Belum pernah ada cerita, seseorang menjadi sukses dan cerdas karena TV. Sebaliknya, yang ada malah orang menjadi malas dan bodoh yak arena benda berbentuk kotak ini. Bukan hanya itu saja loh, kecanduan tidaknya kamu pada benda bernama TV ini menentukan seberapa besar tingkat kebahagiaan kamu.
Menurut studi John Robinson dan Steven Martin dari the University of Maryland, makin lama kita terhipnotis di depan TV, justru itu pertanda kita tidak bahagia. Mereka telah menganalisa 30.000 orang dewasa selama 30 thn. Hasilnya, orang yang bahagia lebih aktif secara sosial, menghadiri lebih banyak kegiatan keagamaan, menyampaikan pendapat, dan membaca koran.
Pemirsa disuguhi tontonan kekayaan seperti ini untuk dibuat ‘iri’. Kerja enak, pulang pergi naik mobil mengkilat, istri cantik atau suami ganteng, rumah mewah, makanan berlimpah, gilee bener
Penelitian tersebut mempelihatkan hasilnya bahwa tak ada satu pun yang merasa bahagia karena banyak menonton TV. Itu di satu sisi. Di sisi yang lain, menonton TV atau bahkan sampai level kecanduan itu bisa memberikan efek yang buruk pada penontonnya. Coba amati apa saja yang terkandung dalam tayangan demi tayangan di TV. Muara dari semua itu Cuma satu, hedonis alias gaya hidup hura-hura dan foya-foya. Sinetron yang menampilkan tayangan keluarga kaya. Bila pun ada tokoh yang miskin, pasti ujung-ujungnya ketemu pacar atau suami kaya trus ikutan jadi kaya. Materi adalah dewa dari tayangan TV masa kini.
Pemirsa disuguhi tontonan kekayaan seperti ini untuk dibuat ‘iri’. Kerja enak, pulang pergi naik mobil mengkilat, istri cantik atau suami ganteng, rumah mewah, makanan berlimpah, gilee bener. Seakan-akan hidup gak ada susahnya. Padahal faktanya, masyarakat kita termasuk kamu yang hobi nonton jenis tontonan seperti ini, mengalamai kenyataan hidup yang 180% berbeda banget.
Susahnya hidup di alam kapitalis membuat harga-harga melambung tinggi. Tiap hari makan kita juga pas-pasan. Bayar sekolah mahal, belum lagi bayar listrik, gas, air dan semua kebutuhan hidup lain. Kalo tak percaya coba Tanya ibumu yang sudah tentu pusing dengan semua harga kebutuhan yang melonjak tajam. TV membuat seolah-olah fakta susah seperti tak nyata. Yang ada hanyalah dunia mimpi yang penuh dengan tokoh-tokoh cantik dan tampan plus kaya raya.
Pembodohan, itu mungkin tepatnya. Jadi jangan sampai deh kamu termasuk ke dalam korban pembodohan ala TV seperti ini. Kamu kudu jadi remaja muslim yang cerdas dan kritis untuk menyikapi banyak hal dalam hidup di antaranya adalah TV ini. Benar-benar membuang waktu dengan menghabiskan sebagian besar aktifitas kamu dengan mantengi TV. Mending juga kamu melakukan aktifitas lain yang lebih berguna, misalnya belajar, ngaji, dan dakwah.
Selain tak bagus bagi kesehatan, kebahagiaan dan kecerdasan, TV juga membawa racun ideology di benak pemirsanya termasuk kamu salah satunya. Ideologi kapitalisme yang mendewa-dewakan materi jadi sumber informasi yang tiada henti. Tak peduli tayangan tak mendidik yang penting banyak penonton, secara otomatis banyak pula iklannya. Iklan adalah sumber keuangan agar TV bisa berproduksi. Akhirnya, bila ini terjadi berlarut-larut, pembodohan massal bangsa dan umat ini menjadi terlaksana secara structural.
Emang kamu mau menjadi salah satu korban pembodohan massal ini? Ih….enggak banget! Jadi mulai sekarang, detik ini, camkan pada dirimu untuk segera mengurangi jatah nonton TV. Kamu pasti bisa!
RIA FARIANA, voa-islam.com