View Full Version
Sabtu, 27 Feb 2010

Merindu Rasul dengan Jujur

Rindu Kami Padamu Ya Rasul
Rindu Tiada Terperi
Berabad Jarak Darimu Ya Rasul
Serasa Dikau Di Sini

Cinta Ikhlasmu Pada Manusia
Bagai Cahaya Surga
Dapatkah Kami Membalas Cintamu
Secara Bersahaja


Di momen Maulid Nabi tercinta Muhammad SAW begini, lagu ciptaan Bimbo di atas pas banget untuk dilantunkan secara samar di bibir. Cukup pelan-pelan saja karena kalo kamu melantunkannya dengan keras, khawatir ada banyak piring terbang melayang ntar hehehe. Tapi, meskipun pelan, makna lirik di atas harus pas mantap di hati agar memberi efek yang oke pada diri.

Asli, setiap melantunkan lirik lagu Rindu Rasul tersebut, hati selalu terasa gerimis. Mata pun basah karena perasaan terasa buncah oleh rindu yang membara. Ya…rindu pada Rasul tercinta yang membawa manusia dari kegelapan ke jalan yang penuh dengan cahaya. Meskipun jarak zaman Rasulullah hidup jauh banget dengan kita, tapi rasanya beliau tuh ada di dekat diri.

Rasa ini bisa hadir dalam hati ketika kita mampu mencinta dan merindu Rasulullah dengan jujur. Loh, emangnya ada rasa cinta dan rindu yang tak jujur? Ada banget! Tuh kamu lihat para artis penyanyi yang melantunkan lagu tersebut di layar TV. Contoh yang paling sederhana, coba perhatikan bagaimana cara berpakaiannya. Rambut yang cuma ujung kepala ditutup kerudung dan selebihnya terbuka, pakaian yang tidak menutup aurat karena seringkali tertutup tapi ketat dan masih memperlihatkan lekuk tubuh indah perempuan, kemudian panggung yang campur baur laki-laki dan perempuan, membuat rindu ini ternoda.

...Merindu Rasul haruslah jujur. Merindu dengan sebenar-benarnya rindu. Dengan merindu Rasul, kita pastilah akan berusaha mengikuti sunnahnya sebaik-baiknya demi bukti bahwa rindu kita tidak palsu....

Merindu Rasul haruslah jujur. Merindu dengan sebenar-benarnya rindu. Coba kamu ingat-ingat apabila kamu merindukan sesuatu, pastilah kamu berusaha untuk mengenang bahkan mengikuti setiap detil hal yang pernah dilakukannya. Begitu juga dengan merindu Rasul, kita pastilah akan berusaha mengikuti sunnahnya sebaik-baiknya demi bukti bahwa rindu kita tidak palsu.

Rasulullah paling pantang bermaksiat. Jangankan maksiat besar (na’udzubillah), yang kecil saja Rasulullah tidak pernah. Coba bandingkan dengan rindu palsu di zaman ini ketika perayaan maulid diadakan dengan besar-besaran tapi miskin makna. Panggung demi panggung digelar, samrohan, terbangan, puji-pujian dilantunkan tapi ironinya, risalahnya dicampakkan. Acara maulid hanya sekadar seremonial belaka tanpa ada upaya untuk napak tilas bagaimana Rasulullah dulu berjuang demi tegaknya syariah Islam.

Ajaran Rasulullah disempitkan hanya sebatas sholat, zakat, puasa dan puji-pujian saja tanpa menyinggung adanya kemungkaran besar yang terjadi yaitu jauhnya umat dari ajaran Islam. Sangat jarang ada perayaan Maulid Nabi yang memberikan tema untuk menjadikan momen ini sebagai tonggak kita kembali kepada syariat dan Khilafah. Padahal tanpa kedua hal ini, bagaimana mungkin kita bisa meneladani Nabi dengan sempurna? Bila demikian kondisinya, lalu apa makna lantunan rindu Rasul yang tahun demi tahun selalu diulang?

Sungguh, kita ingin merindu Rasul dengan jujur tanpa kepalsuan atau sekadar ikut-ikutan. Kita ingin rindu ini ada wujud nyata bahwa kita benar-benar merindunya, sosok mulia sepanjang zaman. Tak ada yang salah dengan melantunkan puji-pujian untuk sosok nabi akhir zaman ini karena ia memang sosok yang sangat terpuji. Hanya saja akan jauh lebih indah bila momen maulid ini tak cuma berisi pujian dan lantunan rindu palsu, namun jauh kepada seruan penyadaran umat bahwa rindu ini akan tuntas dengan hadirnya lagi Islam dalam segenap aspek kehidupan. Dan itu tak mungkin bisa terwujud tanpa adanya system yang menaungi yaitu Khilafah Islam.

So, ayo kita jadikan momen maulid ini sebagai awal langkah untuk lebih meneladani Rasulullah dalam semua aspeknya. Bukan dengan hura-hura pesta namun lebih ke penghayatan dan pengamalan sunnah dan risalah yang dibawanya. Syariat Islam secara kaffah segera tanpa bisa ditunda. Selamat berjuang ya ^_^
[Ria Fariana/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version