View Full Version
Senin, 19 May 2014

Kebangkitan Yang Ideal

Kebangkitan yang Ideal

Gemah ripah loh jinawi alias kekayaan yang berlimpah identik dengan Indonesia. Pesona sumber daya alam ibu pertiwi yang begitu melimpah ini membuat para penjajah barat tergiur untuk mampir ke nusantara. Dari zaman nenek moyang hingga sekarang, kekayaan alam baik didaratan hingga lautan tak ada habisnya. Inilah salah satu kenikmatan yang Allah SWT anugerahkan kepada negeri khatulistiwa ini.

Indonesia kaya, itu realita sebenarnya. Betapa tidak, bentangan bumi Indonesia kita memiliki luas daratan 1,9 juta km2dengan wilayah perairan air tawar(danau, waduk, sungai dan rawa)54 juta ha dan lahan darat136 juta ha serta luas lautan 5,8 juta km2 dengan panjang garis pantai 95.181 km.Karena begitu luasnya, bila peta Indonesia di overlap-kan dengan peta dunia maka wilayah Indonesia membentang dari Inggris hingga Turki dan dari Polandia/Jerman hingga ke Balkan. Dengan luasnya wilayah lautan Indonesia, membuat negeri ini mendapat julukan sebagainegara bahari dan kepulauan terbesar di dunia.

Belum lagi, potensi alamnya seperti tambang batubara, gas, minyak, tembaga, emas, nikel, perak dan seterusnya, nilainya saat ini sekitar Rp 200 ribu triliun. Indonesia juga menempati peringkat 3 negara produsen terbesar perikanan tangkap dunia, setelah China dan Peru serta mengalahkan Amerika, Jepang dan India. Potensi maksimum perikanan laut sebesar 6,7-7,7 juta metrik ton sedangkan untuk perikanan darat sebesar 3,6 juta metrik ton. Terumbu karang di Indonesia mengandung lebih dari 70 genus dan merupakan salah satu negara yang mempunyai keragaman karang (coral) paling tinggi di dunia. Kemudian, Hingga tahun 2012 produksi minyak Indonesia sebesar 860 ribu barelper hari (1 barel=159 liter). Bukan hanya itu, Indonesia memiliki total potensi pendapatan dari hutan produksi alam sebesar Rp 65,1 triliun/tahun.Kawasan daratan hutan Indonesia mempunyai luas 131,2 juta hektar yangterdiri dari kawasan hutan konservasi seluas 21,2 juta hektar, hutan lindung seluas 32,2 jutahektar dan hutan produksi seluas 73 juta hektar (Kementerian Kehutanan, 2012). Juga, dalam perut bumi negeri ini tersimpancadangan sumberdaya batubara dengan total 104,8 miliar ton dan minyak dengan jumlah yang luar biasa, untuk porsi produksi Kaltim saja sudah 21 juta barel.

Kaya tapi “miskin”

Sayangnya, kekayaan alam negeri kita belum sepenuhnya bisa dinikmati rakyat. Lantaran makin hari, makin banyak kekayaan alam yang diambil investor asing berkedok swastanisasi. Liat saja, sebagian wilayah udara kita dikontrol oleh singapura, minyak dikuasai Chevron, emas juga diangkut ke AS, batu bara terbang ke China, gas alam ke Jepang, perancis dll. Rakyat pribumi kebagian kerusakan alamnya. Di Kaltim misalnya, sejak 10 tahun terakhir,derajatpenghisapan SDA nya pernah mencapai angka sebesar 92,6 %, artinya dari kandungan kekayaan SDA tersebut, yang hanya dinikmati masyarakat adalah sebesar 7,4 %, selebihnya kekayaan tersebut ‘lari’ keluar Kaltim dan umumnya dibawa oleh MNC yang mengelola SDA di Kaltim (dari USA, Inggris,Perancis, Australia, China dan Israel).

