REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT--Ratusan pemukim Yahudi berpartisipasi dalam upacara peletakan batu pertama pembangunan pusat penitipan anak di permukiman Yahudi di Kiryat Netafim, Tepi Barat, Minggu. Acara ini menandai "syukuran" berakhirnya moratorium pembangunan permukiman yang diberlakukan menjelang pembicaraan damai Israel-Palestina. Dua buldoser dikerahkan ke dua wilayah untuk mulai meratakan tanah.
Masih dalam rangkaian peletakan batu pertama ini, mereka menerbangkan ratusan balon diiringi tepukan warga.
Dalam kota Revava, sebuah permukiman di Tepi Barat, sekitar 2.000 aktivis menerbangkan 2.000 balon di biru dan putih sebagai simbol bendera Israel pada saat matahari terbenam hari Minggu. Balon itu dimaksudkan untuk melambangkan 2.000 pemukim mengatakan apartemen yang siap dibangun segera.
"Hari ini sudah berakhir dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan itu tidak pernah terjadi lagi," kata pemimpin pemukim Dani Dayan di kerumunan. "Kami kembali dengan energi baru dan tekad baru untuk mengisi tanah ini."
Masalah permukiman menjadi ganjalan perundingan damai Israel-Palestina. Sepuluh bulan pemberlakuan moratorium membuat Yahudi "libur" sejenak dari langkah mencaplok tanah warga Palestina.
Persoalan inilah yang membuat perudingan damai terancam batal. Sejauh ini, belum ada pernyataan Palestina tentang masa depan pembicaraan usai berakhirnya moratorium ini. Palestina meminta pertemuan 4 Oktober yang dihajat Liga Arab untuk membahas situasi ini.
Menit-menit setelah berakhirnya moratorium, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerukan kepada Palestina tidak untuk meninggalkan meja perundingan. Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mengatakan bahwa "niat untuk mencapai perdamaian adalah tulus." Palestina mempertanyakan apakah mereka bisa berdamai dengan Netanyahu, yang dikenal sebagai tokoh garis keras.
Pemukim Israel tidak menunggu, merayakan akhir moratorium dan merencanakan untuk mengirim buldoser ke dua tempat di Tepi Barat Senin pagi.
Palestina telah mengatakan mereka akan mundur dari perundingan jika Israel kembali meneruskan pembangunan permukiman, meskipun Presiden Mahmoud Abbas mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan hari Minggu di harian Al Hayat bahwa ia akan berkonsultasi dengan mitra-mitra Arab untuk menimbang pilihannya.
Berbicara di Paris hari Minggu, Abbas mengatakan, "Hanya ada satu pilihan di depan Israel. Damai atau melanjutkan pembangunan (permukiman)."
Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton mengadakanpembicaraan darurat dengan Netanyahu dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, perwakilan dari "Kuartet" pembawa damai Timur Tengah. Juru bicara Departemen Luar Negeri PJ Crowley juga mengatakan utusan khusus AS untuk perdamaian Timur Tengah George Mitchell dan Jeffrey Feltman, pejabat kepala Timur Tengah Departemen Luar Negeri AS, berunding dengan perunding Palestina Saeb Erekat Minggu sore di New York. "Kami terus mendorong perundingan untuk terus dilanjutkan," kata Crowley.
Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: AP?Reuters