REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES - Teroris adalah Muslim. Begitu pula sebaliknya. Itulah yang selama bertahun-tahun tergambar dalam film-film besutan Hollywood. Namun, ke depan gambaran ini perlahan-lahan akan dikikis.
Adalah The Muslim Public Affairs Council (MPAC) yang menggagas dakwah di antara insan perfilman Holywood. Pengajarnya, adalah insan-insan perfilman yang sebelumnya pernah berjaya di ajang Emmy Awward atau Academy Awward. Mereka akan membedah bagaimana semestinya sebuah film yang menggambarkan tentang Islam dibuat.
MPAC - yang kerap dijuluki Muslim biro Hollywood - tidak bekerja sendirian. Ada Unity Productions Foundation, lembaga anti diskriminasi, yang juga meluncurkan proyek senada bertajuk Muslims on Screen and Television.
Bersama Levantine Cultural Center dan Film Independent, mereka sepakat membentuk jaringan aktor Muslim dan training serta mentoring bagi insan perfilman Hollywood.
"Idenya adalah untuk benar-benar memberikan Muslim sebuah jalan untuk menceritakan kisah mereka. Di sisi Hollywood, ada rasa ingin tahu tentang Islam dan keingintahuan tentang siapa Muslim itu. Ada ketakutan yang kita lihat berasal dari hanya mendengar satu sumber saja dan selalu tentang sisi negatifnya," kata Deana Nassar, menghubung MPAC dan Hollywood.
Dalam lokakarya screenwriting pertama yang dilakukan akhir pekan lalu, tak diduga sebanyak tiga lusin insan perfilman antusias mengikuti acara ini. Penulis komedi pemenang Emmy Awward, Ed Driscoll, memberikan tips menuliskan script cerita film.
Khadijah Rashid, 33 tahun, ada di antara peserta. Dia adalah pekerja Hollywood yang pernah meraih penghargaan saat menggarap skenario film Ray.
Menurutnya, banyak yang tak terkisahkan tentang Muslim di negara itu. Muslim, katanya, tak melulu tentang teror. Ia sendiri merasa sebagai korban teror, meski dalam lingkup kecil. Misalnya saja, wanita yang dibesarkan di Deep South ini saat kecil selalu membawa potongan keju kering dari rumahnya untuk makan siang, karena di kantin sekolah hanya tersedia makanan dari daging babi. "Drama semacam ini, mana ada dalam film Hollywood," katanya.
Ia menceritakan, belakangan memang ada angin segar di Hollywood terkait hal ini. "Ada kesadaran untuk menggambarkan Islam secara lebih objektif," katanya.
Hal ini diamini Ahmos Hassan, seorang pencari bakat yang juga seorang Muslim-Amerika yang berkecimpung dalam bisnis perfilman selama lebih dari dua dekade. "Industri ini telah menaruh perhatian lebih dalam menceritakan kisah-kisah otentik Muslim dalam beberapa tahun terakhir," katanya.
Banyak permintaan tentang pembuatan film bertema Islam, katanya, namun semua terbentur pada miskinnya wawasan penulis naskah yang mumpuni. "Mereka perlu membawa itu ke industri ini dan saya pikir Hollywood lebih terbuka sekarang, lebih dari sebelumnya," kata pemilik Chariot Management ini.