View Full Version
Rabu, 12 Feb 2014

Open Mind: Bapak Merokok, Fisik & Mental Anak Rusak

Sahabat Voa Islam,

Seorang yang merokok, akan berdampak pada lingkungannya. Terutama seorang bapak yang merokok, maka fisik dan mental anaknya akan rusak. Karena rokok yang mengandung zat  karbon monoksida, setelah dihisap akan bertambah dengan zat karbon dioksida. Itulah sebabnya perokok pasif lebih bahaya dari yang merokok itu sendiri.

“rokok utuh saja 4000 lebih zat racunnya, ditambah lagi karbondioksida dari asap yang dihisap perokok. Maka orang disekelilingnya lebih menderita, tapi ini tidak disadari oleh orang kebanyakan,” ungkap Konselor Psikologi RSUD Panembahan Senopati Patrisias Susilo, saat diwawancarai di stand konsultasi berhenti merokok kampus terpadu UMY, Kamis (6/2).

Dampak asap rokok yang sangat jelas pada anak adalah batuk, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), sedangkan untuk tahap kronis bisa berdampak bronchitis dan kanker paru- paru pada anak. Hal tersebut menurut Patrisias, disebabkan zat karbon menempel pada zat karbon lainnya. Sehingga asap rokok akan hinggap di karbon yang terdapat disekelilingnya, yaitu orang tidak merokok yang berada disekitar itu.

“itu lah sebabnya perokok tidak boleh egois, merokoklah pada tempat yang disediakan. Kalau merokok diruang keluarga, ada anak kecil yang bermain atau tidur diruang itu akan menjadi masalah. Perlu diingat, sekitar tubuh kita penuh zat karbon seperti baju, rambut danlainnya, zat karbon rokok akan hinggap disana,” jelas Patrisias.

Patrisias menerangkan dampak lain rokok pada anak, yaitu modeling dan lat sosialita bagi anak atau remaja. Anak yang melihat orang tuanya merokok, maka seorang anak akan berpikir untuk merokok juga saat dewasa nanti. sedangkan dalam lingkungan remaja menjadi sosialita, yang tidak merokok akan minder pada yang meroko, sehingga menjadi perokok “sekali orang merokok, maka akan sering melakukannya. Karena rokok itu zat adiktif, jadi rokok itu menyebabkan orang ketagihan,” jelas Konselor Psikologi RSUD Panembahan ini.

Patrisias juga menjelaskan, ketika seseorang menikmati nikotin memang akan merasa tenang. Tapi dampaknya stabilitas emosi orang tersebut akan terganggu, dan mempengaruhi daya otak. Jika dari seorang anak sudah menikmati nikotin, dewasa nanti stabilitas emosinya akan tergangggu.
“itu sudah terbukti secara klinis, tapi sayangnya banyak orang yang tidak peduli. Tugas kitalah untuk mengingatkan masyarakat. Dan masyarakat jangan sampai tertipu iklan rokok yang menampilkan pemuda kuat dan juara dalam olahraga, atlet itu harus sehat dan tidak merokok,” jelas Patrisias.

89,3 % Remaja Indonesia Merokok Karena Iklan

Perokok setiap tahunnya selalu meningkat di Indonesia, terutama dikalangan remaja. Menurut survey kami di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 89,3 persen remaja Indonesia merokok karena melihat iklan. Baik itu di billboard, media cetak, elektronik ataupun televisi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, dalam acara The International NGO Summit On The Prevention Of Drugs, Tobacco And Alcohol Abuse. Acara tersebut berlangsung digedung AR. Fachruddin B UMY, Selasa (4/2).

Prof. Tjandra menerangkan, jumlah perokok yang berpendidikan tinggi sekitar 21,5 persen, 23,3 persen berpendidikan rendah. 32,3 persen perokok tergolong miskin dan 24,3 persen perokok yang tergolong kaya. “dapat dilihat, perokok itu adalah orang yang tidak berpendidikan tinggi dan tidak kaya. Melalui media dan publikasi, orang yang tidak berpendidikan akan mudah terpegaruh untuk merokok. Oleh sebab itulah media sangat berperan untuk pencerdasan anak bangsa,” terangnya.

Perwakilan World Health Organization (WHO) untuk Indonesia Dr. Kancit Limpakarnjanarat mengatakan hal yang sama. Menurutnya, media massa dan lembaga pendidikan turut berperan dalam menanggulangi masalah narkoba, rokok dan alcohol. “dengan adanya peran dari seluruh elemen masyarakat dunia, terutama media dan lembaga pendidikan. Masalah kesehatan, terutama masalah penyalahgunaan narkoba, rokok dan alcohol akan mudah diatasi,” ungkapnya.

Sedangkan Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam IX mengatakan, masalah kesehatan berarti masalah produktifitas dan berkaitan dengan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Oleh sebab itu, kesehatan harus dijaga dan diberantas masalah yang mengganggu terhadap kesehatan itu. Seperti rokok, narkoba dan alcohol. “ mari kita peduli akan masalah kesehatan kita. Karena kesehatan itu anugerah dari yang kuasa dan tidak ternilai harganya,” himbaunya.
[Ahlul Amalsyah - Journalist UMY/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version