Sebut saja N (27) perempuan berjilbab adalah insial dari seorang pelayan salah satu apotek di Jawa Timur, dia menuturkan penjualan kondom selama menjalang tahun baru melonjak, di hari biasa penujualan kondom tidak sampai satu boks. Namun pada malam tahun baru, apotek menjual hingga tahun tiga boks kondom.
Setiap sachet berisi tiga buah kondom. Jadi kalau tiga bok, jadi kita berhasil menjual 225 buah kondom, tambahnya celakanya lagi sang konsumen adalah remaja. Modus pembelian kondom biasanya pelajar akan berpura-pura menerima SMS. Setelah membaca pesan pendek itulah pelajar tersebut membeli alat kontrasepsi itu. "Biasanya mereka mengaku dititipi oleh seseorang," lain hal menurut salah satu apoteker di Jakarta agar tidak ketahuan, para pembeli kondom di apotek yang malu-malu terutama karena masih remaja sering memakai istilah tertentu sebagai kode. Masing-masing kode lebih populer di kalangan tertentu dan di tiap daerah bisa berbeda-beda "kode yang paling populer itu C.O. singkatan dari condom. Petugas di apotek pasti tahu kalau itu kondom.
Fakta di atas adalah sebagian kecil kondisi remaja di Indonesia, sangat mungkin di kota-kota lain hal serupa bisa terjadi, lihat saja bagaimana tempat hura-hura ramai memberikan service spesial di hari pergantian tahun baru, seperti klab, hotel, diskotik, hiburan musik, jamuan beralkhol seolah menjadi pelangkap acara, dan tentunya puncak acara tersebut di tutup dengan maksiat besar yaitu pesta seks. Benar-benar ngiris kondisi bangsa Indonesia yang katanya negeri muslim terbesar namun kenyataannya hanya menjadikan islam sebagai agama indentitas di KTP, tentu saja ini disebabkan oleh banyak hal, yaitu:
1) Adanya serbuan budaya barat
Tahun baruan adalah sebuah perayaan di negeri-negeri barat, barat begitu getol menginvansi budayanya ke negeri kaum muslimin, melalui gaya hidup, tontonan yang sengaja dijual melalui media sosial menjadikan kaum muslimin cenderung hedonis, mereka silau tergoda tanpa mampu menyaringnya
2) Lemahnya iman
Tidak bisa dipungkiri mereka yang merayakan tahun baru adalah orang-orang yang pemahaman agamanya dangkal, terbukti mereka tidak menjadikan islam sebagai aturan yang mengatur sosial kehidupannya, mereka menganggap islam sebagai agama ritual semata. Terbukti mereka tidak sadar bahwa merayakan tahun baru merupakan budaya agama lain.
3) Bangsa kita sekuler
Inilah biang keladi terbesar yang menyebabkan pembodohan aqidah secara sistematis, ketika negara melegalkan dan membiarkan budaya hura-hura terus bercongkol di negeri ini, seperti adanya penjualan kondom secara bebas dan pemberian izin tempat-tempat maksiat. Sekuler mempunyai imun otomatis menghapus agama dari kehidupan, dengan demikian negara tidak boleh memberikan pencerahan aqidah kepada rakyatnya untuk meluruskan dari segala kekeliruan budaya barat. Maka sangat wajar tahun baruan remaja kita banjir membeli kondom.
Sangat jelas, bahwa budaya tahun baruan dan sistem sekuler telah menjadikan remaja kita tergelincir masuk ke dalam lubang kemaksiatan, ini terjadi karena Indonesia menganut sistem sekuler. Lantas apakah kita masih pantas mempertahankanya?, ataukah islam sebagai jawabanya?
Wallahu'Alam
Oleh Anastasia
Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung