Voa-islam - Bulan Dhulhijah begini, sarat makna dengan pengorbanan. Mulai dari asal muasal sejarahnya tentang pengorbanan Nabi Ismail yang rela disembelih oleh ayahnya yaitu Nabi Ibrahim demi melaksanakan perintah Allah, hingga akhirnya karena keikhlasan mereka, digantilah sembelihan itu dengan hewan ternak yaitu kambing. Idul Adha atau yang biasa disebut dengan hari raya kurban bukan hanya tentang sembelih-menyembelih saja. Tapi ada makna lain yang lebih besar daripada itu. Ketaatan, itu intinya.
Pernah dengar istilah ‘cinta adalah pengorbanan’? Cinta itu tak bisa dilepaskan dari sebuah pengorbanan dalam bentuk apa pun. Misalnya saja kamu rela gak jajan sehari karena adekmu ingin dibelikan es krim. Kamu berkorban demi adek yang kamu sayangi. Inti berkorban inilah yang melatarbelakangi Idul Adha atau hari raya kurban.
Cinta dan pengorbanan. Ketika kita mencintai seseorang, kita rela berkorban untuknya. Begitu juga ketika kita ber-azzam mencintai Allah, maka apa saja perintah Allah, sudah pasti kita rela dan ikhlas untuk menjalankannya. Bahkan pun ketika perintah itu seolah-olah berat bagi manusia, tak ada alasan untuk mangkir.
Cinta dan pengorbanan. Ketika kita mencintai seseorang, kita rela berkorban untuknya. Begitu juga ketika kita ber-azzam mencintai Allah, maka apa saja perintah Allah, sudah pasti kita rela dan ikhlas untuk menjalankannya. Bahkan pun ketika perintah itu seolah-olah berat bagi manusia, tak ada alasan untuk mangkir.
Bayangkan kurang berat bagaimana ketika seorang bapak disuruh untuk menyembelih anaknya sendiri sebagaimana terjadi pada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Tapi demi yang Tercinta yaitu Allah SWT, maka seberat apa pun perintah itu tetap harus dilaksanakan. Dan benarlah, Allah ‘sekadar’ menguji ketaatan dua anak manusia ini karena berikutnya Nabi Ismail yang siap dalam posisi disembelih, diganti oleh Allah dengan huwan kurban lainnya.
Dari sinilah seharusnya kita menteladani apa yang telah dilakukan oleh manusia-manusia pilihan ini. Sebuah pengorbanan yang tulus ikhlas dan tanpa banyak alasan untuk mangkir. Bandingkan dengan diri kita, kamu dan saya yang lebih banyak alasan untuk menolak taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketika sudah tahu hukum menutup aurat, ada saja alasan yang diberikan. Yang panaslah, yang ribetlah, yang gak modislah, dll. Padahal perintah ini diberikan adalah untuk kebaikan manusia sendiri. Berkurban sedikit panas sudah menggerutu kesana-kemari. Naudzubillah.
Yang namanya kepingin pintar, ya harus belajar. Harus berkorban sedikit untuk mengurangi waktu kongkow-kongkow gak penting, waktu nonton sinetron dan acara musik di TV, waktu untuk ngegosip dan hal-hal gak penting lainnya. Berkorban sedikit demi kebahagiaan dan kesuksesan di hari depan. Padahal cuma sedikit loh, ini saja sering membuat kamu banyak alasan. Bagaimana lagi ya bila harus berkorban sebesar Nabi Ibrahim dan Ismail? Gak kebayang deh…
Ketika kamu mau sedikit saja berkurban untuk tidak menghabiskan waktumu sia-sia dengan hura-hura, maka kamu akan menuai hasilnya kelak kemudian hari. Di dunia kamu belajar menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap masa mudamu, sedang di akhirat nanti kamu tak akan menyesal karena telah amanah dalam memanfaatkan waktu
Masa remaja adalah masa hura-hura, begitu mungkin pendapat sebagian di antara kamu. Ketika kamu mau sedikit saja berkurban untuk tidak menghabiskan waktumu sia-sia dengan hura-hura, maka kamu akan menuai hasilnya kelak kemudian hari. Di dunia kamu belajar menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap masa mudamu, sedang di akhirat nanti kamu tak akan menyesal karena telah amanah dalam memanfaatkan waktu. Pengorbanan yang kamu lakukan akan mendapat hasil yang setimpal bahkan lebih yaitu ketika Allah mencintaimu karena kamu meninggal hura-hura masa muda dan menggantinya dengan taat pada perintah-Nya.
Berkurban dengan meninggalkan sikap hidup hura-hura bukan berarti kamu kehilangan masa muda yang indah. Sebaliknya, kamu akan merasakan nikmatnya manis iman ketika kamu memilih sebuah jalan yang memang telah diridhoi-Nya. Sebuah jalan keindahan yang berada pada rambu-rambu taat syariat-Nya. Bila kamu telah pernah mengecap indahnya jalan ini, maka sebuah pengorbanan atas nama cinta tidak lagi terasa sebagai pengorbanan. Kamu akan melakukannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesadaran. Apalagi disini kita membicarakan cinta tertinggi yaitu cinta Ilahi. Pengorbanan yang dilakukan pun bukan pengorbanan biasa. Jaminan yang diberikan Allah adalah surga bagi mereka yang mau berkorban karena Allah semata. Duh…indahnya.
Selamat Idul Adha atau hari raya kurban ya. Semoga momen ini bisa semakin meningkatkan iman dan amal kita. Cheers ^_^
Oleh : Ria Fariana