View Full Version
Kamis, 03 May 2018

Antara Quran dan Musik

Sahabat VOA-Islam...

Disini saya mengajak untuk bermuhasabah tentang hubungan kita dengan al-quran sebagai pedoman hidup kita di dunia. Sebenarnya, muhasabah ini lebih saya tunjukan untuk diri saya, tapi saya mengajak kita semua untuk sama-sama bermuhasabah.

***

Sebelumnya, mari kita tanya kepada diri kita masing-masing, seberapa sering kita mendengarkan music di setiap harinya? Kemudian pertanyaan selanjutnya, seberapa sering kita mendengarkan murotal al-quran di setiap harinya?

Jika kita lebih sering mendengarkan music dibanding murotal al-quran, maka ada yang salah dengan hati kita. Apalagi ketika kita lebih menikmati alunan music dibanding alunan ayat al-quran.

Lebih menyedihkan lagi apabila kita tidak pernah mendengarkan lantunan ayat al-quran. Jangankan mendengarnya, membaca pun tidak sama sekali. Naudzubillahi min dzalik.

Saya tidak ingin berbicara bagaimana dan apa hukumnya mendengarkan music. Karena toh saya sendiri secara jujur mengakui masih mendengarkan music. Walau tidak sembarang music didengarkan. Yang jadi pertanyaan yang serius adalah;

Jika kita dihadapkan antara dua pilihan, yakni antara mendengarkan murotal dan mendengarkan music. Mana yang akan kita pilih?

Jujur, di laptop saya ada koleksi murotal 30 juz plus nasyid yang lumayan banyak. Saya sering lebih memilih mendengarkan lantunan nasyid sembari menyelesaikan naskah atau tugas kuliah. Saya pikir, lebih baik mendengarkan music sambil lalu, ketimbang membaca al-quran sambil lalu. Bukankah ketika mendengarkan al-quran kita harus fokus pada ayat tersebut dan tidak mengerjakan hal yang lainnya? Bukankah kita haram hukumnya mengabaikan ayat al-quran yang dibaca?

“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A`râf [7]: 204).

Berarti jika saya mendengarkan al-quran sambil lalu, saya termasuk orang yang mengacuhkan al-quran dong? Jadi saya percuma mendengarkan al-quran?

Itu pikir saya. Sehingga saya ‘tidak tega’ mendengarkan ayat al-quran sementara otak saya berkonsentrasi pada naskah yang saya ketik atau tugas yang saya selesaikan.

Tapi, saya kembali berpikir, jika terus seperti ini, mau kapan saya memulai mendengarkan murotal? Saya sadar bahwa ini perangkap setan untuk menjauhkan saya dari ayat-ayat al-quran. Setan mencoba memberi saya alibi yang sepintas masuk akal, tapi nyatanya salah besar.

Kita boleh kok mendengarkan ayat al-quran sambil lalu. Telinga kita harus terbiasa dengannya sehingga ayat-ayat itu memiliki ‘posisi’ yang signifikan di otak kita. Lagi pula, membaca al-quran itu lebih menenangkan dan membuat kita relax. Coba aja sendiri.

Membicarakan tentang relaksasi dan al-quran, saya tetiba teringat tayangan acara televisi yang menyatakan bahwa beberapa jenis music bisa dijadikan sebagai terapi untuk menenangkan pikiran dan menyembuhkan penyakit. Lebih mengejutkan lagi, konsep itu disampaikan oleh seorang mualaf yang tertarik masuk islam setelah mempelajari music-musik timur tengah.

Kemudian beliau mendirikan satu klinik terapi yang mengobati para pasiennya dengan alunan music timur tengah. Kenapa music timur tengah? Tak tahulah, mungkinkah music timur tengah ada hubungannya dengan islam? Saya lagi-lagi tak tahu dan harus bilang apa.

Yang jelas, jika kita membandingkan antara music dan al-quran, maka jelas al-quran lebih hebat pengaruhnya dibanding music. Al-quran bisa kita jadikan sebagai terapi untuk menenangkan jiwa dan memberi kedamaian ke kedalaman batin kita. Karena Allah sendiri sudah berfirman bahwa al-quran itu adalah Syifa atau obat penawar bagi hati yang mebacanya.

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82)

Lagi-lagi saya ingin mengatakan bahwa saya tidak ingin membahas apakah music itu haram atau tidak. Yang jelas, saya ingin mengatakan bahwa al-quran lebih bagus dijadikan sebagai terapi dibanding music. Karena Allah sendiri sudah menjanjikan hal itu. Lebih dari itu, telah banyak bukti-bukti yang mengiringi ayat ini. Baik bukti itu berupa riwayat shahih dari para sahabat, ataupun penelitian modern dan testimony orang yang telah mencobanya.

Baiklah, saya sendiri akan memberi testimony di sini. Saya pernah memiliki masalah sulit tidur alias insomnia. Kemudian saya mencoba mendengarkan murotal al-quran. Subhanallah, beberapa hari setelah itu saya bisa tidur nyenyak dan tidak memiliki keluhan berkaitan kualitas tidur saya.

Saya juga mulai membiasakan mendengarkan murotal di sela-sela pekerjaan saya. Saya menyimpan murotal itu di computer kantor dan mendengarkan murotal syaikh-syaikh yang saya sukai sembari menyelesaikan tugas kantor.

Al-quran juga bisa dijadikan terapi ketika kita membacanya atau tilawah. Saya berusaha istiqomah tiwalah setiap harinya. Menyempatkannya di pagi hari dan sembari menunggu waktu shalat atau iqomah tiba.

Jika sebelumnya mengakhir-akhir waktu shalat hingga iqomat di masjid terdengar, maka saya berusaha untuk beranjak dari kursi saya ketika adzan terdengar. Sehingga saya bisa memiliki kesempatan untuk membaca al-quran setelah melaksanakan shalat qabliyah.

Saran saya, berusahalah istiqomah untuk membuat jadwal tilawah, syukur-syukur menghafal ayat-ayat al-quran. Dan tentunya mendengarkan murotal sebagai keharusan sembari mengisi waktu luang atau sembari mengerjakan pekerjaan kita. Semoga sukses. [syahid/voa-islam.com]

Penulis adalah mahasiswa STAI Al-Hidayah Bogor. Memiliki minat di dunia literasi dan seni. Bisa menengok tulisan-tulisan ringannya di husni-mag.tk


latestnews

View Full Version