REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Gubernur New Jersey dari Partai Republik mengecam para politisi Amerika Serikat yang menunggang isu pembangunan masjid di dekat Ground Zero sebagai kendaraan politiknya. Ia menyebut baik politisi Demokrat dan Republik untuk menggunakan pusat Islam itu sebagai "sepak bola politik." "Sungguh itu merupakan cara murahan untuk meraih dukungan," ujarnya geram.
Komentar Chris Christie kontras dengan koleganya dari Partai Republik, termasuk Newt Gingrich dan Sarah Palin yang terus menyerang proyek itu. Ia bahkan memperingatkan para politikus dan menyebut mereka berlebihan dan hanya besar omong. Padahal, katanya, mereka tak tahu apa-apa tentang duduk persoalan yang sebenarnya. "Saya berkata demikian sebagai seseorang dengan koneksi lebih dekat dengan tragedi itu," ujarnya.
Christie menjabat sebagai Jaksa Agung New Jersey saat serangan 11 September 2001 terjadi, dan banyak dari hampir 3.000 orang yang meninggal dalam runtuhnya Menara Kembar berasal dari wilayah ini. New Jersey juga merupakan co-owner World Trade Center.
"Mengingat posisi terakhir saya, bahwa saya adalah jaksa pertama AS pasca 9/11 di New Jersey, saya mengerti rasa sakit akut dan duka anggota keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih hari itu di tangan para ekstremis Muslim radikal," kata Christie. "Dan kepekaan dan keprihatinan mereka harus diperhitungkan. Hanya karena sudah hampir sembilan tahun kemudian, sensitivitas mereka tidak dapat dan tidak boleh diabaikan."
Namun, katanya, terlalu picik jika sikap itu diterjemahkan dengan menolak pendirian masjid. "Kita tidak bisa melukis semua orang Islam dengan sikap itu. Kita harus membawa mereka (umat Islam Amerika) bersama-sama dan terlibat dengan kita. Penolakan masjid menyinggung perasaan saya. Lebih dari semua ini, adalah bahwa itu digunakan sebagai sepak bola politik oleh kedua belah pihak dan ini sangat mengganggu saya."
Ia menolak untuk berkomentar soal pembangunan masjid itu. "Saya tidak akan mengomentari ini lebih jauh karena hanya menempatkan saya di arena politik yang sama dengan mereka," katanya.
Sementara itu, Aktivis Muslimah New York, Deisy Khan, menilai gerakan anti pembangunan masjid di dekat Ground Zero sudah makin tak terkontrol dan cenderung rasis. Mereka, katanya, tak lagi menyoal pembangunan masjid semata, namun mengarah pada kebencian terhadap umat Islam.
"Ini seperti anti-Semitisme di masa lalu, dibuat sistematis. Itu yang kita rasakan sekarang," kata Daisy Khan dalam acara This Week di stasiun ABC.
Menurutnya, mereka menutup telinga pada penjelasan apapun dan menutup rapat pintu dialog. Saat presenter acara menanyakan apakah ini bentu fobia Islam? Ia menggeleng.
"Itu bahkan bukan Islamophobia. Mereka benci Islam dan Muslim. Dan kita sangat prihatin," kata istri Imam Feisal Abdul Rauf, salah satu penggagas masjid Ground Zero ini.
Meskipun demikian, ia mengaku bangga sebagai Muslim dan akan terus mendukung upaya pembangunan masjid itu. "Dewan telah sangat mendukung, banyak politisi juga mengambil langkah itu, juga Walikota Bloomberg," ujarnya. "Dan kita harus menyadari bahwa kita juga memiliki hak konstitusional untuk itu (mendirikan masjid)."
Menurutnya, seperti umat Islam kebanyakan di belahan dunia manapun, dan juga dialami kelompok agama manapun, ia juga mencemaskan tumbuhnya ekstremisme di kalangan umat. Itu sebabnya, pendirian pusat budaya Islam itu menjadi sangat penting. "Kami memiliki komunitas Muslim di seluruh bangsa bahwa kita harus prihatin, dan kita harus khawatir tentang ekstremis juga, karena mereka merampas saat ini."
Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: ABC News