Oleh: Shela Rahmadhani
(Pendidik di Sekolah Tahfidz Plus Khoiru Ummah)
Ilmu adalah pengetahuan atau informasi yang kita dapat kan dari pengabaran oleh seseorang kepada orang lain sehingga orang yang tidak tahu menjadi tahu. Media transfer informasi atau ilmu tersebut adalah bahasa.
Islam mewajibkan kepada seluruh kaum muslim untuk menuntut ilmu. Sebagaimana hadist rasul :
menuntut ilmu diwajibkan atas seluruh kaum muslimin dan muslimah_ (HR. Ibnu Majah)
Ilmu dunia dan Ilmu Akhirat
Al ghazali membagi ilmu menjadi dua bagian yakni ”ilmu dunia dan ilmu akhirat (agama)". Dimana ilmu agama status hukumnya adalah “fardhu a’in” sedangkan ilmu dunia status hukumnya adalah “fardhu kifayah”.
Arti fardhu a’in adalah tuntutan Allah atas tiap tiap individu kaum muslim dan wajib ditunaikan. Ketika seseorang tidak menuntut ilmu agama, maka dia belum menunaikan kewajiban menuntut ilmu agama dan dia berdosa dihadapan Allah SWT.
Sedangkan, ilmu dunia adalah ilmu yang status hukumnya fardhu kifayah. Jika satu orang atau suatu kelompok telah menunaikannya maka gugurlah kewajiban umat islam yang lain.
Sebagai contoh, ketika seorang muslim telah menunaikan kewajiban belajar tentang cabang sains tertentu, maka gugur lah kewajiban menuntut ilmu tersebut bagi muslim lainnya. Tapi kalau tidak ada satu pun kaum muslimin yang belajar tentang cabang sains tersebut sehingga membuat kemudharatan dan keterbelakangan umat islam, maka semua kaum muslim jadi berdosa. Demikian dengan ilmu-ilmu sains yang lainnya.
Ilmu agama adalah ilmu yang kita sandarkan pada sumber-sumber agama islam yang terdiri dari Al-qur’an, hadist, ijma shahabat, dan Qiyas, sehingga pengkajian ilmu agama harus sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Pengabar atau penyampai informasi akan ilmu agama adalah Rasulullah SAW. Biasanya pengkajian ilmu agama disebut sebagai tsaqofah islamiyah yang didalamnya berisi kumpulan bangunan islam dari akar sampai kedaun, terdiri dari konsepsi kehidupan (akidah) dan syariah (pengaturan kehidupan) serta metode pelaksanaannya atau pengamalannya.
Sedangkan ilmu dunia adalah ilmu yang disandarkan pada pencermatan akal manusia baik dengan eksperiman, observasi, survei, penelitian, dll. Hal ini disandarkan pada perbuatan Rasul yang menyerahkan aspek keduniaan (penyerbukan kurma) kepada manusia yang dianggap paling ahli dalam perkara tersebut.
Kisah ini dapat kita temui dalam hadist yg diriwayatkan Anas.:
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sahabatnya yang sedang mengawinkan kurma. Lalu beliau bertanya, “Apa ini?” Para sahabat menjawab, “Dengan begini, kurma jadi baik, wahai Rasulullah!" Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda:ْ _“Seandainya kalian tidak melakukan seperti itu pun, niscaya kurma itu tetaplah bagus.”Setelah beliau berkata seperti itu, mereka lalu tidak mengawinkan kurma lagi, namun kurmanya justru menjadi jelek. Ketika melihat hasilnya seperti itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:ُ _“Kenapa kurma itu bisa jadi jelek seperti ini?” Kata mereka, _“Wahai Rasulullah, Engkau telah berkata kepada kita begini dan begitu…”_ Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
_“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu._” (HR. Muslim, no. 2363).
Demikian lah perbedaan ilmu dunia dan akhirat.
Bencana sekulerisme bagi pendidikan
Sekulerisme adalah corak pendidikan kita hari ini yang menyebabkan banyak sekali permasalahan. Sekulerisme adalah pemisahan antara agama dengan kehidupan, termasuk pemisahan pendidikan dari agama. Sehingga wajar seorang bergelar profesor tapi tidak shalat padahal dia seorang muslim, pejabat tapi korupsi, dll. Dimana salahnya.? Jawab : "pendidikan sekuler”.!
Selain itu, bahaya pendidikan sekuler ini juga antara lain dapat mencetak intelektual otak-otak uang, dan mental-mental buruh, karena asas dari pendidikan sekuler adalah materi dan manfaat.
