View Full Version
Ahad, 24 Jan 2010

"MALING" The Next Generation

Akhir-akhir ini, masyarakat diresahkan oleh berita tentang pembobolan mesin ATM oleh pihak-pihak tertentu yang ditengarai dilakukan oleh sindikat internasional. Itu berita di Indonesia. Berita yang berasal dari negeri Paman Sam beda lagi. Dua remaja perempuan berani nekad merampok bank di Ohio awal Januari 2010 ini. Mereka masing-masing berusia 12 dan 14 tahun. Meskipun usia belasan tahun disebut teenager di barat sono alias remaja, tapi usia segitu di negeri si Komo ini masih dianggap anak-anak.

Anak-anak merampok bank, apa yang salah sih dengan system pendidikan yang ada? Bukan hanya system pendidikan, tapi juga pola asuh orang tua terhadap anak hingga tataran masyarakat dan negara. Anak-anak atau remaja hanya korban dari berlakunya sebuah pola dan system dalam suatu lingkungan. Apalagi yang kita bicarakan ini adalah dua remaja perempuan!

Perempuan yang seharusnya sifatnya dipenuhi rasa malu yang besar, malah mempunyai jiwa kriminalitas tingkat tinggi dengan merampok bank. Mereka berjalan masuk bank kemudian mendekati kasir dan menggertak untuk menyerahkan uang yang ada. Mereka juga mengancam akan melukai bila permintaannya tidak dituruti. Herannya, petugas kasir pasrah saja menyerahkan sejumlah uang ke dua anak belasan tahun ini. Mereka kemudian lenggang-kangkung berjalan meninggalkan bank dan berjalan ke arah pemukiman penduduk.

Pembobolan ATM ataupun perampokan bank, baik secara manual atau teknologi mempunyai satu azaz dasar yang sama yaitu pencurian atau mengambil milik orang lain dengan tanpa izin atau bahkan paksa. Seorang anak itu lahir dalam keadaan fitroh alias suci. Orang tuanya yang menjadikan dia muslim, kafir, atau maling. Ada kalanya orang tua telah berusaha mendidik dengan baik, tapi masyarakat memberi peluang seorang anak untuk menjadi maling. Kok bisa?

.... Seorang anak itu lahir dalam keadaan fitroh alias suci. Orang tuanya yang menjadikan dia muslim, kafir, atau maling....

Lihatlah sekitar. Begitu banyak bentuk pencurian atau maling-maling kecil dan besar ada di sekitar kita. Mulai tingkat rendah seperti maling sandal di masjid sampai maling uang rakyat yang dikorupsi oleh para pejabat. Anak-anak dibesarkan dalam sebuah lingkungan yang tidak sehat yaitu ketika maling-maling itu terutama yang jumlahnya sampai milyat dan trilyun malah bebas atau hidup dalam penjara level hotel bintang lima.

Negara dalam hal ini  berperan serta membentuk mental generasi-generasi penerus menjadi maling ‘the next generation’. Tak usah pusing berpikir jauh, lihat saja fenomena para koruptor yang makin lihai dan perampokan bank oleh 2 remaja perempuan belasan tahun tersebut. Tak lama lagi, anak-anak usia di bawah sepuluh tahun akan mulai terbiasa dan praktik ilmu maling dalam bentuk yang lain. Pesatnya perkembangan teknologi semakin memudahkan orang untuk mendholimi orang yang lain apabila tidak ada iman menyertai pemakainya.

Maling ‘the next generation’ bukan hanya milik Amerika dan Indonesia saja, melainkan milik semua bangsa yang dasar berpijaknya adalah dari ilmu permalingan. Maling itu kan paling tak tahan melihat benda atau materi. Klop dengan ideology yang dianut mayoritas bangsa di dunia saat ini yaitu kapitalisme yang berazaskan materialisme. Lihat saja konspirasi Amerika mencuri Palestina, Indonesia dengan segenap pejabatnya yang bermental korup dan sanksi yang sangat ringan bagi para koruptor.

Selama hukum dibuat oleh manusia, sepanjang itu pula hukum itu berpihak pada yang membuat hukum. Tak kan pernah ada pasal pidana yang bisa menjerat para koruptor misalnya, karena memang para mereka sendirilah yang membuat pasal-pasalnya. Nah bila sudah begini, masa iya kita masih mau diatur oleh hukum buatan manusia yang full kepentingan si pembuat hukum? Bebal sekali manusia bila memang itu maunya.

So, tak ada pembuat hukum sebaik pembuat manusia itu sendiri. Bila Dia mampu membuat manusia, sudah pasti Ia mampu pula membuat hukum bagi manusia. Ia tak punya kepentingan apa pun ketika membuat hukum untuk manusia selain untuk kebaikan manusia sendiri. Tuh kan, keren banget! Jadi, saatnya sekarang back to hukum-Nya dengan syariah dan Khilafah. TOP dah ^_^


latestnews

View Full Version