Sahabat Smart Teen Muslim Voa-Islam,
Persaingan ketat di ajang Indonesian Idol antara Husein dan Nowela ditengarai beberapa orang sebagai pertarungan Islam dan Kristen. Hanya karena Husein yang plontos itu beragama Islam, sedangkan Nowela yang kriting itu beragama Kristen. Bukan itu saja, ada yang menganggap bahwa keberadaan Husein di panggung final merupakan kemenangan dakwah Islam. Benarkan begitu?
Indonesian Idol yang merupakan ajang pencarian bakat untuk mengorbitkan idola baru secara instant merupakan produk budaya impor dari Amerika. Ajang ini bersifat hiburan yang jelas-jelas menghasilkan uang bagi pemilik modal. Fremantle media memberikan lisensinya bukan dengan gratisan. Penyelenggara Indonesia dalam hal ini stasiun RCTI jelas harus membayar sekian dollar untuk mendapat hak memakai nama tersebut.
Bukan itu saja, ada yang menganggap bahwa keberadaan Husein di panggung final merupakan kemenangan dakwah Islam. Benarkan begitu?
Namanya usaha, jelas tak mau rugi. Selain mendapat spot iklan yang banyak, kiriman sms dari pemirsa yang diberikan untuk mendukung idolanya jelas nilainya tidak kecil. Diberitakan keluarga Husein sendiri menghabiskan pulsa hingga puluhan dan ratusan juta rupiah untuk mengirimkan sms agar jagoannya tidak pulang dulu. Itu dari keluarga Husein saja. Dari keluarga Nowela dan keluarga kandidat lain yang sudah pulang duluan, tentu nilainya jauh lebih fantastik. Kemana dukungan pulsa ini masuk dan siapa penikmatnya? Yang pasti bukan kontestannya. Operator telepon dengan pihak penyelanggara jelas sudah mengatur share profit yang menguntungkan dalam hal ini.
Pemenang kan dapat hadiah 1 M plus mobil baru yang kinclong. Mungkin di antara kamu ada yang beralasan begitu. Oke, tapi coba kamu hitung pemasukan dari sms saja (nggak usah ngitung iklan dulu) itu nilainya berkali lipat dibandingkan secuil hadiah yang diberikan pada para pemenang. Sedangkan kamu sebagai penonton, dapat apa? Nggak dapat apa-apa juga kecuali mungkin tontonan yang menghibur. Titik.
Menghibur di sini juga patut dikritisi ketika yang ditampilkan adalah gaya hidup hedonisme alias penuh hura-hura. Namanya saja panggung hiburan. Meskipun Husein muslim dan rajin salat, tetap tak bisa dirinya bersih dari pergaulan ala selebritis yang cenderung bebas. Pelukan antara pria dan wanita tak terhindarkan. Masa iya sih yang seperti ini bisa disebut mewakili Islam apalagi kemenangan dakwah? Apa malah bukan sebaliknya, bahwa keberadaan Islam itu sedikit banyak ternoda oleh penampilan pemeluknya sendiri?
Jauh banget untuk mengatakan Islam dan dakwah dalam ajang hura-hura begini. Panggung hiburan adalah tempat semu untuk mencari makna kehidupan yang sebenarnya.
Karena pertarungan sejati itu ada pada kehidupan sehari-hari tanpa ada polesan di sana-sini. Betapa banyak para pemenang ajang kompetisi sejenis yang gebyar sejenak kemudian hilang tak berbekas. Mereka numpang lewat tenar untuk kemudian dilupakan dan digantikan idola-idola baru yang lebih kinclong, muda dan up date. Tetap, pemilik modal yang makin diuntungkan karena pundi-pundi uangnya makin gemuk untuk mengadakan kontes sejenis lagi dan lagi.
Biarpun Husein beragama Islam dan menang misalnya, tak ada pengaruhnya juga pada kehidupan umat Islam. Sebaliknya, Husein akan terseret arus deras kehidupan selebritis yang sangat memuja hal-hal duniawi. Kehidupan yang serba permisif (serba boleh) akan menjadikan dirinya tak ada bedanya dengan artis lainnya. Pelajaran dari Fatin, gadis berhijab bisa dijadikan contoh di sini. Pegangan dan pelukan dengan lawan jenis menjadi hal yang tak terhindarkan. Jadi, tak usah terlalu berlebihan melihat Husein yang ada turunan Arab dan beragama Islam bisa menjadi icon perwakilan Islam. Nikmati saja hiburannya, ambil sisi yang bisa diambil hikmahnya bahwa kebangkitan Islam diraih tidak dari ranah musik. Wallahu alam. [riafariana/adivammar/voa-islam.com]