View Full Version
Selasa, 23 Jun 2015

Psikologi Islam: Perilaku Koruptif, Malas, Kasar, Dusta, PencitraanTerjadi Karena Qalbu-nya Sakit

Sahabat Voa-Islam,

Perilaku seseorang tidaklah terjadi dengan sendirinya, setiap perilaku selalu ada sebabnya, ada tujuannya dan perilaku itu bersifat unik untuk tiap-tiap orang. Setiap perilaku, sebelum muncul kepermukaan, ia akan melewati suatu proses yang dikendalikan Qalbu. Qalbu adalah ‘Master of Control’ dari perilaku, qalbu bagaikan Raja yang mengendalikan semua perilaku seseorang. Rasulullah SAW sudah menyampaikan bahwa baik atau buruknya perilaku seseorang ditentukan oleh qalbu-nya.  

Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka semua tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah qalbu.” (HR. Bukhari)

Setiap perilaku diawali oleh bisikan hati dan buah pikiran seseorang. Bisikan-bisikan hati dan buah pikiran yang bersumber dari Ilmu, Amal dan Akhlaq adalah bahan baku munculnya perilaku manusia. Bisikan hati dan buah pikiran akan berkembang menjadi sebuah ide, lalu ide itu akan menjelma menjadi kehendak, lalu kehendak yang kuat akan menghasilkan sebuah perilaku.  Perilaku yang berulang-ulang dilakukan akan membentuk suatu kebiasaan pada seorang individu.

Dengan demikian setiap kualitas perilaku yang muncul tergantung kepada bahan baku yang masuk kedalam qalbu. Qalbu akan memproses semua bahan baku yang masuk, artinya qalbu akan berfungsi sebagai prosesor terhadap semua data yang diterimanya. Untuk bisa menghasilkan suatu perilaku maka dia akan memproses semua bahan baku yang masuk. Jika bahan bakunya adalah bisikan hati yang baik, yaitu bisikan hati yang berorientasi kepada Rabb-nya, tertuju kepada Rabb, dan yang terkonsenterasi untuk memperoleh ridha dan kecintaan-Nya, maka perilaku yang muncul juga akan baik. Setiap kebaikan itu pasti berasal dari Allah, setiap petunjuk berawal dari-Nya, setiap kebenaran itu adalah berupa taufik (perlindungan) dari Allah, dan setiap kesesatan dan keberpalingan dari-Nya hanya dapat terjadi karena adanya penelantaran dan pengabaian dari Allah terhadap hamba-Nya. Sebaliknya, jika bisikan yang masuk adalah bisikan yang buruk dan kotor, yang menjauh dari panggilan Rabb dan Rasul-Nya maka perilaku yang muncul adalah perilaku yang juga kotor, buruk, penuh dengan kemaksiatan dan dosa. Semakin dia dekat dengan kemasiatan dan dosa, dan hal-hal yang menjijikkan maka orang-orang ini akan jauh dan semakin jauh dari taufik dan rahmat Allah.   

Pemberian taufik dan penelantaran Rabb terhadap hamba-Nya tergantung kepada kelayakan hamba tersebut untuk menerimanya. Jika seorang hamba tidak bisa mensyukuri nikmat yang telah diperolehnya maka dia layak untuk mendapatkan penelantaran atau pengabaian dari Allah, namun jika hamba tersebut mampu bersyukur atas segala nikmat yang telah didapatnya dan meyakini bahwa semua kenikmatan itu adalah karena sedekah dan kenaikan Allah padanya, nikmat itu adalah milik Allah, dan bukan karena pengetahuan, keterampilan, atau usaha seseorang, maka dia layak untuk memperoleh taufik dari Allah.

Jadi, besarnya taufik, petunjuk dan kebaikan yang diterima oleh seseorang sangat bergantung kepada seberapa besar seseorang berhasil merenungi kenikmatan yang yang telah diterimanya dari Allah dan seberapa kuat peng-Esaan-nya terhadap Allah yang dibuktikan lewat penyembahan dengan segala bentuk ibadah yang ditujukannya terhadap Allah. Serta bagaimana dia selalu merasa bahwa segala perbuatannya selalu berada dalam pengawasan dan sepengetahuan Allah, termasuk juga apa-apa yang terbersit didalam hatinya, tidak ada yang luput dari-Nya. Dia akan merasa sebagai hamba yang hina, tidak berdaya, dan menggantungkan hidupnya hanya kepada Allah semata. Manusia itu adalah makhlu yang terbaik yang diciptakan Allah, itu hanya terjadi jika ia mau mendekatkan diri kepada Penciptanya yang Maha Agung, berpegang teguh pada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebaliknya, ia akan menjadi makhluk yang terendah, bahkan lebih buruk dari pada binatang ternak jika dia memperturutkan hawa nafsunya, syahwat dan setan telah mengalahkan iman yang ada di dalam dadanya. Jika ini yang terjadi maka dia akan semakin jauh dari Rabb-Nya. Hatinya semakin tidak tergerak untuk mendekat dan melakukan ketaatan guna menggapai keridhaan-Nya.

        Qalbu adalah ibarat sebuah prosesor dalam jiwa seseorang, data mentahnya adalah  bisikan hati, perasan was-was dan buah pikiran. Bisikan hati, perasaan was-was dan buah pikiran itu dapat merasuk ke dalam pikiran, lalu merembet masuk ke pemunculan ide, kemudian menimbulkan kehendak, lalu muncul dorongan untuk berbuat, maka muncullah perilaku.