Kekayaan negeri jamrud khatulistiwa ini semestinya mampu membawa masyarakatnya ke depan pintu gerbang kebangkitan, kesejahteraan dan kemakmuran yang merata, akan tetapi meski ’kebangkitan nasional’ sudah berjalan seabad lebih, dari tahun ke tahun negeri ini bukan makin bangkit, tetapi justru makin terpuruk di segala bidang. Di bidang ekonomi, negeri yang kaya-raya ini mengantongi data penduduk miskin mencapai 109 juta (versi Bank Dunia, standar US 2 $/orang/hari) dan dari angka tersebut, Kaltim menyumbang angka 17 %. Selain itu, pemerintah negeri ini juga berhasil menumpuk utang sebesar Rp 2.036,54 triliun (hingga Mei 2013).Di bidang kesehatan, muncul sejumlah kasus gizi buruk di berbagai daerah. Di bidang pendidikan, Indonesia adalah salah satu negara dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan dan mahalnya biaya pendidikan turut melengkapi potret buram negeri kita.Di bidang hukum/peradilan, merajalelanya mafia hukum/peradilan ditambah tingginya angka kasus korupsi di lembaga peradilan. Di bidang politik/pemerintahan, banyaknya kasus korupsi dengan berbagai modus. Menurut survei PERC, Indonesia memegang rekor sebagai negara terkorup di Asia Pasifik. ‘Prestasi’korupsi Indonesia yang selalu muncul di urutan teratas ini, mengalahkan negara-negara tetangga sepertiMalaysia, Singapura dan Brunei.

Kebangkitan yang Ideal

Kebangkitan ialah perpindahan rakyat/umat, bangsa atau individu dari suatu keadaan menuju ke keadaan yang lebih baik (Hafidz Shalih, Falsafah Kebangkitan). Kebangkitan suatu bangsa akan dapat diperoleh saat taraf berpikir masyarakatnya meningkat, yakni dengan memeluk suatu pemikiran yang mendasar dan menyeluruh atau memeluk sebuah ideologi.

Kebangkitan Indonesia tentu amat diidam-idamkan. Namun, patut disayangkan, setelah lebih dari satu abad Hari Kebangkitan Nasional diperingati bangsa ini, fenomena yang terjadi sangat tidak kontras antara harapan dan keinginan. Tentu ini perlu diketahui dan menjadi pelajaran berharga bagi rakyat Indonesia agar sadar dan mengambil jalan kebangkitan yang benar, mengingat potensi SDA dan SDM Indonesia yang begitu berlimpah.

Jika bangsa ini benar-benar ingin bangkit, maka kunci kebangkitan itu adalah Islam. Tanpa ideologi dan sistem Islam kondisi negeri ini akan semakin terpuruk. Secara historis, Ideologi Islam telah menorehkan tinta emas sejarah peradaban umat manusia ketika diterapkan selama berabad-abad. Pada saat itu, Muslim dan non Muslim juga hidup berdampingan secara damai (tidak seperti yang digambaran oleh sebagian orang yang menganggap bila Islam diterapkan dalam bernegara akan mengenyampingkan non Muslim). Banyak bukti historis yang menunjukkan kemajuan peradaban Islam mulai dari bidang sosial, politik, ekonomi hingga sains dan teknologi.

Salah satu contoh sistem dalam Islam adalah pengelolaan SDA. Dalam Islam, kekayaan alam dikelola oleh negara sepenuhnya (menjadi “pemain” bukan sekedar regulator yang hanya mengambil pajak), tidak dikelola swasta apalagi swasta asing. Adapun hasilnya diperuntukkan buat rakyat sepenuhnya, baik dalam bentuk tunai maupun fasilitas publik.

Kebangkitan adalah hal yang niscaya. Apalagi jika itu kebangkitan yang ideal.

Penulis:

Yusuf, Magister Administrasi Pendidikan UnMul Samarinda


latestnews

View Full Version