View Full Version
Ahad, 27 Sep 2009

Miyabi dan Ompongnya Sanksi Moral Kita

Oleh Burhan Sodiq

Rencana hadirnya bintang porno dunia, Miyabi ke Indonesia menjadi bukti bahwa memang Gerakan Syahwat Merdeka sedang bekerja di negeri ini. Mereka bahu membahu untuk merusak moral generasi muda negeri ini. Alasannya mungkin sederhana saja, negeri ini terlalu banyak indikasi keislamannya. Kebangkitan islam hampir merata nampak di semua lini. Namun memang sisi remaja masih sangat rapuh untuk mudah ditaklukkan. Moral, menjadi sasaran empuk serangan bertubi-tubi.

Dalam sebuah makalahnya, Taufik Ismail pernah mengemukakan tentang Gerakan Syahwat Merdeka ini. Menurutnya GSM ini merupakan gelombang menumbuh dan menyuburkan kelompok permissif dan addiktif negeri kita, yang sejak 1998 naik daun. Salah satu yang disebutkan Taufik Ismail adalah 4,200,000 (empat koma dua juta) situs porno dunia, 100,000 (seratus ribu) situs porno Indonesia di internet. Dengan empat kali klik di komputer, anatomi tubuh perempuan dan laki-laki, sekaligus fisiologinya, dapat diakses tanpa biaya, sama mudahnya dilakukan baik dari San Francisco, Timbuktu, Rotterdam mau pun Klaten.
Gerakan tak bersosok organisasi resmi ini tidak berdiri sendiri, tapi bekerjasama bahu-membahu melalui jaringan mendunia, dengan kapital raksasa mendanainya, ideologi gabungan yang melandasinya, dan banyak media massa cetak dan elektronik jadi pengeras suaranya.

Seperti dilansir media selama ini, Miyabi yang bernama asli Maria Ozawa tersebut rencananya akan membintangi film komedi bertajuk 'Menculik Miyabi'. Penulis blog sekaligus penulis buku Kambing Jantan, Raditya Dika didapuk sebagai penulis skenario sekaligus membintangi film tersebut. Tentu saja ide gila ini diamini oleh sebagian besar fans Miyabi di tanah air. Selain atas nama ide kreatif, tentu saja ada niat tersembunyi yang tidak akan pernah terungkap sampai kapanpun.

Sikap pun kemudian bermunculan. MUI secara tegas menolak rencana kedatangan bintang film porno asal Jepang, Maria Ozawa alias Miyabi ini. Menurut MUI, tampilnya Miyabi dinilai akan merusak citra Indonesia di mata negara lain. MUI mungkin tidak bisa bicara dengan lebih lugas daripada itu, karena menyangkut kelembagaan yang dia miliki. MUI perlu mempertimbangkan segala sesuatu dengan pertimbangan yang matang. Indonesia akan sukses menerima sebuah stigma baru, sebagai negara pengimpor artis porno dunia.

Namun sayangnya pihak pemerintah tidak tegas menyikapi rencana ini. Menkominfo Mohammad Nuh justru tak melarang kedatangan bintang porno itu. Menurutnya kedatangan artis itu sah sah saja selama dia tidak melakukan kegiatan pornografi di negeri ini. Karena baginya industri kreatif harus tetap berjalan dan tentu saja harus mengindahkan norma-norma moral. Sikap ini tentu saja merupakan sikap yang sangat lunak. Tak ada sanksi moral atas apa yang selama ini Miyabi lakukan. Berpose porno di media massa, internet dan ribuan media lainnya. Dilihat berjuta pasang mata anak muda, remaja hingga pria dewasa, sehingga rusak sudah kesadaran moralitas mereka. Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya berhenti pada fitnah syahwat saja, tetapi juga menjalar ke ranah fitnah subhat generasi muda kita. Tak ada spanduk penolakan, tak ada tanda tangan warga menolak, hampir semua mengamini keinginan ini.

Nah, kini saatnya remaja muslim bergerak untuk bersuara. Gelombang perusakan sudah benar-benar di depan mata, namun sayangnya kaum muslimin masih saja kurang kompak dalam menghadapinya. MUI seolah berjalan sendirian, tanpa ada yang membantu mendukung upaya penolakan ini. Ia bak penyeru moral di lahan yang kosong, tak ada yang mau mendengar dan tak ada yang mau menggubris. Apalagi ini soal kepentingan uang dan keuntungan yang tidak sedikit.

Rencana ini bisa saja hanya semacam test awal, melihat bagaimana respons masyarakat Islam terhadap ide nakal semacam ini. Bila ternyata adem-adem saja, bisa jadi akan ada ratusan bintang porno impor yang masuk ke Indonesia secara legal dan dipuji banyak kalangan. Karena ternyata mungkin saja sudah banyak bintang porno kampungan yang sudah masuk secara ilegal ke Indonesia menghancurkan moral anak mudanya.

Inilah yang terjadi hari ini. Kreativitas menjadi alasan hadirnya kenakalan- kenakalan yang disepakati. Kekuatan finansial kapital menjadi komando dalam menentukan yang baik dan yang benar. Sedangkan moral selalu berada dalam urutan paling belakang. Saatnya anak muda islam bersuara lantang melakukan perbaikan moral. Pencegahan pun patut dilakukan sebagai bagian dari tanggung jawab moral kita kepada Allah Ta'ala.(voa-islam)


latestnews

View Full Version