Oleh karena itu untuk mencegah munculnya perilaku buruk yang paling mudah adalah dengan mencegah masuknya bisikan hati yang buruk dan pikiran kotor kedalam prosesor qalbu. Dan usaha untuk menghilangkan kebiasaan buruk telah melekat dan terpatri dengan kuat di hati jauh lebih susah. Bisikan-bisikan buruk akan selalu ada selama manusia itu masih hidup, bisikan-bisikan buruk itu ibarat udara yang terus mengalir masuk kedalam paru-paru manusia yang alirannya itu hanya akan berhenti jika seseorang telah meninggal. 

Untuk dapat mengatasi dan menghindari terpengaruhnya qalbu oleh bisikan-bisikan hati yang buruk maka diperlukan iman yang kuat dan akal yang sehat. Dengan iman dan akal seseorang akan dapat menolak bisikan buruk dan perasaan was-was yang datang kepadanya, lalu menolak dan menjauhkan dari-nya. Iman dan akal adalah bagian kelengkapan dari fungsi qalbu. Jadi, jika ingin merubah perilaku maka yang harus diubah adalah qalbunya, bukan mentalnya, jika mau melakukan revolusi perilaku, yang harus direvolusi adalah qalbunya dan bukan mentalnya. Perubahan perilaku yang tidak menyentuh sampai kepada perubahan qalbu maka perubahan itu hanya besifat perifer, permukaan saja, dan perubahan itu akan mudah luntur dan kembali kepada perilaku awal. Berbeda dengan perubahan perilaku yang dimulai dari perubahan pada qalbu, maka peruabahan ini relatif lebih bertahan lama dan susah untuk kembali kepada perilaku lama. 

Allah yang Maha Kuasa telah menciptakan qalbu itu sebagai sebuah prosesor yang terus-menerus bekerja mengolah berbagai data yang diberikan kepadanya, disini berlaku prinsip garbage in garbage out. Jika data yang diberikan salah dan buruk maka hasil olahan prosesor menjadi jelek dan tidak berguna, ini terjadi karena memang kualitas bahan bakunya yang buruk, sehingga hasil olahan-nya tidak bisa dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Prosesor diciptakan untuk selalu bekerja, sehingga dia harus selalu diberikan input-an data secara terus-menerus.  Jadi data yang ingin di-input harus diseleksi jangan sampai di-input adalah data yang salah atau data yang buruk. Seorang operator harus meyakinkan bahwa setiap data harus valid, dan bersih dari berbagai kesalahan dan keburukan.

Setiap orang harus menjaga input-an data kedalam prosesor-nya setiap waktu, dia tidak boleh lengah sedikitpun dalam mengawasi data yang akan diproses oleh qalbu. Jika ada orang lain yang ingin memasukkan data yang salah maka dia harus segera menghalanginya dengan sekuat tenaga. Setan akan selalu memberikan bisikan-bisikan jahat kedalam hati manusia, dia harus mampu melawannya dengan iman yang kuat dan akal yang sehat. Jika seseorang mampu menolak bisikan buruk terhadap hati sedari awal maka tahapan selanjutnya menjadi lebih mudah untuk dikendalikan. Tetapi jika Anda menerimanya, bisikan buruk itu akan berubah menjadi buah pikiran atau ide-ide yang terus berkembang sehingga menjelma menjadi kehendak. Setelah itu kehendak akan berusaha untuk menggerakkan anggota badan agar merealisasikan kehendak tadi.

Jika seseorang tidak menggerakkan anggota tubuh maka kehendak dan ide tadi akan kembali kepada hati, dan dia berubah menjadi angan-angan, dorongan-dorongan syahwat yang menggelora di dalam dada, dan masih adanya keinginan yang kuat untuk merealisasikan kehendak dan ide-ide yang belum sempat direalisasikan. 

Pertarungan antara setan dan iman dalam hati akan selalu terjadi selama seseorang masih bernafas, dan hanya akan berhenti jika seseorang telah meninggal. Jika iman dan akal tidak mampu mengusir bisikan-bisikan jahat dan pikiran-pikiran kotor yang telah ditunggangi oleh setan maka qalbu akan dikuasai oleh setan. Setan telah berhasil menduduki singgasana hati manusia yang dengan itu setan bisa dengan bebas menyuruh seseorang untuk berbuat apa saja. Misi setan tercapai, menggoda dan membelokkan tujuan hidup manusia di bumi untuk beribadah telah berubah menjadi pecinta dunia, melupakan akhiratnya.

Dari qalbu yang sakit ini akan muncul semua bentuk perilaku non-unggul seperti perilaku;  koruptif, malas, kasar, dusta, pencitraan, pelit ber-infaq namun boros dalam maksiat, tidak mandiri dan selalu mengandalkan orang lain.

Sebaliknya qalbu yang sehat dan bersih akan menghasilkan perilaku  unggul seperti, percaya pada diri sendiri, memiliki rasa malu untuk berbuat maksiat, jujur, lemah lembut, selalu menjaga diri dari yang merugikan, dermawan, yakin akan diri dan tidak tergantung pada orang lain. Inilah ciri pribadi yang unggul di dunia, unggul di akhirat.

6 Ramadhan 1436 H.

Dr. Yon Nofiar

Moslem Psychologist, Certified Behavioral Consultant.

Sumber: Qalbu Quotient, Menjadi Pribadi Unggul. [fitrah/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version