Siapa yang kenal nama ini? Dan siapa pula di antara kita yang pernah mendengarnya sebelum ini? Berat dugaan bahwa beberapa di antara kita belum pernah mendengar namanya atau bahkan tidak mengenal sosok sahabat nabi yang satu ini.. berikut ini kisahnya..
Ia adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Walaupun namanya tidak semasyhur nama-nama sahabat nabi yang terkenal. Ia adalah seorang yang takwa dan tak hendak menonjolkan diri. Ia tak pernah absen dalam setiap perjuangan dan jihad yang dihadiri Rasulullah SAW.
Said masuk Islam sesaat sebelum pembebasan Khaibar, setelah memeluk Islam, ia terkenal dengan ketaatan dan kepatuhan, zuhud dan keshalehan serta keluhuran budi pekertinya. Ketika pandangan kita tertuju kepada Said dalam sekumpulan orang banyak, maka tidak satupun keistimewaan yang akan memikat dan mengundang perhatian kita. Yang Nampak darinya hanyalah tubuh berdebu dan berambut kusut masai. Maka kita tidak akan mengetahui siapa ia sebenarnya, karena kebesaran tokoh ini jauh tersembunyi dibalik kesederhanaannya dan kebersahajaannya.
...kebesaran tokoh ini jauh tersembunyi dibalik kesederhanaannya dan kebersahajaannya...
Suatu ketika ketia Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab memberhentikan Muawiyah dari jabatannya sebagai kepala daerah di Syria, ia menoleh ke kanan dan kekiri mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Dan sistem yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya merupakan sistem yang mengandung segala kewaspadaan, ketelitian dan pemikiran yang matang. Karena ia berkeyakinan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan oleh setiap penguasa ditempat yang jauh sekalipun, maka yang akan ditanya oleh Allah SWT ialah dua orang : pertama, Umar, dan kedua baru penguasa yang melakukan kesalahan itu.
Oleh sebab itu, syarat-syarat yang dipergunakannya untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintahan amatlah berat dan ketat serta berdasarkan pertimbangan yang matang dan sempurna. Dan Syria ketika itu merupakan wilayah yang besar dan modern. Sementara kehidupan di sana (sebelum datangnya Islam) selalu mengikuti peradaban yang silih berganti. Di samping itu Syria juga merupakan pusat perdagangan yang penting dan juga tempat yang cocok untuk bersenang-senang, karena ia merupakan suatu negeri yang penuh godaan. Maka menurut pendapat Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali seorang suci yang tidak dapat diperdayakan setan manapun, seorang zahid yang gemar beribadah, serta tunduk dan patuh serta berlindung diri kepada Allah.
Tiba-tiba Umar berseru,” saya telah menemukannya! Bawa ke sini Said bin “amir” tak lama kemudian, datanglah Said menemui Amirul Mu’minin yang menawarkan jabatan sebagai walikota Hamsh. Tetapi Said menyatakan keberatannya, ia berkata: “janganlah saya dihdapkan kepada fitnah, wahai Amirul Mu’minin”. Dengan nada keras Umar menjawab: “ Tidak, demi Allah saya tidak akan melepaskan Anda! Apakah kalian hendak membebankan amanah dan khilafah di atas pundakku, lalu kalian meninggalkan aku?”
... Seandainya seorang seperti Said bin Amir menolak untuk memikul tanggung jawab hukum, maka siapa lagi yang akan membantu Umar...
Dalam sekejap saja, Said dapat diyakinkan. Dan kata-kata Umar memang layak untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Sungguh suatu hal yang tidak adil namanya bila mereka mengalungkan amanah dan jabatan sebagai khalifah ke lehernya, lalu mereka meninggalkannya sebatang kara. Seandainya seorang seperti Said bin Amir menolak untuk memikul tanggung jawab hukum, maka siapa lagi yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung jawab yang amat berat itu?
