By: Sumedi, A.Md.Tek.
SIAPA di antara kita yang belum pernah mendengar kata “Be Your Self”? rasa-rasanya tidak ada. Benar, kan..? Yups, pasti anda menjawab benar. Kalo begitu, kita sama. hehehe…!
Kata “Be Your Self” hanya merupakan salah satu di antara sekian banyak nasihat (baca: kata mutiara) manajemen kepribadian. Entah siapa yang pertama kali menyusun kata-kata ini. Satu yang pasti nasihat tidak dibuat kecuali dengan tujuan mendatangkan manfaat. Seperti: “Berkatalah yang baik atau diam”, “you are what you think”, dan where there is will there is way.”
Bagi yang belum, tidak, atau tidak mau tahu makna “Be your self”, mungkin saja akan menyimpulkan dengan: lakukan apa saja yang engkau ingin kerjakan semaumu. Tanpa perlu mempedulikan arahan-arahan Allah dan Rasul SAW sekalipun. Lalu, ia melakukan perbuatan apa saja. Tentang dosa dan pahala, jangan ditanya. Jika kemudian ada yang bertanya, mengapa ia berbuat seperti itu? Ia akan menjawab: “aku mau menjadi diriku sendiri, bukan orang lain!”. Sangat naïf, karena dengan penafsiran seperti itu, justru membuatnya semakin tidak mampu menjadi diri sendiri. Menjadi penyembah hawa nafsu. Dan kian menjauh dari cahaya petunjuk.
Allah SWT berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan (sesembahan). Allah membiarkan mereka sesat berdasarkan ilmu-Nya” (Qs. Al-Jatsiyah 23).
Padahal, andaikan mereka mau sedikit “cerdas” mencerna makna dari kata mutiara itu, pasti akan mendapati dirinya diliputi hidayah Allah SWT.
Untuk menjadi diri sendiri, kita terlebih dahulu harus melalui satu pintu: pintu pengenalan diri (baabu ma’rifatin-nafsi). Hanya dengan mengenali hakikat diri, kita bisa menjadi diri sendiri. Pernahkah kita berpikir tentang eksistensi kita di dunia ini? Siapa yang menjadikannya, dari bahan dasar apa kita berasal, dan untuk tujuan apa kita ada? Cobalah, gunakan akal sehat anda sendiri. Lalu resapilah setiap jawaban-jawaban itu ke dalam hati!
Adakah di antara kita yang mampu menciptakan dirinya sendiri? Dari bahan dasar apakah kita terbuat? Dan hendak ke mana kita setelah (hidup di dunia) ini?
Renungkan, renungkanlah sahabat. Temukan jawaban dari tiap-tiap pertanyaan di atas satu demi satu. Sertakan argumentasi yang masuk akal dan tidak dibuat-buat. Jangan terburu-buru meminjam jawaban dari wahyu: Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Mampukah anda menemukan jawaban yang benar-benar meyakinkan, rasional (bisa diterima akal sehat) dan, tanpa menyisakan satu pun pertanyaan baru? Kalau tidak, mari, kita temukan jawabannya melalui kalam Allah yang suci.
Allah berfirman: “Darinya (tanah) kami menciptakan kalian, kepadanya (tanah) kalian akan dikembalikan, dan darinya (tanah) kalian akan dibangkitkan” (Qs. Al-Hajj 31).
Dari sini kita bisa memahami, bahwa ternyata kita hanyalah makhluk (ciptaan). Kalau ada makhluk, berarti pasti ada Khaliq (Pencipta). Dan Khaliq (Sang Maha Pencipta) itu adalah Allah. Allah yang menciptakan kita dari bahan dasar tanah, akan dikembalikan ke tanah (dimatikan), dan akan dibangkitkan (setelah kematian kita itu) dari tanah, untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita di dunia.
….Be Your Self” menjadi diri sendiri artinya menjadi hamba Allah yang terbaik. Ridha atas segala keputusan-Nya, Rela diatur hukum-hukum-Nya, dan bersabar terhadap setiap musibah yang menimpa….
Sehingga, menjadi diri sendiri artinya menjadi hamba Allah yang terbaik. Ridha atas segala keputusan-Nya, Rela diatur hukum-hukum-Nya, bersyukur atas semua nikmat yang diberikan-Nya, dan bersabar terhadap setiap musibah yang menimpa. Seperti generasi sahabat di masa Rasul SAW. Saat mendengar perintah berhijab (menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan), wanita-wanita muslimah segera mengambil kain apa saja yang ada di dekatnya untuk menutup setiap bagian tubuh yang haram dilihat selain mahram. Ketika sudah turun perintah shalat, mereka mengerjakannya tanpa alasan ini itu. Dan, setelah diwajibkan perintah berjihad, kaum muslimin bersegera menyambut seruan itu dengan ringan atau pun berat hati. Sebab, para sahabat telah mengenali hakikat diri mereka sendiri sebagai hamba Allah. Sehingga, mereka ridho dengan Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad SAW sebagai nabinya.
Untuk itu, sahabat, mulai saat ini katakan dengan penuh percaya diri: “Be Your Self!”
*) Penulis adalah Pemerhati Masalah-Masalah Keluarga, Alumnus Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Jayapura, dan kini bekerja di LPMP Papua.