REPUBLIKA.CO.ID,Kaum muslim Belanda yang disebut bulmus (bule muslim) seperti tahun-tahun sebelumnya menggelar acara bukber setiap hari Sabtu dari rumah ke rumah. Mereka merasa lebih hangat.
Acara buka bersama (bukber) berlangsung dari rumah ke rumah, karena itu bisa mendekatkan satu sama lain dan lebih akrab, ungkap Wim Schouten seorang bulmus beristrikan wanita Indonesia. Wim mengundang belasan sesama bulmus untuk buka bersama di rumahnya di bilangan mewah Driebergen.
Hal itu diamini Jeroen de Graaff, bulmus lainnya. "Kalau buka bersama di mesjid kita tidak bisa duduk bersama istri dan anak-anak. Dan kalau di rumah sendirian juga sangat sepi, kurang asyik," tegasnya.
Sabtu sebelumnya Jeroen de Graaff yang jadi tuan rumah acara bukber di Harmelen daerah indah dekat Utrecht. Buka bersama di kediaman Jeroen bukan saja dihadiri kaum muslim saja, tetapi juga tamu non-muslim. "Ayah dan ibu saya orang Belanda asli dan memeluk agama Kristen. Justru pada saat Ramadhan ini kesempatan kami saling mendekatkan diri." kata sarjana geologi Universitas Utrecht itu.
Bu Riet dan Pak Jos, orangtua Jeroen sangat mendukung keseriusan beragama Jeroen dan Aisyah, istrinya yang asal Sumbawa itu. Orang tua dengan senang hati hadir di acara buka bersama. Jeroen sudah sejak 12 tahun memeluk agama islam.
"Walaupun awalnya kami keberatan Jeroen berpindah agama, namun akhirnya kami bisa menerima pilihan dia. Sebenarnya antara agama Kristen dan Islam memiki banyak persamaan. Agama kami juga mengenal puasa," ungkap bu Riet kepada Radio Nederland.
Para bulmus itu, dari penampilannya tidak langsung bisa dikenali sebagai muslim yang berpeci, berjubah dan berjenggot. Wim dan Jeroen tak ubahnya seperti kebanyakan bule lainnya, berkemeja biasa dan bercelana jeans.
Puasa Bukti
Sama halnya dengan Peter Harmsma, seorang bule muslim yang juga tidak bisa dikenali langsung dari penampilannya. Tapi kalau sudah ngobrol, baru akan tampak. Sebagai seorang PhD fisika optic dia mengaku tidak begitu saja langsung masuk Islam, ketika akan menikahi Rita wanita Jakarta beberapa tahun lalu.
"Itu adalah perjuangan panjang, dari cara pandang ilmu kita tidak mengenal batas dan selalu mencari bukti." Tetapi setelah menemukan keyakinannya, akhirnya dia melihat puasa sebagai bagian dari bukti ketaatan dan cinta sesama," ungkap pria beranak dua itu.
Zakat 7,5 Euro
Sebagai bendahara organisasi muslim Indonesia-Belanda, Bina Da'wah, Peter bertugas mengumpulkan uang zakat untuk sekitar 50an anggotanya. "Tahun ini kami salurkan uang zakat untuk korban banjir di Pakistan. Zakat fitrah kami tetapkan sama dengan tahun lalu 7,5 euro," tegasnya sambil membagikan kwitansi kepada pembayar zakat.
Acara buka bersama organisasi bulmus hanya berlangsung setiap hari Sabtu saja. "Lainnya kita sendiri-sendiri atau di mesjid Maroko atau Turki yang terdekat, " tegas George Muishout, ketua Bina Da'wah. Ia memilih seminggu sekali buka bersama.
"Sebab kalau buka bersama setiap hari, kasian anak-anak harus begadang sampai jam 12 malam. Buka puasa jam sembilan malam dan selesai tarawih bisa tengah malam, padahal besoknya mereka harus bangun pagi," jawabnya bijaksana.
Sebagai bulmus, George memang sangat gigih. Berbekal bakat berbahasa ia sudah mampu menguasai bahasa Arab dalam tempo yang singkat. Didukung hobi membacanya, membuat pria blasteran Yahudi itu sekarang menguasai ilmu agama di atas rata-rata. Tidak heran ketika pria yang fasih bahasa Indonesia itu juga sering diundang menyampaikan ceramah di kota-kota lain.
Para bulmus yakin mereka bisa menjalankan puasa dengan baik walaupun hidup di negara yang mayoritasnya non-muslim. Mereka menjadikan acara buka bersama sebagai kesempatan mendekatkan diri kepada sesama.
Red: Krisman Purwoko
Sumber: radio netherlands