View Full Version
Jum'at, 17 Jan 2014

Smart Teen, Jangan Biarkan Syiah Berkembang di Indonesia. Stop Now!

JANGAN BIARKAN AGAMA PENGKHIANAT DAN PEMBANTAI MUSLIM INI BERKEMBANG DI INDONESIA.


Berikut pernyataan perang dan pengkhianatan mereka terhadap kaum muslimin

1. KHOMEINI MEYAKINI BAHWA AHLUS SUNNAH KAFIR, HALAL HARTA DAN DARAHNYA

أمـاالنواصبوالخوارجلعنهماالله،فهمانجسان

"Adapun Nawasib (Ahli Sunnah) dan Khawarij -la’natullahu ‘alaihim- mereka itu najis (kafir)."
(Khomeini : Tahrir al Wasilah, 1 : 118)

Khomeini juga memperbolehkan mengambil harta kaum muslimin Ahlus Sunnah sebagai rampasan perang serta boleh menumpahkan darah mereka

والأقوىإلحاقالناصببأهلالحربفيإباحةمااغتنممنهموتعلقالخمسبه،بالظاهرجوازأخذمالهأينوجدوبأينحوكان،ووجوبإخراجخمسه ….


"....Dan (pendapat) yang paling kuat adalah menggolongkan kaum Nawasib (Ahlus Sunnah) ke dalam kelompok yang wajib diperangi dalam masalah dibolehkannya mengambil harta mereka sebagai ghanimah (rampasan perang) dan kaitannya dengan Khumus (perlimaan) dalam masalah harta mereka. Secara zhahirnya, diperbolehkan mengambil harta mereka di manapun kita dapatkan dan dengan cara apapun serta wajib mengambil seperlima bagian dari harta mereka ….” (Khomeini - Tahrir Al Wasilah 1/352)

غيرالشـيعة،إذالميظهرمنهمنَصْبٌأومعاداةلسائرالأئمةالذينلايعتـقدونبإمامتهمطاهرون،وأمامعظهورذلكمنهم،فهممثلسائرالنواصب

“Selain Syi’ah, jika tidak nampak pada diri mereka kebencian ataupun permusuhan terhadap para Imam di mana mereka tidak menganggap para Imam itu suci (mereka tidak sama dengan Nawashib/Ahlus Sunnah), adapun jika mereka nampak kebencian dan permusuhannya maka mereka itu sama seperti semua Nawasib” (Khomeini – Tahrir Al Wasilah)

2. ABUL QASIM AL MUSAWI AL KHU’I GURUNYA ALI AL SISTANI

لافرقبينالمرتدوالكافرالأصليالحربيوالذميوالخارجيوالغاليوالناصب

“Tidak ada perbedaan antara orang yang murtad dan kafir asli baik kafir harby atau kafir dzimmy dengan Khawarij, orang-orang yang ghuluw (berlebihan) dan Nawashib” (Abul Qasim Al Musawi Al Khu’i – Minhajus Shalihin)

3. SHADIQ HUSAINI AS SAIRAZI : Tidak mengkafirkan Nawashib berarti mengingkari Al Qur’an dengan terang-terangan

إذاكنانؤمنبالقرآنالكريم،فالوهابيالإرهابيالكافرالناصبالوحشييجبقتله،وكلمنيؤيدهبنحوأوبآخر،منرجلدينأوغيررجلدينيجبقتله،ومنلميقلبوجوبقتلهؤلاء،ووجوبقتلمؤيديهم،فهوعلانيةيكفربالقرآنالكريموالمساجدالتييتخذهاالإرهابيونالوهابيونالكفرةالنواصبالوحوشمحاورلنشاطهم؛فكلهذهالمساجديجبأنتدمروتهدموتحرق،وإلافنكونكافرينبالقرآنالكريم

"Jika kita beriman kepada Al Qur’an maka kaum teroris Wahhaby yang kafir lagi ganas itu wajib diperangi (dibunuh). Demikian pula setiap orang yang membantu mereka dengan satu cara atau lainnya, baik ia dari ahli ilmu maupun bukan, mereka wajib pula diperangi. Barangsiapa yang mengatakan bahwa mereka dan orang-orang yang membantu mereka tidak wajib diperangi maka itu berarti ia telah secara terang-terangan kufur terhadap Al Qur’an".

