Satu menit, sebuah hitungan waktu yang sepertinya sangat remeh dan singkat dibandingkan dengan skala jam, hari, minggu bulan bahkan tahun. Satu menit yang terdiri dari hitungan 60 detik ini ternyata tidak seremeh kelihatannya karena ia menyimpan sebuah potensi yang besar di dalamnya.
Satu menit dengan dzikrullah, coba hitung berapa asma Allah yang mampu kita sebut baik dalam hati ataupun lisan. Bibir kita basah mengagungkan nama-Nya dan hati kita penuh teduh di bawah naungan-Nya.
Satu menit dengan dzikrullah, coba hitung berapa asma Allah yang mampu kita sebut baik dalam hati ataupun lisan. Bibir kita basah mengagungkan nama-Nya dan hati kita penuh teduh di bawah naungan-Nya.
Satu menit dengan menghapal satu ayat. Kemudian menit berikutnya diulang lagi dan lagi. Bisa juga satu menit yang ada untuk ‘sekedar’ membaca surat-surat pendek sehingga bermakna satu menit yang ada.
Satu menit untuk membaca buku meskipun hanya garis besarnya saja, bisa judul, atau bahkan ulasan di sampul belakang. Ada informasi masuk. Ada proses pengolahan disana yang melibatkan otak. Ada proses pembelajaran. Ada proses pemahaman. Itu semua berawal dari satu menit baik yang kita manfaatkan.
Satu menit hanyalah waktu. Dia tak punya kuasa untuk mendikte pemiliknya. Satu menit ini pasrah mau diapakan saja oleh yang empunya. Ibarat pisau bermata dua, satu menit tak hanya menciptakan kebaikan sebagaimana paparan di atas.
Satu menit yang sia-sia bisa digunakan untuk bergunjing meskipun sebentar. Membicarakan kejelekan orang menjadi satu kebiasaan buruk yang tak sadar menjadi bagian kehidupan. Ah….kan hanya satu menit, dalihnya. Satu menit yang bisa membaca pemiliknya menghuni api neraka. Satu menit yang sia-sia bahkan mengakibatkan dosa.
Satu menit untuk iri dan dengki. Bukannya sibuk mengukur amal diri, malah sibuk dengan kebencian melihat orang lain bahagia. Satu menit pertama yang kemudian dilanjutkan dengan satu menit berikutnya dan lagi dan lagi. Habislah waktu untuk hal yang tak berguna padahal tak ada mesin pemutar waktu untuk mengulang kembali jarum jam-nya. Yang ada tinggallah sesal ketika nanti di hari pembalasan tak ada amal baik yang bisa memberatkan timbangan di yaumul hisab.
Sungguh, satu menit bukanlah hal kecil. Ia tak bisa dianggap remeh dan sepele. Satu menit pertama itu merupakan awal dari satu menit berikutnya dan berikutnya lagi. Satu menit itu bisa menjadi langkah awal bagi kebaikan ataukan kejahatan. Satu menit yang berawal dari niat baik akan mengantarkan pemilik niat tersebut kepada amal. Begitu sebaliknya, bila satu menit pertama berniat hal yang buruk maka hal tersebut akan mengantarkannya kepada keburukan.
Bukan satu menit yang salah. Tapi pemilik satu menit itu yang akan dimintai pertanggungjawaban atas menit-menit yang dilaluinya. Sudahkah satu menit yang ada digunakan untuk kebaikan? Ataukah malah kejahatan yang menjadi kebiasaan? Satu menit yang pasrah akan diapakan saja oleh manusianya. Satu menit yang akan menjadi saksi diri ketika mulut dikunci dan anggota tubuh bersuara, termasuk satu menit yang kita punya.
Satu menit, oh….satu menit. Bisa apa kita dengan satu menit ini? Kitalah tuannya dan satu menit ini akan tunduk pada kemauan kita. Pertanyaannya, untuk kebaikan ataukah kejahatan si satu menit ini dimanfaatkan? Kitalah yang mempunyai jawaban.
Ria Fariana, voa-islam.com