View Full Version
Sabtu, 27 Mar 2010

Memperbanyak Nikmat Allah dengan Bersyukur kepada-Nya

KETIKA masih kecil, kita diberitahu orangtua untuk selalu membaca Al-Qur’an sesering mungkin. Lalu pada saat bulan Ramadhan datang, kita dianjurkan untuk menamatkan bacaan Al-Qur’an. Kita mesti bertanya kepada diri kita sendiri, berapa kali kita membaca Al-Qur`an dan merenungkan segenap maknanya?

Banyak dari kita yang hafal Al-Qur`an, namun sedikit saja yang memahami maknanya. Pernahkah kita terpikir untuk menyelami makna ayat-ayat Al-Qur`an? Ada satu ayat di dalam surat Al-Fatihah yang sejatinya membuat kita merendahkan hati, mengingatkan kita bahwa berterimakasih dan bersyukur kepada Allah adalah sebuah kewajiban. Untuk berterimakasih kepada Allah, pertama-tama kita harus mengingat akan karunia yang telah kita dapatkan, dan kita pun harus menyadari bahaya yang timbul dikarenakan kita tidak bersyukur. Selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada-Nya.

... Sangat penting bagi kita untuk mengapresiasi kenikmatan yang kita dapatkan dalam segala hal...

Sangat penting bagi kita untuk mengapresiasi kenikmatan yang kita dapatkan dalam segala hal. Ayat tersebut kita ucapkan sedikitnya 17 kali dalam sehari, di setiap rakaat shalat. Kita selalu mengucapkan alhamdulillahi rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam). Ayat kedua dalam surat Al-Fatihah ini pendek, namun sangat ‘bertenaga’ dan sarat makna. Kata rabb bermakna Tuhan Sang Pengatur segala hal. Hanya Dialah yang berhak untuk disembah, ditaati hukum-hukum-Nya.

Tidak ada satu hal pun yang luput dari pengaturan dan pengawasan Allah. Ada satu fakta menarik; riset mengungkapkan bahwa jika seseorang tidur selama durasi delapan jam, maka tubuhnya bergerak sedikitnya 400 kali. Karena jika tubuh hanya diam dalam satu posisi saja, maka akan terjadi kelumpuhan pada tubuh. Namun dengan belas kasih dan rasa sayang-Nya, Allah menggerakkan tubuh kita guna menghindari kelumpuhan saraf-sarafnya.

Fakta lainnya, jika kita tidak memiliki sistem imunitas (kekebalan) yang kuat, maka setelah beberapa kali tarikan nafas kita akan sakit, dikarenakan berbagai toksin yang masuk ke dalam tubuh. Pertanyannya kini, sudah berapa kali kita menarik nafas? Dua fakta tadi hanya merefleksikan dua kenikmatan saja yang telah Allah berikan kepada kita, bagaimana dengan kenikmatan-kenikmatan lainnya?

Banyak orang di dunia saat ini yang telah dikaruniai beragam kenikmatan lebih seperti rumah yang indah, kendaraan mewah, makanan melimpah, dan masih banyak yang lainnya.

Ujian yang Sangat Penting

Terdapat sebuah kisah sarat makna, diceritakan bahwa ada tiga orang; satu buta, satu tuli, dan satu lagi menderita penyakit kulit. Mereka berdoa dan berharap agar sembuh dari penyakit mereka, lalu menjalani kehidupan normal seperti orang lain. Kemudian, melalui Jibril, Allah menyembuhkan penyakit mereka.

Selanjutnya, di kemudian hari ketiganya menjadi kaya raya. Lalu datanglah orang buta untuk meminta bantuan dari orang yang dulu buta. Namun orang yang dulu buta tersebut menolak si buta itu dan berpaling darinya. Lalu si buta itu mengingatkannya mengenai kondisi yang dialaminya sebelumnya, namun tidak berpengaruh sedikit pun. Hal yang sama terjadi pada orang yang dulu tuli. Singkat cerita, kemudian keduanya kehilangan kesejahteraan dan kekayaan mereka yang notabene sebuah ujian dari Allah. Keduanya gagal lulus dalam ujian itu karena tidak bersyukur kepada Allah.

Tidak seperti keduanya, orang yang dulu menderita penyakit kulit justru berlaku sangat baik kepada orang-orang dan menawarkan segala yang dimilikinya kepada mereka. Lalu, kekayaannya semakin bertambah dan melimpah. Allah mengingatkan kita di dalam Al-Qur’an bahwa jika kita bersyukur kepada-Nya, maka Dia akan menambah kenikmatan kita.

Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)

... kita harus meluangkan waktu untuk merenungkan dan memikirkan segala karunia yang telah diberikan kepada kita. Sejarah membutikan, orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah akan merugi...

Kini kita harus meluangkan waktu untuk merenungkan dan memikirkan segala karunia yang telah diberikan kepada kita. Dari paparan sejarah, kita diperlihatkan bahwa orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah akan merugi. Pada Hari Pembalasan kelak, orang-orang yang tidak tahu diri itu akan berharap seandainya mereka tidak pernah diciptakan, dan berharap diberi kesempatan hidup kembali untuk dapat bersyukur kepada Allah.

Mereka yang belajar akan senantiasa menyadari kapan ujian bakal terjadi. Akan tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui kapan maut menjemput. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mawas diri sebelum segala menjadi terlambat. Menjadi seorang muslim adalah sebuah kenikmatan luar biasa yang pernah diterima seseorang. Pasalnya, dengan berislam berarti kita meninggalkan kegelapan dan masuk menuju cahaya.

Mengenai hal ini, Allah berfirman, “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thaghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 257)

Tetapi jika kita bersikap sombong untuk mengakui nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan dan mematuhi segenap petunjuk-Nya, maka bersiap-siaplah menerima kemurkaan-Nya.

Demikian pula, Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa-apa yang kita miliki, dan bersikap qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada). Beliau melarang kita untuk ‘melihat’ kepada orang-orang yang memiliki kekayaan bersifat keduniaan. Dan sebaliknya, menganjurkan kita untuk bersyukur dengan melihat kemampuan keduniaan orang-orang yang di bawah kita.

... Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa-apa yang kita miliki, dan bersikap qana’ah, merasa cukup dengan apa yang ada...

Untuk membaca artikel ini saja, kita harus memiliki komputer dan akses internet. Maka pikirkanlah, berapa banyak manusia di dunia yang tidak memiliki komputer dan akses internet? Ada banyak orang yang tidak diberi kenikmatan seperti yang kita miliki. Berterimakasihlah kepada Allah dengan jalan mematuhi segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta beribadah kepada-Nya.

Renungkanlah orang-orang yang tidak mendapat hidayah Allah dan tidak mengerti risalah Islam. Bersyukurlah kepada Allah karena kita adalah muslim, taatilah hukum-hukum-Nya.  Karena di Hari Pembalasan kelak ‘catatan’ amal baik kita akan dipresentasikan di samping kenikmatan-kenikmatan yang kita terima. Terimalah ajaran Islam secara menyeluruh dan serius, lalu terjemahkanlah ke dalam bahasa realitas.

Ayat kedua dalam surat Al-Fatihah sangat inspiratif. Allah sangat mencintai kita dan banyak memberi ampunan. Marilah bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmat-Nya yang melimpah. [ganna pryadha/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version