Tauhid Uluhiyyah
• Mengesakan Penuhanan dan Ibadah
Kita mengimani bahwa Allah semata yang berhak diibadahi. Dan kita berlepas diri dari setiap yang diibadahi selain-Nya. Ibadah adalah sebuah nama yang meliputi apa saja yang dicintai dan diridlai Allah, baik berupa perkataan atau perbuatan, yang dzahir maupun yang batin. Sedangkan memberikan ibadah kepada selain Allah membatalkan tauhid dan mengingkari keimanan.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah: 'Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)'."
Allah memerintahkan nabi-Nya untuk memberitahu kaum musyrikin yang menyembah selain Allah dan menyembelih dengan selain nama-Nya, bahwa beliau tidak seperti mereka. Beliau memurnikan seluruh amalnya untuk Allah semata.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah."
Maksudnya, ikhlaskan shalatmu dan sembelihan (korban) mu untuk-Nya. Karena kaum musyrikin menyembah berhala dan berkorban untuknya. Maka Allah memerintahkan rasul-Nya untuk menyelisihi mereka dan memurnikan ibadahnya untuk Allah semata.
Ibadah adalah sebuah nama yang meliputi apa saja yang dicintai dan diridlai Allah, baik berupa perkataan atau perbuatan, yang dzahir maupun yang batin.
(artinya): "Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui." (QS. Faathir: 14)
Bahwasanya yang dipertuhankan selain Allah tidak kuasa menolong dirinya sendiri, apalagi menolong orang lain.
(artinya), "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar. Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan) ku, tanpa memberi tangguh (kepada-ku)." (QS. Al-A'raf: 194-195)
Dalam ayat ini, Allah mengecam kaum musyrikin yang menyekutukan Allah dengan berhala-berhala dan sesembahan selain-Nya. Padahal berhala dan sesembahan itu adalah makhluk ciptaan Allah. Tidak mampu berbuat apa-apa. Tidak bisa memberi manfaat atau menimpakan madharat. Tidak bisa melihat dan mendengar. Tidak pula bisa menolong para penyembahnya. Bahkan, para penyembahnya lebih sempurna, bisa melihat, mendengar dan berbuat. Bagaimana mereka bisa menyembahnya selain Allah?.
(artinya): "Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan."
Jika berhala-berhala ini tidak bisa berbuat apa-apa untuk dirinya, bagaimana dia bisa berbuat sesuatu untuk manusia yang menyembahnya? Jika berhala itu lemah, tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana dia bisa disembah? Sungguh tak masuk akal.
(artinya): "Katakanlah: 'Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya'. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti."
Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah tidak mampu menghilangkan madharat dari penyembahnya, bagaimana mungkin berhak disembah selain Allah? Lebih aneh lagi, sebagian sesembahan itu berserah diri kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, tetapi orang-orang musyrik masih saja tetap meyembah mereka.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim, tentang makna ayat ini, dari Abdullah bin Mas'ud, berkata: "Ada sekelompok jin, yang disembah orang-orang musyrik, masuk Islam. Sementara para penyembahnya terus saja menyembah sekelompok jin tersebut, padahal jin-jin itu telah masuk Islam." Dan dalam riwayata Muslim, "ada sekelompok manusia yang menyembah sekelompok jin. Kemudian sekelompok jin tersebut masuk Islam sementara penyembahnya dari manusia masih saja melakukan hal itu. Lalu turunlah ayat: أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ "Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka . . . "
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dzalim."
(artinya): "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165)
Barangsiapa mencintai selain Allah sebagaimana ia mencintai Allah, berarti ia telah membuat tandingan bagi Allah (menyekutukan-Nya). Ini yang disebut syirik mahabbah (kecintaan). Dalam ayat ini, Allah mencela kaum musyrikin yang menyamakan kecintaan kepada selain Allah dengan kecintaan kepada-Nya. Tidak memurnikan kecintaan mereka kepada Allah sebagaimana kecintaan orang beriman kepada-Nya.
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan."
Meminta perlindungan kepada Allah termasuk ibadah yang di perintahkan-Nya dalam banyak ayat. Siapa yang memberikannya, sedikit saja, kepada selain Allah, ia telah menyekutukan Allah dalam ibadah. Orang-orang Arab di zaman Jahiliyah, ketika melewati lembah atau tempat yang seram, meminta perlindungan kepada jin penguasa tempat itu, agar tidak ditimpa hal-hal yang tidak diinginkan. Dan ketika jin melihat hal seperti itu, makin menakut-nakuti mereka sehingga manusia tadi bertambah takut dan sering meminta perlindungan kepada jin-jin tersebut.
Meminta perlindungan kepada Allah termasuk ibadah yang di perintahkan-Nya dalam banyak ayat. Siapa yang memberikannya, sedikit saja, kepada selain Allah, ia telah menyekutukan Allah dalam ibadah.
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr." (QS. Nuh: 23)
Mengkultuskan orang shalih adalah sumber pertama kesyirikan anak Adam.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Ibnu Abbas, dia berkata: berhala-berhala yang disembah oleh kaum Nabi Nuh: Wadd, asalnya adalah milik Kalb di daerah Daumatul Jandal. Suwaa', milik Hudzail. Yaghuts, milik Murad. Dan Ya'uq, milik Hamadzan. Serta nasr, milik Himyar. Semua itu adalah nama-nama orang shaleh dari kaum Nabi Nuh. Setelah orang-orang shaleh itu meninggal, kaum Nabi Nuh, sesuai petunjuk syetan, memerintahkan untuk mendirikan patung di majelis orang-orang shaleh tadi. Dan diberi nama sesuai nama mereka. Lalu mereka melaksanakan perintah syetan itu. Tetapi patung itu belum disembah. Sehingga ketika mereka telah meninggal, dan ilmu sudah redup, maka patung-patung tersebut disembah.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam menyanjungku (kultus) sebagaimana kaum Nashari menyanjung (Isa) ibnu Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka panggillah aku dengan hamba Allah dan utusan-Nya." (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jauhilah sikap ghuluw. Dan ketahuilah, bahwa sikap ghuluw dalam beragama telah menghancurkan kaum sebelum kalian." (HR. an-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar seorang budak wanita mengatakan bahwa beliau mengetahui perkara ghaib, beliau melarang budak itu mengatakan demikian, karena perkataan tersebut bernilai ghuluw.
Imam Bukhari dalam shahihnya, meriwayatkan dari Rubayyi' binti Mu'awwidz bin 'Afraa' berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuiku, beliau duduk di atas ranjangku seperti tempatmu dariku sekarang. Para budak pun mulai menabuh "duff" dan menyitir nama bapak-bapakku yang gugur di perang Badar. Salah seorang mereka berkata: "Di antara kita ada Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok. (mendengar hal itu) beliau bersabda: "Jangan katakana itu, tapi katakanlah apa-apa yang sudah saudari katakan sebelumnya." (PurWd/voa-islam)
Klik : lihat tulisan sebelumnya
Bersambung ke Prinsip-prinsip Islam dalam Kehidupan (5) . . . . . Insya Allah