BULAN Ramadhan tinggal menghitung hari, bulan yang penuh berkah ini sangat dinantikan oleh umat muslim di dunia. Karena bulan ini penuh dengan berkah, ampunan dari Allah Swt. Momen bulan ini dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ibadah.
Kualitas ibadah inilah yang perlu dilakukan secara kaffah, sehingga ibadah perlu dilakukan dengan penuh kekhusuan salah satunya dengan memperhatikan sisi kebersihan baik itu kebersihan diri, pakaian maupun tempat ibadah. Dalam menjaga kebersihan dan kesucian pakaian perlu adanya perhatian khusus dalam mensucikannya, yaitu benar-benar yakin terbebas dari kotoran dan najis.
Islam mengajarkan tentang kebersihan. Islam memandang bahwa memelihara kebersihan adalah masalah penting yang wajib diperhatikan dan dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bersih dan suci adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduannya sangat erat berhubungan dengan kesehatan, meskipun arti katanya tak persis sama. Bersih merupakan kata sifat yang menunjukkan keadaan bebas dari kotoran. Kebersihan bersifat umum dan tidak terkait langsung dengan tata cara peribadatan. Namun demikian, tetap saja merupakan keharusan bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dalam kehdupan sehari-hari. Sementara, suci dalam ajaran Islam ialah terhindar dari najis dan hadas. Agar menjadi suci, seorang muslim harus mejalankan aturan berupa tata cara taharah (bersuci). Setelah bertaharah, baru kita dapat menjalankan ibadah-ibadah khusus, terutama sholat.
Salah satu cara membersihkan dan mensucikan pakaian adalah dengan mencucinya memakai deterjen yang ditambahkan pada air. Dengan deterjen ini, akan memberikan rasa nyaman berupa harum, bersih, wangi dan lembut terhadap pakaian. Apalagi dengan penggunaan deterjen halal yang akan memberikan nilai tambah berupa rasa aman bagi penggunanya. (HalalMUI)
Lantas, apa yang menjadikan sebuah deterjen tidak halal?
Secara umumnya, komposisi deterjen terdiri dari surfaktan, enzim, fatty acid, soap base, parfum, solubilizer dan pewarna. Dari komposisi tersebut meskipun tidak terdapat bahan yang langsung dimakan, namun dengan ketidakjelasan sumber bahan dalam deterjen membuat status kehalalan deterjen tersebut diragukan. Sumber bahan yang tidak jelas tersebut itulah yang menjadi kritis pada kehalalan deterjen.
Menurut Kepala Bidang Auditing Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Dr. Ir. Mulyorini R. Hilwan, M.Si., sangat perlu untuk mewaspadai sumber bahan pembuat deterjen dengan memperhatikan titik kritis keharamannya. (HalalMUI)
Surfaktan merupakan bahan utama dalam deterjen yang bersifat menurunkan tegangan permukaan sehingga berfungsi untuk melepaskan kotoran/noda. Jenis surfaktan dewasa ini banyak pilihan. Sumber bahannya bisa berasal dari turunan minyak atau lemak. Sumber minyak atau lemak inilah yang perlu dipastikan berasal dari hewan halal dan dengan disembelih secara syar’i.
Enzim digunakan sebagai aditif dalam deterjen untuk membantu meningkatkan daya bersih selain surfaktan. Jenis enzim yang digunakan dalam deterjen adalah lipase, protese dan amilase. Pada dasarnya pengotor bisa berasal dari lemak, sehingga lipase akan mempermudah penguraian lemak yang menempel dan nanti dibilas dengan air, demikian juga protein dan protease bisa menguraikan protein tersebut. Selain itu, pengotor bisa berasal dari pati atau karbohidrat, dan amilase berfungsi untuk menguraikan karbohidrat tersebut. Setelah diuraikan enzim, maka akan lebih mudah terlepas dari bahan yang dicuci dan mudah dibilas.
Titik kritis enzim terdapat sumber enzim tersebut, bisa berasal dari tanaman, hewan maupun proses mikrobial. Apabila enzim berasal dari hewan, maka perlu dipastikan berasal dari jenis hewan yang halal dan disembelih secara syar’i. Dan apabila enzim tersebut berasal dari mikrobial, maka media pertumbuhannya bukan berasal dari bahan haram atau babi.
Fatty acid dan soap base digunakan dalam beberapa produk deterjen terutama untuk jenis deterjen yang low suds. Bahan ini berfungsi selain meningkatkan daya bersih juga menurunkan busa, yang dibutuhkan untuk jenis mesi cuci bukaan depan. Soap base merupakan reaksi antara minyak dan atau lemak dengan basa kuat.
Sumber bahan fatty acid dan soap base bisa berasal dari turunan minyak atau lemak. Sumber minyak atau lemak inilah yang perlu dipastikan berasal dari hewan halal dan dengan disembelih secara syar’i.
Parfum berfungsi sebagai pengharum merupakan kompleks, dan bisa terbuat dari ratusan bahan yang sumbernya harus jelas.
Parfum merupakan bahan additif yang vital dalam deterjen karena sebagai penambah daya tarik sehingga cucian menjadi wangi. Bahan ini merupakan bahan yang kompleks, bisa terbuat dari ratusan bahan yang sumbernya harus jelas. Oleh karenanya, parfum ini harus sudah mempunyai sertifikat halal.
Solubilizer merupakan bahan yang membuat seluruh komponen penyusun dapat menyatu atau disebut juga emulsifier. Pada umumnya dibuat dari derrivative fatty acid yang bisa dimungkinkan berasal dari sumber turunan minyak lemak. Oleh karenanya, perlu dipastikan berasal dari hewan halal dan dengan disembelih secara syar’i.
Sumber: Jurnal Halal, 125