View Full Version
Selasa, 22 Dec 2009

Renungan Awal Tahun (2)

Kamu pasti ditanya tentang kenikmatan yang kamu dapatkan

Karena agungnya hari pembalasan, Allah perintahkan hamba-hamba-Nya supaya melakukan muhasabah (introspeksi) dan berbekal diri untuk masa depannya sehingga ketika datang kematian dia tidak dalam kondisi lalai dan mengabaikan perintah-Nya.

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Maksudnya: hisablah dirimu sebelum kamu dihisab. Perhatikan amal-amal shalih apa yang sudah engkau siapkan untuk menghadapi hari yang dijanjikan dan ketika dihadapkan pada Tuhan kalian."

Umar bin Al-Khathab radliyallah 'anhu pernah berkata, "hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, timbanglah dirimu sebelum kamu ditimbang. Hal itu akan memperinganmu ketika dihisab besok yaitu dengan menghisab dirimu di hari ini. Berhiaslah untuk 'aradl akbar (hari perhitungan amal), pada hari itu semua akan dinampakkan tak ada sedikitpun tersembunyi dari kalian."

Seorang mukmin akan menghisab (mengintrospeksi) dirinya sendiri karena dia tahu besok akan dihisab di hadapan Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan ahli maksiat terus berjalan dan tak pernah menghisab dirinya, karena dia lalai terhadap hari perhitungan.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tak seorangpun dari kalian pasti akan diajak bicara oleh Rabb kalian tanpa ada penerjemah. Lalu dia melihat ke arah kanannya, tak didapatinya kecuali amal yang sudah dikerjakannya. Lalu dia melihat ke arah kirinya, tak didapatinya kecuali amal yang sudah dikerjakannya. Lalu dia melihat ke arah depannya, didapatinya neraka di hadapannya. Maka peliharalah dirimu dari neraka walau dengan setengah biji korma." (Muttafaq 'alaih)

Allah mengabarkan bahwa kita kelak akan ditanya tentang kenikmatan dunia,

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)." (QS. At-Takatsur: 8)

Allah kelak akan menanyai kita tentang kenikmatan dunia, berupa air yang dingin, makanan yang nikmat, tempat tinggal, kendaraan, dan baju. Apa yang kita lakukan dengannya? Bagaimana kita mendapatkannya? Untuk apa kita menggunakannya?

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan bergerak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya pada apa dia habiskan, tentang masa mudanya pada apa dia luangkan, tentang hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dia pergunakan, dan tentang ilmunya apa yang dia amalkan padanya" (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

Qatadah berkata, "sesungguhnya Allah bertanya kepada setiap hamba tentang nikmat dan hak-Nya yang Dia percayakan padanya."

"sesungguhnya Allah bertanya kepada setiap hamba tentang nikmat dan hak-Nya yang Dia percayakan padanya." Qatadah.

Wahai saudaraku, persiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, yaitu jawaban yang jujur dan benar. Masalah ini amat menentukan karena berkaitan dengan tempat kembali dan tempat berlabuh di akhirat, yaitu kenikmatan abadi atau siksa yang pedih.

Seorang salaf berkata, "seandainya Allah mengancam akan memenjarakanku di kamar mandi jika aku bermaksiat kepada-Nya, maka selayaknya aku tidak meninggalkan ibadah kepada-Nya. Lalu bagaimana bila Dia mengancam akan menyiksaku di neraka Jahannam jika aku durhaka pada-Nya?."

"seandainya Allah mengancam akan memenjarakanku di kamar mandi jika aku bermaksiat kepada-Nya, maka selayaknya aku tidak meninggalkan ibadah kepada-Nya.

Lalu bagaimana bila Dia mengancam akan menyiksaku di neraka Jahannam jika aku durhaka pada-Nya?."

Cara melakukan muhasabah

Menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, cara melakukan muhasabah adalah yang pertama dengan menghitung amal yang wajib, jika dia mendapatkan kekurangan maka dia lengkapi dengan qadla' (menganti) atau ishlah (memperbaiki).

Kemudian, menghisab dirinya terhadap perkara-perkara haram. Jika dia teringat telah melakukannya maka segera bertaubat, beristighfar, dan melakukan kebajikan untuk menghapuskan dosanya.

Kemudian menghisab dirinya tentang kelalaiannya. Jika telah lalai dari tujuan penciptaannya, maka bersegera dzikir dan kembali kepada Allah Ta'ala.

Kemudian menghisab perkataanya, langkah kedua kakinya, perbuatan kedua tangannya, atau yang didengar kedua telinganya. Apa yang diinginkan dari semua itu? Bagaimana dia melakukannya?

Kemudian menghisab perkataanya, langkah kedua kakinya, perbuatan kedua tangannya, atau yang didengar kedua telinganya. Apa yang diinginkan dari semua itu? Bagaimana dia melakukannya?

Dari setiap perkataan dan perbuatan harus ada dua catatan. Yaitu untuk siapa dia melakukannya dan bagaimana dia melaksanakannya? Pertanyaan pertama tentang keikhlasan dan yang kedua tentang mutaba'ah (mengikuti sunnah Rasulullah).

Kisah para ahli muhasabah

Melakukan muhasabah tidak hanya di penutup tahun, di akhir bulan, atau di ujung hari. Orang-orang shalih senantiasa memuhasabah dirinya pada setiap amal dan perkataan mereka.

Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, "semoga Allah merahmati seorang hamba yang berhenti ketika akan melakukan sesuatu. Jika untuk Allah dia melanjutkannya. Namun, jika ada niatan untuk selain-Nya maka dia menundanya."

Maimun bin Mihran rahimahullah berkata, "seseorang tak akan menjadi orang bertakwa sehingga dia selalu mengintrospeksi dirinya dari ada tidaknya dia menyekutukan Allah."

Janganlah engkau terlalaikan dengan orang yang berumur panjang, namun lihatlah berapa banyak pemuda yang meninggal dunia.

Wahai saudaraku, buang sifat menunda-nunda dan lalai dari dirimu. Janganlah berpanjang angan dan hayal. Janganlah engkau terlalaikan dengan orang yang berumur panjang, namun lihatlah berapa banyak pemuda yang meninggal dunia.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, "Orang yang tak tahu kapan kematiannya tiba wajib untuk selalu bersiap-siap, janganlah masa muda dan sehat melalaikannya. Sungguh yang meninggal di waktu tua itu sedikit. Malah kebanyakan orang yang meninggalkan dari kalangan pemuda. Karenanya jumlah orang tua itu sedikit . . . ."

"Orang yang tak tahu kapan kematiannya tiba wajib untuk selalu bersiap-siap, janganlah masa muda dan sehat melalaikannya.

Sungguh yang meninggal di waktu tua itu sedikit. Malah kebanyakan orang yang meninggalkan dari kalangan pemuda. Karenanya jumlah orang tua itu sedikit . . . ."

Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar memberikan ilmu yang manfaat kepada kita dan melimpahkan taufiq untuk beramal shalih. Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin.

(PurWD/ islamway)

•    Bagian tulisan Khalid Abu Shalih diterjemahkan Purnomo WD.

 

Baca tulisan sebelumnya:

*Renungan Awal Tahun (1)

 


latestnews

View Full Version