By: Ria Fariana
Ramadhan gini apaan sih yang asyik untuk dilakukan? Puasa, shalat, zakat, dan yup…baca Al-Qur’an yang banyak. Kenapa baca Al-Qur’an? Karena membaca kitab suci yang satu ini emang bener-bener memberi efek yang amazing. Selain pahala yang berlipat ganda, efek sampingannya adalah ademnya hati ketika sedang membaca ataupun mendengarkannya. Kalo kamu pas lagi khusyuk, bahkan tak jarang nih mata bisa meneteskan air loh. Beneran. Suer!
Selain yang tersebut di atas, di dalam Al-Qur’an juga memuat banyak kisah tentang umat terdahulu baik yang kafir dan durhaka maupun yang baik dan shaleh. Itu semua bisa menjadi cermin bagi kita agar bisa diambil pelajaran darinya. Trus banyak juga tuh ayat-ayat yang berisi tentang rahasia penciptaan manusia, alam semesta bahkan kehidupan dunia dan akhirat. Di saat orang barat sibuk mereka-reka ada apa di balik kematian, apakah benar ada kehidupan lagi setelahnya, ternyata di dalam Al-Qur’an semua itu sudah dijelaskan juga. Kalo kamu masih belum tahu, wah…itu artinya kamu kurang gaul tuh dengan Al-Qur’an.
Hebat banget yah ternyata Al-Qur’an itu. Kok bisa kitab semungil itu memuat hal-hal yang luar biasa mulai A sampe Z detil-detil yang luar biasa? AMAZING!
Itu semua karena Al-Qur’an bukan sekedar kitab suci biasa. Tapi benar-benar merupakan firman Allah yang diturunkan kepada kekasihnya yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Bayangkan aja, bila kita membaca Al-Qur’an itu artinya kita sedang membaca kalam Allah. Allah berbicara dan berkomunikasi dengan kita yang notabene cuma manusia biasa.
…hebat banget yah Al-Qur’an itu, kitab semungil itu memuat hal-hal yang luar biasa mulai A sampai Z detil-detil yang luar biasa? AMAZING…
Al-Qur’an adalah kalam Allah, Dzat Yang Maha Tahu. Jelas aja isi Al-Qur’an teramat sangat bisa dipertanggungjawabkan dan valid meskipun usianya sudah berabad-abad yang lalu sejak mula diturunkan pada Rasulullah SAW. Di situ termuat banyak hal yang berguna banget buat kehidupan. Maka tak heran kalo Al-Qur’an bisa juga disebut kitab penuntun dunia akhirat.
Penuntun di dunia, itu karena Al-Qur’an memuat sejumlah hokum syariat yang adil karena dibuat oleh Yang Maha Membuat manusia. Semua aturan itu ada hanya untuk kebaikan manusia semata, lain tidak. Penuntun di akhirat, karena dengan melaksanakan syariat maka menjadi salah satu tiket untuk terhindar dari murka Allah waktu hari penghisaban. Kok bisa? Ya jelas bisa. Allah menurunkan Al-Qur’an bukan hanya untuk pajangan dan perlombaan. Tapi Allah menurunkan Al-Qur’an untuk diamalkan.
Tapi eh tetapi, kenapa yah pada kenyataannya Al-Qur’an yang sebetulnya sangat amazing karena memuat semua aspek kehidupan ternyata malah tidak dihiraukan? Jangankan dihiraukan, dibaca aja enggak. Bahkan selepas Ramadhan, gaung Al-Qur’an bisa dibilang tak berbekas sama sekali. Al-Qur’an kembali menghuni rak-rak masjid yang berdebu dan akan dibersihkan nanti setahun sekali bila Ramadhan datang lagi. Duh…
Kamu tahu jimat? Kalo kata orang Jawa singkatan jimat yaitu siji yen kerumat. Satu tapi dirawat. Meski pada tataran praktisnya jimat adalah sesuatu atau benda yang diagung-agungkan karena dianggap memiliki kekuatan supranatural.
Di dalam masyarakat kita, terutama di negerinya si Komo ini, Al-Qur’an cuma difungsikan selayaknya jimat. Dirawat dan diagungkan tanpa diaplikasikan. Gimana mau diaplikasikan, lha wong selalu ada persyaratan tambahan yaitu tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku di negara ini. Hmm….jadi Al-Qur’an harus nurut dan disesuaikan dengan peraturan negara yang notabene buatan manusia? Jadi kedudukan manusia lebih tinggi dari Allah yang membuat peraturan itu dong? Na’udzubillah. Tapi demikianlah faktanya memang.
Sehingga kamu jangan heran kalo Al-Qur’an seakan menjadi kitab peninggalan masa lampau yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Opini seperti ini memang sengaja dihadirkan oleh mereka yang gerah apabila Al-Qur’an kembali mempunyai peranan dalam kehidupan.
