Voa-Islam - Berpasang-pasangan jalan-jalan ke mall, trus nonton bioskop or makan bareng, dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak.Yupz…banyak banget pemandangan seperti itu menimpa para remaja kita. Masih berseragam putih abu-abu alias SMA atau bahkan putih biru alias SMP coba-coba pingin tahu rasanya berdua-duaan dengan lawan jenis. Gak berani di sekolah, maka mall dan gelapnya gedung bioskop yang jadi sasaran. Duh..remaja, mau kemana langkahmu bila begini?
Tayangan sinetron kacangan dan reality show bo’ongan menjadi pemicu merebaknya tingkah laku bebas remaja terhadap lawan jenis. Tiap hari, tiap saat mereka disuguhi tontonan tentang asiknya pacaran, berdua-duaan dan segala hal yang berbau maksiat. Walhasil, yang namanya remaja langsung semangat aja dengan hal-hal seperti itu. Karakter menirunya tanpa memakai pertimbangan baik dan buruk langsung saja dilahap mentah-mentah informasi menyesatkan dari media bernama TV. Remaja pun di ujung tanduk, berdiri was-was dipandu benda tak bertanggung jawab atas nama modernitas.
Bujuk rayu maksiat ini bukan hanya menimpa remaja di sekolah menengah umum saja. Sekolah yang berlabel Islam pun juga banyak yang terkena virus pergaulan bebas ini. Dengan masih berkerudung putih, mereka keluyuran di mall-mall, bergandeng tangan mesra dengan lawan jenis. Jumlah jam pelajaran agama dan wawasan keislaman seolah-olah tak mempan membendung laju bebasnya pergaulan remaja masa kini. Bila kita ingin introspeksi, sebetulnya siapa yang berperan dalam kebejatan moral remaja ini?
Keluarga, masyarakat dan negara, ketiganya punya andil besar dalam membentuk kepribadian remaja kita. Ketika pondasi keluarga rapuh dari nilai-nilai Islam, maka bisa dipastikan anggota keluarganya juga akan jauh dari ajaran Islam.
Keluarga, masyarakat dan negara, ketiganya punya andil besar dalam membentuk kepribadian remaja kita. Ketika pondasi keluarga rapuh dari nilai-nilai Islam, maka bisa dipastikan anggota keluarganya juga akan jauh dari ajaran Islam. Ketika anak-anak beranjak remaja, mereka akan kehilangan pegangan dalam menjalani kehidupan.
Masyarakat yang semakin individualis dan cuek terhadap urusan orang lain membuat remaja makin kehilangan kontrol diri. Remaja pacaran, masyarakat tak peduli. Bahkan ketika gaul bebas menjadi trend di tengah masyarakat, tak ada yang berusaha mengingatkan. Masing-masing sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Di benak mereka hanya ada sebuah kalimat ‘yang penting bukan gue or keluarga gue yang ngelakuin’.
Kondisi ini makin diperparah oleh sikap negara yang permisif alias serba boleh. Pacaran sah-sah saja selama tak ada pihak yang dirugikan. Jangankan pacaran, berzina aja boleh kok bahkan disediakan tempat atau lokalisasi untuk melakukannya asal mau bayar pajak. Tapi kalo urusan menikah, dijamin pasti dipersulit. Mulai biaya yang sangat mahal hingga dokumentasi yang ribet. Belum lagi usia nikah yang diatur-atur seolah-olah para pembuat kebijakan itu jauh lebih tahu potensi manusia daripada Allah Yang Mahamenciptakan manusia sendiri.
Kondisi ini makin diperparah oleh sikap negara yang permisif alias serba boleh. Pacaran sah-sah saja selama tak ada pihak yang dirugikan. Jangankan pacaran, berzina aja boleh kok bahkan disediakan tempat atau lokalisasi untuk melakukannya asal mau bayar pajak. Tapi kalo urusan menikah, dijamin pasti dipersulit. Mulai biaya yang sangat mahal hingga dokumentasi yang ribet. Belum lagi usia nikah yang diatur-atur seolah-olah para pembuat kebijakan itu jauh lebih tahu potensi manusia daripada Allah Yang Mahamenciptakan manusia sendiri.
Nah, melihat parahnya kondisi lingkungan sekitar kita, maka kamu jangan mau berdiam diri saja. At least, kamu jangan ikut-ikutan jadi aktifis gaul bebas itu. Sebaliknya, kamu kudu berperan dalam upaya untuk merubah kondisi masyarakat terutama remaja yang sedang dalam kondisi krisis tersebut. Supaya kamu tahu apa yang harus dilakukan, mau tak mau kamu harus mencari ilmunya dulu. Mencari ilmu jenis ini gak bakal ada di sekolah formal yang ‘duniawi’ minded. So, kamu kudu ngaji kalau bener-bener peduli.
Ngaji tentang Islam sebagai the way of life. Ngaji yang bukan sekadar baca Qur’an tanpa tahu maknanya. Ngaji disini harus utuh, menjadikan Islam sebagai solusi kehidupan. Kalau udah ngaji begini, ibarat mau bertempur, kamu siap dengan aminisi untuk menyerang musuh. Musuh disini dalam bentuk rusaknya pemikiran umat. Tugas kamu untuk membetulkan dan membenahi agar generasi muda tak semakin terperosok ke jurang kehancuran. So, ayo bergerak!
Oleh : Ria Fariana