REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Pemerintah Barack Obama sedang berunding dengan para pejabat Mesir mengenai satu usulan bagi pengunduran diri segera Presiden Hosni Mubarak , kata surat kabar The New York Times, Kamis.
Berdasarkan usulan itu, Mubarak akan menyerahkan kekuasaan kepada satu pemerinth peralihan yang dipimpin Wakil Presiden Omar Suleiman dengan dukungan militer Mesir, kata surat kabar itu, mengutip para pejabat pemerintah dan diplomat Arab.
Juga diusulkan pemerintah peralihan agar mengikut sertakan satu kelompok-kelompok oposisi termasuk Ikhwanul Muslimin yang terlarang , untuk mulai menyusun satu sistem pemilihan negara itu dalam usaha meyelenggarakan pemilu yang bebas dan jujur September, kata surat kabar itu.
Mengomentari berita itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS P.J Crowley mengatakan, "Presiden, Menlu Hilalary Clinton dan para pejabat lainnya telah mendorong pemerintah Mesir memulai satu transisi yang tertib."
Para pejabat senior Obama mengatakan usul itu adalah salah satu dari beberapa opsi yang sedang dibicarakan dengan para pejabat tinggi Mesir pemerintah Mubarak, kendatipun tidak secara langsung dengan dia, dalam usaha untuk meyakinkan dia mengundurkan diri sekarang,kata surat kabar itu.
Dekat dengan CIA
Omar Suleiman, calon presiden pengganti Mubarak, diberitakan pernah mengatur interogasi brutal terhadap terdakwa teror yang diculik oleh CIA. Suleiman juga dikabarkan sempat menjadi operator yang sangat sibuk untuk melakukan negosisasi gencatan senjata yang sensitif dengan Israel dan Palestina dan juga pembicaraan di antara faksi-faksi yang bermusuhan di Palestina.
Suleiman merupakan produk dari hubungan AS-Mesir yang mendapakan pelatihan pada periode 1980-an di Sekolah dan Pusat Militer Khusus John F. Kennedy di Fort Bragg di North Carolina.
Setelah invasi AS ke Irak pada 2003, CIA bergantung pada Suleiman untuk menerima transfer tahanan yang bernama Ibn Sheikh al-Libi yang oleh pejabat AS diharapkan dapat membuktikan adanya keterkaitan antara rezim Saddam Hussein di Irak dengan Al-Qaida.
Dalam buku "Ghost Plane" yang menulis mengenai program pengiriman tahanan itu, wartawan Stephen Grey menulis bahwa Mesir menghadapi kritik publik dari parlemen mengenai catatan HAM-nya.
"Namun secara rahasia, pria seperti Omar Suleiman, intelijen paling kuat sekaligus polisi rahasia melakukan pekerjaan kami, pekerjaan yang bagi negara barat tidak ingin mereka kerjakan sendiri," tulisnya.
Red: Stevy Maradona