Demikianlah, Said akhirnya berangkat ke Hamsh, dan ikut pula istrinya bersamanya. Sebetulnya mereka berdua adalah pengantin baru. Semenjak kecil , istrinya adalah seorang wanita yang sangat cantik lagi berseri-seri. Umar pun membekali mereka secukupnya.
Ketika kedudukan mereka di Hamsh telah mapan, sang istri bermaksud menggunakan haknya sebagai istri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Diusulkannya kepada sang suami untuk membeli pakaian yang layak serta perlengkapan rumah tangga, lalu menyimpan sisanya. Jawab Said kepada istrinya “Maukah kamu Aku tunjukkan yang lebih baik dari rencanamu itu? Kita berada di suatu negeri yang amat pesat perdagangannya serta laris barang jualannya. Maka lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan mengembangkannya.” “Bagaimana jika perdagangannya rugi?” tanya istrinya. “Saya akan mempersiapkan jaminannya” Jjawab Said. “Baiklah kalau begitu” Kata istrinya.
Kemudian Said pergi keluar, lalu membeli sebagian keperluan hidup dari jenis yang amat bersahaja dan sisanya yang masih banyak itu, ia bagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Hari-hari pun berlalu, dari waktu ke waktu istri Said menanyakan kepadanya tentang perdagangan mereka dan kapan keuntungannya akan dibagikan. Semua itu dijawab oleh Said bahwa perdagangan mereka berjalan dengan lancar, sedangkan keuntungannya bertambah banyak dan kian meningkat.
Pada suatu hari, istrinya mengajukan lagi pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara yang sesungguhnya. Said pun tersenyum dan tertawa sehingga menimbulkan keraguan dan kecurigaan sang istri. Ia mendesak suaminya agar berterus terang. Lalu Said pun menyampaikan bahwa harta tersebut telah disedekakannya dari semula.
Wanita itu pun menangis dan menyesali karena harta itu tak dapat dimanfaatkan sedikitpun, baik untuk membeli baju juga keperluan hidupnya. Said memandangi istrinya, sementara air mata penyesalan membasahi pipinya. Dan sebelum pandangan yang penuh kesedihan itu mempengaruhi dirinya, Said membayangkan kawan-kawannya yang telah mendahuluinya di surga, lalu ia berkata: saya mempunyai kawan-kawan yang telah lebih dulu menemui Allah.. dan saya tidak ingin menyimpang dari jalan mereka walaupun ditebus dengan dunia dan seisinya!”
Dan karena ia takut akan tergoda oleh kecantikan istrinya, ia berkata : “Dan seolah-olah kata-kata itu dihadapkan kepada diri mereka berdua,” bukankah kamu tahu bahwa di dalam surga itu terdapat gadis-gadis yang bermata jeli, hingga andai seorang saja mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan matahari dan bulan.
Maka korbankanlah dirimu untuk mendapatkan mereka, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengorbankan mereka demi dirimu!” kemudian diakhirinya ucapan itu dengan senyuman, kemudian istrinya terdiam dan ia ingin mencontoh sifat zuhud dan ketakwaan suaminya.
Pada masa itu Hamsh digambarkan sebagai kota Kufah kedua karena dikota Kufah banyak terjadi pembangkangan penduduk terhadap sang penguasa, tetapi terhadap hamba yang shaleh seperti Said, hati mereka dibukakan oleh Allah, hingga mereka cinta dan taat kepadanya.
... dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang paling cemerlang, Said bin Amir pun menemui ajalnya...
Pada tahun 20 hijriah, dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang paling cemerlang, Said bin Amir pun menemui ajalnya, sungguh telah sangat tak terelakkan rindunya untuk dapat menjumpai Rasulullah SAW, tidak ada beban dunia atau harta benda yang memberati punggungnya, tak ada yang dibawanya kecuali zuhud, keshalehan, ketakwaan dan keluhuran budi pekertinya.
Keistimewaan tersebut dimilikinya untuk mengguncang dunia dan dijadikan pegangan yang kokoh sehingga tak tergoyahkan oleh tipu daya dunia. [waroah/voa-islam.com]
Sumber: Perihidup 60 Shahabat Rasulullah