KEBAHAGIAAN merupakan sasaran terbesar yang hendak dituju seluruh manusia. Tak terkecuali para pemuda dan remaja. Mereka menganggap bahwa masa-masa yang mereka lalui adalah masa untuk berbahagia dan bersenang-senang.
Setiap pemuda dan pemudi menghabiskan tenaga dan memanfaatkan energi mereka untuk menggapai kebahagiaan. Masa sekarang merupakan masa inovasi dan teknologi yang juga digunakan untuk mengembangkan beragam sarana kebahagiaan. Mereka berasumsi bahwa kebahagiaan adalah terpuaskannya kenikmatan-kenikmatan duniawi.
Oleh karenanya, tak sedikit dari remaja dan pemuda yang berlomba-lomba untuk memperkaya diri, berbusana elok, makan dan minum enak, dan lainnya. Namun pertanyaan selanjutnya, “Apakah benar mereka telah mencapai kebahagiaan?” Jawabannya adalah, “Tidak!”
Hal-hal di bawah ini menjadi premis atas jawaban tersebut:
1. Merebaknya obat-obatan terlarang di antara keputusasaan dan rasa frustrasi di kalangan remaja.
2. Tingkat kriminalitas yang tinggi.
3. Klinik konsultasi kejiwaan selalu disesaki pasien-pasiennya yang kebanyakan berusia muda belia.
...Semua bukti tadi menunjukkan bahwa kebanyakan remaja gagal mendapatkan kebahagiaan di dunia ini...
Semua bukti tadi menunjukkan bahwa kebanyakan remaja gagal mendapatkan kebahagiaan di dunia ini, kecuali mereka yang mendapatkan ampunan Allah. Jika demikian, bagaimana caranya menggapai kebahagiaan?
Kita bisa mendapatkan jawabannya di dalam Al-Qur’an. Allah Yang Maha Kuasa menggambarkan dirinya dengan menyatakan, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (Al-Mulk: 14)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui jalan menuju kebahagiaan yang sangat didambakan ciptaan-Nya, karena Dia-lah yang menciptakan manusia. Allah juga berfirman, “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123)
...Kebahagiaan dapat diraih dengan jalan mengikuti petunjuk Allah. Sedangkan orang yang menjauh dari jalan Allah, akan diterpa kesengsaraan dan kesulitan...
Berarti, kebahagiaan dapat diraih dengan jalan mengikuti petunjuk Allah. Sedangkan orang yang menjauh dari jalan Allah, maka dia akan diterpa kesengsaraan dan kesulitan. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat selanjutnya, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)
Dalam ayat lainnya Allah menjanjikan kebahagiaan kepada siapa saja yang beramal shaleh. Dia berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)
Dengan demikian, kehidupan baik yang merupakan salah satu faktor kebahagiaan di dunia merupakan janji Allah bagi orang-orang beriman yang beramal baik. Ketika mengomentari “kehidupan yang baik”, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Ia merupakan ketenangan dan kebahagiaan hati yang disebabkan manisnya keimanan. Kehidupan, cahaya, dan kekuatan hati sangat dipengaruhi kualitas keimanan. Iman tak ubahnya makanan, pengobatan, dan perawatan bagi hati. Inilah makna kebahagiaan bagi orang-orang beriman.”
...kehidupan baik yang merupakan salah satu faktor kebahagiaan di dunia merupakan janji Allah bagi orang-orang beriman yang beramal baik...
Sementara makna keimanan bagi para pecinta dunia adalah memiliki banyaknya istana, kendaraan-kendaraan yang mewah, harta benda, makanan dan minuman enak, serta terpenuhinya hasrat seksual. Sejatinya, makna kebahagiaan seperti demikian adalah makna yang menjadi paradigma orang-orang kafir. Allah berfirman:
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan Jahanam adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad: 12)
Jadi jelas, kebahagiaan tidak terletak pada terpuaskannya kesenangan-kesenangan keduniaan. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan hati yang dipenuhi dengan ketenangan dan ketenteraman. [ganna pryadha/voa-islam.com]