Belajar adalah gaya hidup yang hebat, fun dan dikagumi. Kalimat ini saya dapatkan dari sebuah novel berdasarkan kisah nyata tentang perjuangan para tokohnya dalam menuntut ilmu. Saya sih tak hendak promo ataupun menulis synopsis novel tersebut. Tapi ada poin bagus yang ingin saya paparkan buat kamu para remaja muslim yang hebat tentang hal ini.
Belajar itu adalah sebuah aktifitas positif yang bermakna menggali hal-hal baru yang sebelumnya kita tidak tahu kemudian menjadi tahu. Belajar itu luas banget cakupannya, tidak melulu berkaitan dengan buku pelajaran sekolah. Buku-buku sekolah itu hanya sebagian kecil dari ruang lingkup belajar itu sendiri. Kalo cuma mengandalkan buku pelajaran sekolah tanpa mau membuka diri pada belajar di konteks lainnya, kamu bakal menjadi buku teks berjalan. Gak asyik banget tuh jadinya.
Coba deh kamu eksplore keasyikan belajar ini pada hal-hal lain yang lebih mengasah semua indera yang kamu punya. Mata kamu manfaatkan untuk melihat dan mengagumi keindahan ciptaan Allah di sekitar. Hidung digunakan untuk mencium bau-bau alam semisal air hujan yang menyentuh tanah, bunga-bunga yang bermekaran, dsb. Telinga juga tak mau kalah, digunakan hanya untuk mendengarkan kebaikan. Begitu juga dengan mulut, hanya kalimat baik saja yang diproduksi olehnya. Pembelajaran melalui panca indera ini bisa membuat kamu semakin cerdas otak maupun iman.
Alam semesta itu mendukung banget dalam proses belajar kamu untuk menjadi cerdas otak dan iman loh. Perhatikan saja terbitnya mentari di pagi hari. Hanya dengan memperhatikan salah satu ciptaan Allah ini, kamu bisa belajar fisika dengan merenungi bagaimana matahari diciptakan dan juga jarak antara matahari dan bumi. Bagaimana embun di pagi hari menguap ketika sang surya mulai muncul di ufuk timur. Berputarnya bumi yang mengelilingi matahari sehingga terlihat matahari yang bergerak mulai dari terbit hingga tenggelam, dll. Karena belajarnya seorang muslim itu tak pernah sia-sia, selain mendapat ilmu fisika, keimanan kamu juga dipastikan bertambah ketika kamu semakin meyakini akan kebesaran-Nya melalu alam ciptaan-Nya.
Biologi, geografi, ekonomi, sejarah dan mata pelajaran lain itu bisa dipelajari tidak melulu melalui buku pelajaran sekolah saja. Ketika kamu membantu ibu di dapur atau membantu ayah membuat rak piring misalnya, semua itu bisa menjadi sarana belajar kamu plus supplemen keimanan. Tinggal kamunya saja yang mau memanfaatkan moment ini apa tidak.
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah juga bisa kok kamu pelajari melalui media massa. Selain bahasa tersebut bakal kamu kuasai dengan baik, fungsi bahasa juga bakal nyampe ke kamu yaitu berupa informasi yang bisa menambah wawasan kamu. Kalo begini, kamu bakal jauh deh dari penyakit kupeng alias kurang pengetahuan dan kuin alias kurang informasi. Kamu bakal jadi remaja muslim yang asyik buat diajak berteman karena nyambung dengan teman obrolan apa pun.
Yakin deh, secara tidak langsung kebiasaan kamu belajar dari lingkungan yang tidak melulu dari buku teks ini akan menolong banget kemampuan kamu dalam memahami materi di sekolah. Bahkan dalam suasana liburan pun, aktifitas belajar ini akan menjadi kebiasaan yang asyik buat kamu.
Belajar tidak lagi merupakan beban, bahkan menjadi sesuatu yang selalu dirindukan. Libur gak libur, sibuk gak sibuk, repot gak repot, belajar itu menjadi sesuatu yang ‘fun’ alias mengasyikkan. Kalo begini, yakin deh kejayaan Islam tinggal tunggu waktu ketika generasi mudanya keranjingan untuk belajar bukan hanya ilmu dunia tapi juga akhirat. So, sekarang tinggal di kamunya sendiri. Mau ikut serta nggak dalam kebangkitan Islam yang sudah semakin dekat, ataukah kamu hanya duduk di pinggir bengong sebagai penonton? Remaja muslim cerdas pastilah mau sebagai pemain aktif di dalam kebangkitan Islam ini. So, ayo belajar untuk perubahan! ^_^
Ria Fariana, voa-islam.com