan menurun, sulit tidur dan juga sering bermimpi buruk. “Jadi, sudah bisa dipastikan dari segi medis, puasa dapat menyehatkan jasmani dan rohani kita,” tuturnya.
Sedangkan pada aspek nonneuro-psikologik, tambah Arman, puasa dapat menjadikan organ-organ penceranaan beristrirahat sejenak. Apabila organ tubuh terus menerus bekerja insulin bisa terhenti dan berakibat diabetes. Begitu juga dengan jantung, lambung dan usus, kerja mereka, kata Arman, akan kembali stabil dengan kebiasaan berpuasa.
Dengan demikian, lanjut Arman, jiwa dan pikiran orang yang berpuasa akan selalu stabil karena dilingkupi suasana keimanan, banyak beribadah, berzikir, dan membaca Alquran. Mereka yang berpuasa akan menghindarkan diri dari amarah dan kecemasan, menekan keinginan dan mengarahkan potensi-potensi psikis dan fisik ke arah yang positif dan bermanfaat.
Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Rep: Irdatul Aini