BANDUNG (voa-islam.com) - Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Ulul Abshor Universitas Pasundan (Unpas) menggelar kajian tasfir tematik, di Masjid Ulul Abshor Unpas, Kampus Unpas 1, Jalan Lengkong Besar, No.68 Bandung, Sabtu (10/05/2014). Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa dari berbagai jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Hukum.
Hadir sebagai pemateri, Ustadz H. Anugrah, Lc, alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, Jurusan Tafsir. Dalam kesempatan ini, Ustadz Anugrah menjelaskan bagaimana kita harus mempunyai world view atau cara pandang terhadap diri kita dengan benar, dengan memaparkan surat At-Tiin (100).
Menurutnya sekarang, banyak sekali manusia yang salah menetapkan, meletakkan, dan menempatkan nilai dirinya atau nilai kemanusiaannya. Saat ini, banyak yang menilai kemulian seseorang itu hanya dari hartanya, pangkatnya, jabatanmya, ketenaran, ketampanan, kecantikan, dan kekusaan.
“Ketika manusia salah meletakkan nilai kepada dirinya, maka jatuhlah nilai ketinggian kemanusiaannya di hadapan Allah SWT” ujarnya.
Ustadz Anugrah kemudian memaparkan kemulian seorang itu terletak pada fitrahnya. Dengan mengutip surat Ar-Ruum ayat 30, fitrah yang dimaksud adalah kehendak penciptaan atau iradatul khalq. Fitrah yang ditanamkan kepada manusia itu menurut para ulama salah satunya adalah ma’rifatullah atau mengenal Allah. Jadi, firah manusia adalah dirinya selalu hendak mengenal Allah. Yang kedua, dirinya sesuai dan selaras dengan Din Allah. Sehingga fitrah ini adalah sesuatu yang mahal.
“Kita boleh saja kehilangan uang, kehilangan mobil, tapi kita tidak boleh kehilangan fitrah ini” papar pengajar Pondok Pesantren Baiturrahman, Ciparay, Kabupaten Bandung.
Setelah fitrah mengenal Allah, letak kemulian manusia lainnya adalah hati. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah tidak melihat bentuk rupa manusia, tapi melihat hati manusia. Banyak manusia yang lebih mementingkan bentuk rupanya saja tanpa memperhatikan hatinya. Letak kemulian manusia berikutnya adalah peran manusia sebagai khalifah. Manusia yang sudah kehilangan fitrah-fitrah ini, maka manusia akan jatuh dengan serendah-rendahnya.
“Ketika manusia jatuh ke tempat yang serendah-rendahnya, maka akan lebih hina dibandingkan dengan binatang,” pungkasnya seraya mengingatkan kepada mahasiwa mengenai bahaya dari program sekularisme dan lieralisme yang terus melakukan propaganda untuk mereduksi atau mengurangi kelengkapan dari ajaran Dinul Islam ini.
Kajian tafsir ini sendiri rutin digelar setiap Sabtu, yang dimulai pada pukul 13.00 sampai 15.00 WIB. Dan kajian tafsir ini sudah berjalan hampir dua bulan.[AdPurWD/i/voa-islam.com]