View Full Version
Kamis, 10 Mar 2016

Gerhana, Kesalahan Einstein dan Pentingnya Kritikus

Oleh: Hadi Susanto

Orang Indonesia baik besar maupun kecil sudah menyadari bila gerhana matahari adalah peristiwa fenomenal. Hampir semuanya --istilah Pak Ma'rufin Sudibyo-- kalau tidak 'ngamat' ya 'shalat’. Menonton beberapa video orang-orang yang bertakbir, mengingat kekuasaan Tuhan di saat gerhana sempurna dan bumi menjadi gulita mengingatkan ketakutan saya waktu gerhana dulu di desa.

Sebetulnya penemuan gravitational waves beberapa waktu lalu adalah peristiwa yang bisa jadi lebih fenomenal. Tapi karena untuk merasakan gelombang itu perlu alat super mahal yang beberapa negara harus patungan untuk membuatnya, hanya kalangan fisikawan yang mengerti betapa berharganya gravitational waves.

Apa menariknya sih gelombang itu?

Bahasa fisika: gravitational waves membuat ruang dan waktu mengembang dan menyusut. Bahasa saya: gravitational waves adalah gelombang semesta yang membuat semua penggaris jadi memanjang atau memendek dan jam-jam menjadi bergerak lebih lambat atau lebih cepat ketika terkena gelombang ini. Dengan kata lain, saya yang gemuk juga bisa jadi kurusan bila terkena gelombang gravitasi, hehehe... Bagaimana tidak fenomenal coba?

Tiba-tiba terlintas di pikiran: jangan-jangan "Pada hari Kami melipat langit seperti lipatan kertas-kertas buku" (QS. 21:104) itu mekanismenya lewat gravitational waves yang dahsyat (atau mungkin lebih tepat kita sebut 'gravitational tsunamis')!

Albert Einstein yang pertama merumuskan gelombang ini tahun 1916. Tidak banyak yang tahu kalau pada 1936 dia justru menulis paper yang mengatakan gelombang ini *TIDAK* ada. Ketika dia kirim papernya untuk dimuat di jurnal, reviewer (kritikus) papernya menulis kalau hitung-hitungan Einstein salah. Einstein marah dan mengatakan bahwa tidak boleh ada orang lain yang membaca papernya sebelum terbit! Dia tarik papernya dari jurnal itu. Namun ternyata beberapa bulan kemudian Einstein menemukan kalau hitungannya ternyata memang salah!

Di sini kita bisa ambil pelajaran bahwa kritikus kita perlukan untuk membantu melihat celah yang tidak kita sadari. Tapi tentu saja kritikus yang berkualitas, bukan tukang kritik yang suka cari-cari kesalahan tak logis dan tak jelas. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version