Biasanya, hasil intelektualnya pun jelas selalu berkarakter matreX (matrealistis). “Kuliah untuk kerja, kuliah yang benar supaya cepat lulus dan dapat karir yang bagus”. Slogan yang manis tapi melahap para intelektual untuk masuk ke dalam buruh-buruh industri para kapitalis sekuler. Bahasanya agak kejam, but this is realistic, not fantastic.
Berbeda dengan islam yang menjadikan pendidikan adalah satu kesatuan dengan agama. Ilmu keduniaan distandarkan pada agama. Para intelektual pun difahamkan bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk ibadah, memenuhi kewajiban Allah dan menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat dengan keilmuannya.
Sehingga lahirlah intelektual “paket komplit”, yakni intelektual yang faqih fiddin (cerdas dalam agama) dan pakar dalam masalah keduniaan.
Al-qur’an menginspirasi dalam Ilmu pengetahuan
Al-Qur’an selain sebagai pedoman hidup umat islam, ternyata juga menjadi inspirasi bagi para ilmuan muslim di zaman dulu. Beberapa contohnya:
Ibnu Firnas
Ibnu firnas adalah seorang penemu pesawat terbang yang pertama dan pakar dalam bidang fisika dan matematika. Beliau ini juga adalah orang yang secara ilmu keagamaannya sangat mumpuni.Bahkan penemuan-penemuan beliau sebenarnya dilatarbelakangi oleh keislaman beliau sendiri. Pasalnya beliau terinspirasi oleh Hadist Rasul :
_Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
Dan dalil Al Qur’an Firman Allah SWT:
_“apakah kamu tidak melihat bagaimana burung mengepakkan dan mengembangkan sayapnya”_ (TQS Al-mulk:19)
Kolaborasi dari dua dalil ini, mendorong ibnu firnas untuk membuat pesawat terbang.
Dulu, kaum muslimin ketika hendak bepergian untuk menuntut ilmu selalu mengandalkan jalan kaki dan onta yang akan menghabiskan tenaga dan waktu yang banyak. Hadist dan ayat Al qur’an diatas pun mendorong Ibnu Firnas untuk membuat benda yang bisa terbang (inspirasi surah Al mulk) sehingga memiliki kebermanfaat bagi para pejalan kaki tersebut (inspirasi dari hadist rasul).
Al Khawarizmi
Demikian juga Al khawarizmi yang menemukan konsep al jabar karena saat itu kaum muslim dibenturkan dengan kesulitan membagi hak waris.
Jabir Ibnu Hayyan
Beliau adalah pakar kimia yang banyak menyumbang dan menemukan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi dunia saat ini. Beliaulah yang mengkristalkan garam dan gula pertama kali, dan termasuk juga menemukan konsep penyulingan sehingga bisa menghasilkan bensin.
Sehingga faqih dalam agama tidak akan pernah menjadikan terbelakang, justru dengan ilmu agama Islam lah yang membuat umat Islam maju dan terdepan. Sebaliknya kalau tidak faqih akan islam menjadi kan umat tersebut terbelakang dan terpuruk.
So,, what should we do , now..?
Jalan para penuntut Ilmu zaman Now
Maka, sebagai intelektual muslim kita harus membekali diri dengan ilmu agama yang mumpuni dengan mengkaji islam. Benteng pertama kita itu adalah islam itu sendiri. Islam yang membuat kita mulia dan berbeda dengan intelektual lainnya.
Eisntein luar biasa dengan teori relativitasnya, tapi dia kafir, sehingga masuk neraka. Tapi, kalau muslim yang faham islam, insyaAllah ilmu dunia yang dimiliki tidak menjadikannya sombong dan kufur, justru menjadikan semakin rendah hati dihadapan Allah dan mulia dimata manusia.
Alasan mendasar muslim belajar agama adalah “ibadah kepada Allah”. Adapun jika dengan ilmu agama itu kita dimuliakan oleh Allah, itu hanya lah hikmah dari tunainya sebuah syariat.
Seorang muslim juga akan semangat dalam aktivitas menuntut ilmu dunia karena Allah semata, karena hal tersebut adalah ibadah kepada Allah. Bahkan setelah belajar dan mengkaji islam dia akan melipat gandakan semangat dan keseriusannya.
Muslim tersebut juga senantiasa berharap kepada Allah agar ilmu keduniaan tersebut menjadi kebermanfaat bagi masyarakat luas sehingga dia menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah berdasarkan janji hadist Rasul tersebut.
Oleh karena itu, memburu ilmu dunia dan akhirat adalah life-stylenya (gaya hidup) intelektual zaman now. [syahid/voa-islam.com]