Jadilah, Al-Qur’an boleh-boleh saja dibaca dan diperlombakan merdu-merduan suara. Tapi kalo diamalkan? Hohoho, nanti dulu. Sepasukan orang anti formalisasi (penerapan) Al-Qur’an siap menghadang. Berbagai dalih dikemukakan untuk sekedar menghalangi Al-Qur’an diterapkan. Jadilah, fungsi Al-Qur’an menjadi jimat yang sama sekali tak ada peranan dalam kehidupan.
…Salah satu cara licik untuk merendahkan Al-Qur’an adalah menganggap kitab suci ini sebagai layaknya buku-buku lain ciptaan manusia…
Pernah nggak terlintas dalam benakmu kenapa peranan Al-Qur’an terpinggirkan? Mengapa umat Islam terutama pemudanya menjadi malu bila yang dibawa adalah Al-Qur’an? Mengapa Das Kapital-nya Marx jauh lebih keren untuk ditenteng? Mengapa jangankan mengamalkan Al-Qur’an, pemuda muslim ternyata banyak yang nggak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar? Apabila sudah bisa membaca dengan tartil, tapi mengapa sikap dan perilakunya sangat jauh dari Al-Qur’an? Dan masih banyak mengapa lain yang hinggap di benak dan sedang mencari jawabnya.
Mencari jawab dari semua pertanyaan di atas, mulai dari akar, runtutan peristiwa, sebab akibat, hingga teori konspirasi, semuanya membutuhkan analisa yang mendalam. Singkatnya, supaya kamu menjadi cerdas, maka cuma ada satu jawabnya: SEKULERISME.
Yah…inilah biang keladi dari terjauhkannya Al-Qur’an dari pemuda dan pemudi Islam masa kini. Inilah penyakit yang menggerogoti umat Islam dari dalam. Why? Karena pengemban ide sekularisme ini bukan orang lain. Tapi mereka yang notabene mengaku dirinya muslim. Bahkan banyak di antara mereka yang keluaran pondok pesantren terkenal dan IAIN terkenal yang menolak Al-Qur’an untuk diterapkan. Alasan klise sih, yang penting nilai moralnya saja yang diambil.
Salah satu cara dari banyak cara licik mereka untuk merendahkan Al-Qur’an adalah menganggap kitab suci ini sebagai layaknya buku-buku lain ciptaan manusia. Kitab suci ini tidak lagi dianggap suci sebagai firman Allah. Pelecehan demi pelecehan dilakukan sekedar untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an hanya sekedar kertas yang ditulisi dengan tulisan arab. Naudzubillah.
Salah satu contoh pelecehan itu adalah yang dilakukan oleh dosen IAIN sunan Ampel bernama Sulhadi Ruba. Dosen ini menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan menulisi secarik kertas dengan lafal “Allah” kemudian menginjak-injaknya (Sabili edisi 1 Juni 2006).
Lalu yang terbaru adalah perdebatan salah satu mahasiswa yang kebetulan teman saya yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah karya sastra. Sehingga kedudukannya setara dengan Romeo Juliet-nya Shakespeare dan karya sastra lain buatan manusia. Al-Qur’an sekedar teks, sama dengan teks-teks lain kedudukannya. Untunglah, dari sekian banyak dosen sastra yang mayoritas sekuler, ada dosen yang cukup lumayan pemahamannya terhadap Islam. Dosen ini tetap menolak definisi Al-Qur’an sebagai karya sastra meskipun nilai sastra yang maknanya keindahan memang terdapat dalam untaian ayat Al-Qur’an.
…Pelajari Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kajilah Al-Qur’an bersama dengan orang-orang yang hanif (lurus) yang benar-benar akhlak dalam Al-Qur’an itu tercermin dalam tingkah lakunya sehari-hari…
Kalo kamu mengaku dirimu sebagai muslim sejati, bukan jadi-jadian, maka kamu pasti nggak terima dengan pelecehan demi pelecehan yang dilakukan musuh-musuh Islam berkedok sebagai pembaharu. Tidak terima membutuhkan sikap, bukan sekedar kecaman tanpa melakukan apa pun. Trus, gimana dong?
Pelajari Al-Qur’an dengan baik dan benar. Mulailah belajar membaca dengan tartil, kemudian tingkatkan ke pemahaman artinya, lalu amalkan. Tanpa mengamalkan, sama aja kamu menjadikan Al-Qur’an sebagai jimat yang nggak ada efeknya dalam kehidupan. Selain itu, kajilah Al-Qur’an bersama dengan orang-orang yang hanif (lurus) yang benar-benar akhlak dalam Al-Qur’an itu tercermin dalam tingkah lakunya sehari-hari.