"Dan masjid-masjid yang dibangun oleh kaum teroris Wahhaby yang kafir, nawashib lagi buas wajib dihancurkan atau dibakar . Jika ini tidak kita lakukan maka itu berarti telah kufur terhadap Al Qur’an"

4. MUQTADHA AL SADR (pemimpin Milisi Tentara Al Mahdi) mengatakan :

الوهابيكافرنجس،بلهوأنجسمنالكلب،فخذسلاحكواقتلكلوهابينجس

“Wahhaby itu kafir, najis. Bahkan lebih najis daripada anjing. Maka ambillah senjatamu dan bunuhlah setiap wahhaby najis itu”

5. ALI AKBAR HASHEMI RAFSANJANI
(mantan Presiden Iran)

“…….Jika bukan karena bantuan tentara Iran dalam peperangan melawan Thaliban, Amerika telah tenggelam di bumi Afghanistan. Seharusnya Amerika mengetahui jika bukan karena tentara Iran Amerika tidak akan mampu menjatuhkan Thaliban” (Khutbah Jum’at di Universitas Teheran 8 Febuari 2002)

6. MOHAMMAED ALI ABTAHI
(mantan wakil Presiden Khattami)

“…….Jika bukan karena orang-orang Iran, Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh (ke tangan Amerika) dengan mudah.” (Disampaikan pada prolog kalimat penutup seminar Teluk : Tantangan Dan Masa Depan di UAE pada 15/1/2004)

7. JALALUDDIN RAHMAT

"Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan.

SAYA TIDAK BERMAKSUD MENGANCAM YA, TAPI APAKAH KITA HARUS MEMINDAHKAN KONFLIK SUNNAH-SYI’AH DARI IRAK KE INDONESIA ? SEMUA ITU BERPULANG PADA PEMERINTAH” (Tempo Rabu 29 Agustus 2012)

 
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/29/173426259/Apa-Kata-Jalaludin-Rahmat-Soal-Sampang

Tokoh Aliran Sesat di Indonesia, dari Akademisi, Artis hingga angggota MUI

Menurut ustadz Farid Ahmad Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam: “Mereka yang ada di organisasi-organisasi syi’ah seperti ABI, IJABI dan lain-lain tidak melakukan taqiyah (berdusta untuk menyembunyikan keyakinan syi’ahnya).”

Saat ini mereka semakin berani dengan mulutnya mengatakan dirinya syi’ah, demikian pula dalam bentuk dukungan fisik material dan mental spiritual terhadap pengikutnya. Seperti terekam dalam kehadiran tokoh-tokoh ini di tempat pengungsi syi’ah Sampang, Madura, sebagai bentuk dukungan terhadap mereka. Berikut ini adalah tokoh-tokoh tersebut:

1. Jalaludin Rahmat

Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia. Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia.

Pendiri dan pimpinan SMA Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang.

Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.

Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura. “Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin

2. Dina Y. Sulaeman

Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang.

Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.

Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.

Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah,  dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.

3. Haidar Bagir

Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.

Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.

Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.

Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).

4. DR. Khalid Al Walid, MA

Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.

Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.

Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan salah duga”. Tanyanya.

“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN tersebut.

Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.

Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif  kelompok syiah di Indonesia.

Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.

5. Muhsin Labib

Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.

Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.

Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”

6. Penyanyi Haddad Alwi

Dia  adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoybah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.

Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.

Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib. Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”

[Ustadz Fuad Al Hazimi/dbs/arrahmah/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version