Umberto Markozzi adalah nama lengkapnya. Kembali kepada fitroh Islam sejak 15 April 2009 setelah terjadi gempa berkekuatan 6,3 Mw mengguncang kota L'Aquila, Italia Tengah pada tanggal 6 April lalu. Tempat tinggal Umberto sendiri tinggal di Torano Nuovo, kota kecil dekat dengan guncangan gempa yang menewaskan 150 warga Italia.
Gempa hanyalah pemicu kembalinya Umberto pada Islam setelah melalui pergulatan batin selama bertahun-tahun sebelumnya. Gencarnya pemberitaan tentang Islam dikaitkan dengan terorisme, membuat pemuda 24 tahun ini malah penasaran dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Tapi pengaruh orang tua yang memberi stigma negative pada Islam, sempat membuatnya takut dan ragu untuk mengucap syahadat.
Karakter ayah yang keras, membuat Umberto menyembunyikan keislamannya hingga kini. Ibunya pun menganggap anak sulungnya sedang tekun menjalankan kristianitas ketika Umberto menjalankan puasa Ramadhan yang pertama kali ini. Untuk sholat 5 waktu, kedua orang tuanya tak pernah ada yang tahu bahwa anak mereka yang kuliah di jurusan pertanian ini telah menjadi pengikut Muhammad yang baik.
Karakter ayah yang keras, membuat Umberto menyembunyikan keislamannya hingga kini. Ibunya pun menganggap anak sulungnya sedang tekun menjalankan kristianitas ketika Umberto menjalankan puasa Ramadhan yang pertama kali ini
Ramadhan pertama kali, Umberto tak mengalami kesulitan berarti dalam menjalankan puasa. Menahan lapar dan dahaga, tak begitu membuatnya tersiksa. Sejak masuk Islam, Umberto telah berlatih puasa sebelum Ramadhan datang. Biasana ia puasa di hari Kamis setiap minggu dengan rutin. Hanya saja, ia mengalami sesuatu yang menganggu dengan bau badan dan bau mulut pada Ramadhan kali ini. Tapi itu pun tak berlangsung lama, dua hari saja ia merasa tak nyaman dan kemudian Umberto pun terbiasa dengan bau orang berpuasa.
Ramadhan pertama ini, tak ada aktifitas khusus yang dilakukan oleh Umberto. Itu karena dia adalah satu-satunya muslim di kota kecil Torano Nuovo. Masjid terdekat saja berjarak 10 km dari rumahnya. Itu pun seringkali bentuknya tak bisa disebut masjid seperti umumnya, tapi lebih menyerupai garasi rumah. Masjid kedua berjarak 15 km dan masjid ketiga 25 km. Umberto lebih memilih masjid ketiga ini karena meskipun jauh, imam masjidnya berbicara memakai bahasa Italia sehingga dia bisa mendapatkan ilmu Islam. Di kedua masjid sebelumnya, imamnya berbicara memakai bahasa Arab saja.
Waktu Umberto banyak dihabiskan dengan belajar dan berkomunikasi dengan muslim lainnya via internet. Ketika dulu ia pernah merasa hidup hanya untuk sepak bola (Italia sangat terkenal dengan permainan ini), saat ini hidupnya hanya untuk Islam saja. Ia memilih dakwah menjadi jalan hidupnya. Memahamkan banyak orang dan teman-teman di sekitarnya tentang Islam yang sebenarnya karena media telah membuat informasi tentang Islam menjadi bias. Sedangkan untuk kedua orang tuanya, Umberto masih selalu menyimpan harap dan doa agar hati keduanya luluh untuk menerima kebenaran Islam. Kisah Umar bin Khatab telah menyalakan semangatnya bahwa bukan tidak mungkin ayahnya yang begitu keras dan membenci Islam, satu ketika nanti bisa mendapat hidayah Allah.
Saat ini, keinginan Umberto hanya satu yaitu satu ketika nanti ia bisa sholat berjamaah dengan ayahnya. Bahkan ia telah sering memimpikan hal ini terjadi ketika tidur. Keinginannya begitu kuat untuk mengajak keluarganya ikut menikmati indahnya berislam sebagaimana yang dirasakannya.
Kami selalu mendoakanmu, Umberto. ^_^
(Sebagaimana yang diceritakan oleh Umberto Markozzi kepada Ria Fariana)