View Full Version
Sabtu, 14 Aug 2010

Masjid Jami Nairobi: Arsitektur Arab di Tanah Afrika

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bangunan dengan atap berbentuk kubah berwarna perak itu tampak mencolok dan menonjol di antara bangunan-bangunan lainnya di pusat bisnis kota Nairobi, Kenya. Bangunan tersebut merupakan simbol keberadaan komunitas Islam di negara Afrika Timur ini. Bangunan yang dimaksud tak lain adalah Masjid Jamia Nairobi.

Masjid yang terletak di Kigali Road yang berada di kawasan pusat bisnis kota Nairobi merupakan masjid terbesar di Kenya dan terindah di Afrika Timur. Ruang shalat di masjid tersebut mampu menampung hingga 12 ribu orang jamaah dalam waktu bersamaan.

Meski merupakan masjid terbesar di Kenya, namun sedikit sekali sumber literatur yang mengungkapkan tentang awal mula berdirinya bangunan Masjid Jamia Nairobi ini. Beberapa sumber literatur menyebutkan Masjid Jamia Nairobi dibangun pada tahun 1925. Pencetus pendirian pertama kali masjid ini adalah Sayyid Abdullah. Setelah beberapa tahun kemudian, masjid tersebut direhab berkat dana yang disumbangkan oleh Syekh Zaid bin Sulthan Al-Nahyan selaku kepala negara Uni Emirat Arab kala itu.

Masjid Jamia Nairobi dibangun dengan gaya khas Muslim Arab, lengkap dengan kubah hiasan marmer dan tulisan ayat-ayat Alquran pada dinding bagian dalam. Namun kekhasan yang dimiliki bangunan masjid ini justru terletak pada bagian kubah. Tiga buah kubah yang terdapat pada bangunan Masjid Jamia didesain menggunakan warna perak.

Dua buah bangunan menara kembar tampak mengapit bangunan utama masjid. Kedua menara ini berada di sisi kanan dan kiri bagian depan bangunan masjid. Dinding pada bagian luar bangunan utama masjid dan menara didominasi warna abu-abu dengan ornamen dari bahan plesteran.

Kendati Islam merupakan agama minoritas di Kenya, namun Nairobi merupakan tempat bagi bangunan tempat ibadah umat Islam ini. Selain Masjid Jamia, di ibukota Kenya ini juga terdapat banyak bangunan masjid lainnya. Salah satunya adalah Masjid Khoja, yang terletak tidak jauh dari pusat perbelanjaan di kota Nairobi. Keberadaan bangunan-bangunan masjid di kota Nairobi ini tidaklah berlebihan, mengingat sekitar 10 persen dari populasi penduduk Kenya adalah Muslim.

Ajaran Islam telah masuk ke wilayah Kenya saat ini sejak abad ke-2 Masehi melalui jalur perdagangan. Adalah para pelaut dari negeri-negeri Arab yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Kenya. Bukti tertulis menunjukkan bahwa para pelaut Arab ini kerap melintasi Semenanjung Arab dan Pantai Timur Afrika, yang membentang dari wilayah Somalia ke Mozambik saat ini, untuk berdagang.

Beberapa di antara mereka kemudian ada yang tinggal dan menikah dengan penduduk lokal. Karenanya tak mengherankan jika penduduk Muslim di sana banyak ditemui di kawasan pesisir timur laut Kenya. Bukti awal kehadiran Islam di Kenya bisa dijumpai pada koleksi emas, perak dan koin yang disimpan di Masjid Lamu. Koleksi-koleksi tersebut berasal dari tahun 830.

Laporan lain menyebutkan bahwa Islam dibawa ke Kenya oleh dua orang kepala suku Arab asal Oman bernama Sa'id dan Sulaiman. Dikisahkan keduanya melarikan diri dari tanah kelahiran mereka, setelah menolak untuk menyerahkan diri kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan, penguasa kekhalifahan Islam saat itu. Turut serta dalam pelarian tersebut seluruh anggota keluarga dan pendukung keduanya. Mereka mendarat di Pate, sebuah pulau yang terletak di kepulauan Lamu, dan menetap di sana.

Pada abad ke-12 hingga abad ke-15, di wilayah timur laut Kenya mulai banyak berdiri kota-kota Islam. Kota-kota ini mengalami perkembangan pesat di bidang sosial keagamaan maupun ekonomi. Pada 1331, seorang penjelajah Muslim terkenal asal Maroko, Ibnu Batutah, mengunjungi Mombasa (kota kedua terbesar di Kenya, red) yang dijelaskan dalam sejumlah literatur sejarah sebagai sebuah kota dengan banyak jalan dan bangunan bertingkat pada masa itu.

Red: Budi Raharjo
Rep: Nidia Zuraya


latestnews

View Full Version