REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Imam Besar Al-Azhar mengecam seruan Paus Benediktus XVI untuk para pemimpin dunia untuk membela orang-orang Kristen di Mesir sebagai bentuk campur tangan dalam urusan negaranya. Demikian laporan kantor berita resmi MENA.
Seruan itu dikemukakan Paus terkait bom mobil mematikan di sebuah gereja di Mesir utara. "Ini adalah bentuk campur tangan yang tidak dapat diterima dalam urusan Mesir," kata Ahmed al-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, pada wartawan. "Saya tidak setuju dengan pandangan Paus, dan saya bertanya mengapa Paus tidak meminta perlindungan Muslim ketika mereka menjadi sasaran pembunuhan di Irak?" ujarnya dalam sebuah konferensi pers.
Dalam misa Tahun Baru di Vatikan, Paus Benediktus mengimbau untuk "sebuah keterlibatan konkret dan konstan dari pemimpin bangsa" untuk melindungi orang Kristen di Timur Tengah, dalam apa yang disebut sebagai "misi yang sulit." Di belakang ketegangan dan "terutama diskriminasi, pelecehan dan intoleransi agama Kristen yang saat ini mencolok pada khususnya, saya sekali lagi menekan untuk tidak menyerah pada kekecewaan dan pengunduran diri," katanya.
Tayeb, yang juga mengutuk pemboman gereja Malam Tahun Baru yang menelan korban 21 jiwa, mengatakan Al-Azhar, lembaga pendidikan Islam tertua, akan membentuk komite bersama dengan Gereja Koptik untuk menyelesaikan perselisihan antarmasyarakat. "Komite, yang mulai bekerja dalam dua minggu ini, akan mendiskusikan alasan untuk penurunan hubungan Muslim-Katholik dan mengusulkan solusi yang tepat,"katanya.
Tayeb kemudian bertemu dengan kepala Gereja Koptik Mesir, Paus Shenouda III, di Katedral St Mark, Kairo