Sahabat Voice of Al Islam yang dirahmati Allah,
Pada Hari Pendidikan nasional, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan santernya berita “pelecehan anak” di sebuah sekolah bertaraf internasional di Jakarta.
Memang mengherankan rasanya, kok bisa sekolah dengan taraf internasional tetapi perilaku pegawai sekolahnya tidak “bertaraf” internasional?. Akan tetapi, kalau yang dimaksud dengan “taraf internasional” adalah sesuai standar pendidikan di barat, ya tidak mengherankan karena di barat (contoh: Amerika) freesex sudah menjadi hal yang biasa.
Belum kasus tersebut usai, layar kaca kita dihebohkan dengan berita tewasnya salah seorang mahasiswa STIP karena perlakuan seniornya baru-baru ini. Sepertinya, dua kasus diatas bukan hal yang baru di telinga kita, artinya sudah marak di negeri ini. Belum lagi kasus Narkoba, tawuran remaja dan geng motor menambah rentetan panjang berita negatif tentang output pendidikan kita yang telah mewabah secara merata hingga ke daerah.
Dibalik itu fakta juga mencatat, 37,3% anak-anak usia 13-15 tahun di Indonesia sudah merokok bahkan 3 dari 10 pelajar SMP di Indonesia (30,9%) mulai merokok sebelum umur 10 tahun,Sebanyak 48% kekerasan dilakukan oleh guru, 42 persen oleh teman sekolah dan sisanya dari unsur sekolah lain seperti penjaga sekolah, serta data BKKBN 2010 memperkirakan tiap tahun jumlah kasus aborsi mencapai 2,4 juta jiwa dan 800ribu diantaranya adalah remaja.
Barangkali itu dari segi output nya, bagaimana dengan mutu pendidikan kita?. Realita mengabarkan kepada kita bahwa, pada tahun 2013 Human development Index kita berada pada peringkat 121 dari 185 negara dan kita berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Namun, lebih menyayangkan lagi menurut Programme for International Study Assessment (PISA) 2012 menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan. Pemeringkatan tersebut dilihat dari skor yang dicapai pelajar usia 15 tahun dalam kemampuan membaca, matematika dan sains.
Demikian sekelumit fakta output dan mutu pendidikan kita, miris rasanya tetapi itulah realita sebenarnya yang mesti kita ketahui agar semakin terbuka mata, hati dan fikiran kita untuk secara bersama melakukan perubahan yang lebih baik.
Penyebab
Bila kita meneliti secara cermat hingga pada tataran konsep, ada beberapa penyebab mirisnya pendidikan kita, yakni:
Solusi
Secara sederhana, solusi dari permasalahan pendidikan adalah sebagai berikut:
Antara Sistem dengan “orang”
Sering timbul pertanyaan, yang mana yang paling berpengaruh, sistemnya atau orangnya?
Ibarat perbandingan antara orang Indonesia dengan Singapura. Yang mana yang lebih disiplin, orang Indonesia atau Singapura?, kita cenderung menjawab orang singapur. Tetapi, coba kita bayangkan bila orang singapur tinggal di Indonesia, apakah Ia akan sedisiplin di negaranya singapur?, rasa-rasanya tidak, cenderung Ia akan ikut kultur di Indonesia. Kedisipilinan orang Singapura banyak dipengaruhi oleh sistem aturan yang berlaku di negara itu.
Itu sekedar perumpamaan, yang jelas orang/SDM berpengaruh tetapi sistem juga sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM dan subsistem di bawahnya, maka diperlukan sistem yang baik dan SDM yang baik termasuk dalam pendidikan kita. Menurut hemat kami, sistem Islam (syari’ah) lah yang paling hebat dalam membangun dua unsur itu.
Penulis:
*Yusuf (Staf Pengajar di STIT Muhammadiyah Berau, Magister Administrasi Pendidikan UNMUL Samarinda)