Lalu apa sikap kita terhadap mereka yang melecehkan Al-Qur’an? Dari hadits riwayat Abu Daud, ada sebuah hadits tentang penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW dan vonisnya adalah hukuman mati. Ali bin Abi Thalib menuturkan bahwa ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi SAW. (Karena perbuatannya itu) perempuan tersebut telah dicekik sampai mati oleh seorang lelaki. Ternyata Rasulullah SAW menghalalkan darahnya.
See, ternyata melecehkan Rasulullah yang notabene adalah Nabi dan Rasul aja hukumannya sedemikian rupa. Apalagi melecehkan Al-Qur’an yang merupakan firman Allah, Dzat Yang Maha Perkasa. Manusia itu memang sombong, cuma sedikit saja diberi nikmat akal, sudah berusaha untuk ngakalin ayat-ayat Allah. Wuih…kira-kira hukuman apa yang lebih parah daripada hukuman mati yah?
Memberi hukuman apa pun itu bentuknya bukan dibebankan pada individu semata. Meskipun ada tetanggamu yang berzina dengan terang-terangan, kamu gak boleh tiba-tiba mendera 100x cambukan meskipun Al-Qur’an memerintahkan demikian. Pak RT? Sama juga nggak boleh. Pak RW, pak Lurah, Pak Camat juga nggak boleh. Sama, ketika ada yang melecehkan Al-Qur’an sedemikian rupa, tidak serta merta kita bisa membunuhnya bila bertemu dengan tuh oknum. Why?
Pelaksana sebuah hokum haruslah institusi yang mempunyai kekuatan hokum pula. Apa dong institusi yang mempunyai kekuatan hokum dalam Islam? Daulah Khilafah Islamiyah. Karena institusi ini saat ini belum terwujud, maka jadi kewajiban kita semua yang mengaku dirinya muslim dan mukmin untuk berjuang menegakkannya. Karena tanpa institusi ini, hokum Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan as sunnah tak bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan maksimal. Dan juga, para penghina Al-Qur’an akan semakin merajalela saja pola tingkahnya bila tak ada kekuatan hokum dari institusi bernama Daulah Khilafah Islamiyah ini.
Karena itulah, kamu sebagai pemuda dan pemudi, pelanjut tongkat estafet perjuangan untuk mengembalikan kehidupan Islam, harus mulai berakrab ria dengan Al-Qur’an sejak dini. Karena Al-Qur’an inilah senjata ampuh untuk berjuang dan membentengi diri dari pengaruh kufur yang mengatasnamakan Islam. Al-Qur’an inilah pembeda (Furqaan), mana yang sekedar menjadikan ayat-ayat di dalamnya sebagai olok-olok dan mana yang benar-benar menjadi pembelanya. Dan dengan Al-Qur’an inilah Islam akan kembali jaya dan tidak sekedar jadi bulan-bulanan Amerika dan sekutunya.
Berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Qur’an memang baik pada bulan suci ini. Tapi akan jauh lebih baik apabila berlomba-lomba untuk menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Caranya adalah dengan mengkaji isi dan maknanya serta menyampaikannya kepada orang-orang di sekeliling kita. Kata Rasulullah, dan sampaikanlah meskipun satu ayat.
…Bila Al-Qur’an ini dicampakkan, maka kehinaan dan kemunduranlah akibatnya. Tapi bila ingin maju, maka Al-Qur’an diterapkan adalah jawabannya…
Al-Qur’an tak akan terlihat amazing-nya bila cuma ditumpuk di pojok masjid. Al-Qur’an tak akan terlihat luar biasa bila tak diambil secara keseluruhan. Al-Qur’an sudah sempurna, tak perlu tambal sulam dari kitab lain untuk melengkapinya. Tidak dari Das Kapitalnya Marx, bukan pula dari Republiknya Plato. Bila pun Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk global, maka ada as sunnah yang akan memerincinya. Bila masih kurang juga, ada ijma’ shahabat dan qiyas yang akan menjelaskan dengan gamblang. Bila masih kurang juga, ada ijtihad yang bisa ditempuh dengan tetap mendasarkan pada Al-Qur’an dan as sunnah.
Sungguh, umat Islam tak perlu kitab-kitab lain yang berasal dari keterbatasan akal manusia. Pemuda pemudi Islam tak perlu silau dengan kemajuan kaum yang mencampakkan kitab sucinya dengan dalih sekulerisme. Karena Islam sebaliknya. Bila Al-Quran ini dicampakkan, maka kehinaan dan kemunduranlah akibatnya. Tapi bila ingin maju, maka Al-Qur’an diterapkan adalah jawabannya. So, Sekulerisme? No way. Islam kaffah dengan Al-Qur’an diterapkan? Yes! Yes! Yes! Catet yahJ