Allah SWT telah memelihara dan memberi makan buah hati Ibu selama 9 bulan di dalam rahim. Setelah itu, Allah merancang menyusui untuk memelihara bayi di tahun-tahun pertama kehidupan dengan sesuatu yang bernama ASI.
Air Susu Ibu memberikan perlindungan kepada bayi melalui beberapa mekanisme, antara lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme non patogen (tidak berbahaya), mengurangi pertumbuhan mikroorganisme patogen saluran cerna, merangsang perkembangan barier (pembatas) mukosa saluran cerna dan salurannafas, faktor spesifik (IgA sekretori, zat kekebalan), mengurangi reaksi inflamasi (peradangan) dan sebagai imunomodulator (perangsang kekebalan). Itulah sebabnya bayi yang diberi ASI manusia lebih tahan penyakit dari pada bayi yang diberi ASI hewan.
ASI juga mengandung hormon dan faktor pertumbuhan (growth factor) yang sesuai agar pertumbahan badan ideal. Berbeda dengan kandungan susu formula yang memerlukan pengenceran dengan kadar tertentu yang berbeda-beda untuk setiap anak. Jika terlalu cair, dapat menyebabkan bayi kekurangan gizi sehingga pertumbuhannya terhambat. Sebaliknya, jika penganceran terlalu pekat, dapat memicu obesitas (kegemukan). Dua kasus ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Bayi ASI pada umumnya lebih ringan/ideal daripada bayi yang mendapat susu formula. Hal ini karena ASI mengandung leptin yang merupakan hormon pengatur nafsu makan/asupan makanan dan metabolisme energi.
Suatu penelitian di Honduras memperlihatkan bayi yang mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan dapat merangkak dan duduk lebih dahulu dibanding mereka yang mendapat makanan pendamping pada usia 4 bulan. Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan, anak yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding mereka yang tidak mendapat ASI.
ASi juga Mencegah Kanker pada Anak. Menurut pakar ASI dr. Utami Roesli, IBCLC , ASI dapat mencegah penyakit kanker pada anak, diantaranya Lymphoma Maligna (kanker kelenjar getah bening) Hodgkin, Leukimia (kanker darah, Neuroblastoma (tumor otak). Pada penelitian didapatkan, penyakit-penyakit kanker tersebut 6 – 8 x lebih sering pd anak yang diberikan susu formula. ( Davis 1998,Benner 2001,Daniels 2002, Svanborg 2003) . . Penelitian terbaru imenemukan kerusakan genetik tingkat signifikan pada bayi berusia 9 sampai 12 bulan yang tidak diberi ASI.
Selanjutnya, bayi yang disusui dengan ASI mempunyai resiko yang kecil untuk terjangkit penyakit cardiovascular (jantung dan pembuluh darah). Leptin pada ASI akan mencegah terjadinya obesitas di usia dini. Selain leptin, ASI juga mengandung adiponektin yang berfungsi mencegah terjadinya penebalan pembuluh darah (aterosklerosis) dan radang. Kedua hormon ini dapat mengurangi resiko anak dari penyakit jantung dan pembuluh darah di kemudian hari. Karena obesitas dan aterosklerosis merupakan faktor resiko terjadinya cardiovascular di kemudian hari.
selain itu, ASI dapat menurunkan angka kejadian Diabetes Melitus (kencing manis) dan Sindroma Metabolik. ASI dapat mengurangi diabetes melitus tipe 1 (ditandai dengan tidak ada atau kurangnya hormon insulin dan meningkatnya kadar gula darah), DM tipe 2 (ditandai dengan tingginya insulin karena terjadi resistensi insulin), dan Sindroma Metabolik (yang ditandai dengan kegemukan, tekanan darah tinggi, dan gangguan kadar lemak darah). Penelitian yang dilakukan pada anak berusia 0-14 tahun menunjukkan resiko menderita DM tipe I pada anak yang mendapat susu formula 11,3 kali lebih besar dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif.
Bahkan wanita wanita di Afrika yang tekena HIV dianjurkan menyusui Bayi-bayi mereka eksklusif. Wanita hamil terinfeksi HIV memang sangat berisiko dalam menularkan penyakit itu kepada janinnya. Dan merekapun tidak disarankan untuk memberikan ASI karena dikhawatirkan air susu dari ibu yang terinfeksi juga mengandung virus.
Namun, kondisi di sub Sahara Afrika memang jauh dari kondisi kesehatan yang ideal. Pemberian susu formula justru tidak menyehatkan karena susu formula dicampur dengan air yang tidak bersih dengan sanitasi yang buruk. Kondisi tersebut tentu membuat bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit dan memiliki sistem kekebalan tubuh rendah. Sehingga masuk akal jika bayi yang mendapat ASI lebih kuat terhadap infeksi. Menurut Dr.Nigel Rollins dari Universitas KwaZulu Natal, di Afrika Utara diperkirakan 150.000 - 350.000 bayi terinfeksi HIV setiap tahunnya. Dengan hasil studi ini, ia menyarankan agar bayi yang ibunya terinfeksi HIV dan tinggal di area yang standar kesehatannya rendah untuk diberikan ASI eksklusif. "Dengan pemberian ASI secara eksklusif, kita bisa menyelamatkan hidup 50.000 - 10.000 bayi setiap tahunnya," katanya.(Dari berbagai sumber)