View Full Version
Selasa, 10 Aug 2010

Ini Dia Alasan Boikot Kurma Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun 2004 Mahkamah Internasional memutuskan bahwa permukiman Israel adalah ilegal karena dibangun di atas tanah Palestina dicuri. Bertani kurma merupakan salah satu kegiatan pertanian utama yang dilakukan oleh hampir setengah dari pemukiman ilegal Israel yang terletak di Jordan Valley itu. Kurma dianggap tanaman yang paling menguntungkan, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kelangsungan hidup ekonomi mereka.

Bertanam kurma perlu kerja keras, sehingga para pemukim Israel membawa buruh Palestina untuk melakukan pekerjaan ini. Selama musim pemangkasan pekerja didrop ke perkebunan kurma sejak pukul 05.00 pagi, dan tanpa alat mereka memanjat ke atas pohon-pohon yang rata-rata tingginya mencapai 10 meter itu. Mereka harus bekerja nonstrop hingga delapan jam tanpa istrirahat dan tak ada akses untuk turun hingga crane pengangkut "mengambil" mereka dari atas pohon dan menurunkannya.

Selama delapan jam itu para pekerja melekat pada pohon dengan satu tangan dan bekerja dengan tangan yang lain untuk memenuhi kuota mereka. Mereka bahkan tidak bisa istirahat untuk pergi ke toilet. Jika mereka mengeluh atau jatuh, mereka akan kehilangan pekerjaan mereka.

Belakangan, petani Israel lebih memilih untuk mempekerjakan anak-anak - bahkan mereka mengeluarkan izin kerja resmi, karena mereka cepat dan ringan, bisa memanjat pohon lebih cepat, dan tidak "rewel" soal upah. Mereka yang umumnya berasal dari keluarga miskin menerima diberi ongkos berapapun.

Sebagian besar tanaman kurma Israel - sampai 80 persen -- diekspor, terutama ke Eropa dimana pangsa pasar sekitar 10 persen. Pada tahun 2005, ekspor buah kurma menjadi ekspor buah unggulan israel.

Kedua perusahaan Israel utama yang terlibat adalah Agrexco dan Hadiklaim.

Agrexco, setengah yang dimiliki oleh pemerintah Israel, menangani 60-70 persen dari semua barang yang diproduksi di pemukiman ilegal. Kurma mereka  memiliki nama merek Carmel, Jordan Plains, dan Jordan Valley. September lalu, seminggu sebelum awal Ramadhan, Carmel membual dalam siaran pers mereka bahwa mereka telah melakukan panen raya kurma dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan kurma Ramadhan untuk Muslim Eropa!

Hadiklaim menjual 65 persen dari semua kurma yang diproduksi di Israel. Kurma mereka memiliki nama merek King Solomon dan Jordan River. Mereka juga menyediakan kurma Israel untuk supermarket dan rantai pasar riteldengan nama mereka sendiri merek, atau istilahnya home product. Di antaranya adalah untuk Marks & Spencer, Sainsbury's, Tesco, dan Waitrose.

Aktivis perdamaian yang mengunjungi desa Palestina Fasayl di Jordan Valley tahun lalu menemukan bahwa warga desa secara perlahan dipaksa keluar dari tanah mereka oleh tentara Israel. Kehidupan yang dibiarkan terbuka untuk mereka adalah dengan  bekerja untuk Karmel Agrexco. Para aktivis bahkan berbicara kepada dua anak Palestina di bawah usia 12 tahun yang bekerja untuk Karmel.

Para pekerja Palestina yang tanahnya telah dicuri dan dipaksa bekerja untuk Karmel hanya demi untuk makan keluarga mereka - mereka memiliki pesan untuk para aktivis perdamaian, sebuah permohonan bagi siapa saja yang mau mendengarkan - mereka mendesak mereka untuk mengambil tindakan terhadap Karmel Agrexco dan seperti perusahaan yang mendukung apartheid Israel.

Inilah yang menjadi awal gerakan boikot produk Israel di Eropa, terutama di Inggris.

Salah satu pengusung gerakan ini adalah Innovative Minds dan The Islamic Human Rights Commission. Mereka mengedukasi warga betapa dengan membeli produk Israel, mereka seperti memupuk ladang kurma mereka dan mendulang banyak euro dan poundsterling bagi pemukim Yahudi, sementara warga Palestina tak mendapatkan setetespun keuntungan.

Salah satu bentuk kampanye mereka, adalah membuat website khusus, leaflet, dan film dokumenter berjudul Zaynab Story yang bisa diunduh melalui situs mereka (http://www.inminds.com/boycott-israeli-dates.php) atau Youtube.

Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: inminds.com


latestnews

View Full Version