


REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Israel menyelidiki  status kewarganegaraan Itai Bar, pria 35 tahun yang mengaku bukan Yahudi  dalam sebuah wawancara dengan Haaretz. Warga Kibbutz ini  menjadi nara sumber tentang keluarga dalam rubrik Family Affair di media  ini. Kantor kependudukan setempat telah menyatakan 'memblokir' KTP-nya.  
Kementerian Dalam Negeri Israel membenarkan langkah jajarannya.  Bahkan, kemungkinan 'keyahudian' keluarganya juga akan diinvestigasi. 
Bar  diminta oleh wartawan Avner dan Reli  Abrahami untuk menceritakan kisah  keluarganya untuk kolom mingguan mereka. Ayah Bar, seorang Katolik,  tiba di kibbutz sebagai sukarelawan setelah Perang Enam Hari, dimana ia  bertemu ibu Bar, anak perempuan dari seorang ibu Katolik dan ayah yang  selamat dari Holocaust. Bar lahir di Shoval dan Ibrani adalah bahasa  asalnya. Dia menyebutkan dalam wawancara bahwa ia keliru digambarkan  sebagai Yahudi di kartu identitasnya.
Tiga hari lalu, Bar tiba di  kantor registrasi penduduk di Be'er Sheva untuk mendapatkan sebuah  dokumen yang ia butuhkan. Yang mengejutkan, petugas mengatakan kepadanya  bahwa permohonan KTP-nya diblokir. "Dia mengatakan bahwa ada peringatan  tentang kebangsaan saya," katanya. 
Ia kemudian bertanya siapa  yang melaporkan, dan petugas itu mengatakan tak tahu, tapi mungkin ada  hubungannya dengan artikel Haaretz. "Saya disuruh menuju meja petugas  lain, yang mulai menanyakan tentang kakek-nenek saya. Saya mengatakan  bahwa ia melanggar hak-hak sipil pada saya. "
Kemudian, Bar  menghubungi wakil pimpinan kantor itu. "Dia bertanya apakah saya orang  Yahudi, dan aku mengatakan ya, saya disunat dan aku merayakan hari libur  Yahudi."
Wakil direktur kemudian membuka file Bar, tetapi  memperingatkan bahwa kasusnya diteruskan ke kantor Kementerian Dalam  Negeri di Jerusalem. 
Juru bicara Departemen Dalam Negeri, Sabine  Haddad, membantah keras kemarin bahwa dia sumber informasi, dan  menekankan bahwa proses tidak akan mengubah status  Bar di Israel.