SEMARANG (voa-islam.com) - Sambil meneteskan air mata haru, tim redaksi bahagia sekaligus bangga dengan prestasi Raeni ini. Status ekonomi sosial yang rendah tidak selalu jadi penghalang untuk meraih prestasi pendidikan, cita-cita dan impian.
Siapa sangka lulusan terbaik dari Universitas negeri adalah seorang putri tukang becak?
Hal ini dibuktikan oleh Raeni, seorang mahasiswi anak tukang becak yang baru saja lulus dari Universitas Negeri Semarang dengan predikat summa cum laude.
Raeni (21) merupakan putri dari Mugiyono, yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang becak dengan penghasilan Rp 10 ribu/hari. Dengan jumlah pendapatan yang minim dari ayahnya, namun Raini tetap semangat belajar dan mencari ilmu, hingga akhirnya bisa mendapat IPK 3.96. Subhanallah...
Raini merupakan angkatan pertama dari program Bidikmisi yang berjalan sejak 2010. Total mahasiswa program Bidikmisi di universitas itu mencapai 5.450 orang. Di kampusnya, Raini tak hanya dikenal berprestasi dalam bidang akademik, tapi juga aktif dalam kegiatan mahasiswa.
"Raini aktif di BEM, UKM bidang riset, dan sering menang lomba karya tulis ilmiah," tuturnya.Setelah lulus, dia berencana ngelanjutin kuliah S2 jurusan Akuntansi di Inggris dengan dibiayai oleh pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga pihak kampus.
Yang membuat orang tuanya bannga, dan kami yang membacanya adalah sebuah kejujuran dan kesederhanaan Raeni, ketika di wisuda, Raeni diantar menggunakan becak oleh bapaknya ke kampus, sontak jadi perhatian banyak orang. Tapi Raeni tidak malu sedikitpun, justru dia bangga. Bayangkan betapa bangga dan terharunya orang tua Raeni. Ini contoh orang sukses yang gak lupa dari mana dia berasal. Ia tunjukkan bahwa 'kacang tak lupa pada kulitnya'.
Ayah Raeni Tukang Becak Yang Banting Tulang Demi masa Depan Anaknya
Demikian pula, ketika usai wisuda, peraih beasiswa Bidik Misi itu kembali menumpang becak yang digenjot ayahnya, bahkan Rektor Unnes Prof. Fathur Rokhman pun ikut menumpang menuju rektorat.
Raeni mengaku bangga bisa menamatkan kuliah di Unnes dengan prestasi yang membanggakan dan menyandang predikat lulusan terbaik meski dirinya berasal dari kalangan keluarga yang tidak mampu.
"Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Dari uang pesangon yang didapatnya itu, kata dia, di antaranya digunakan untuk membeli laptop seharga Rp5,6 juta bagi Raeni karena menyadari perangkat itu sangat dibutuhkan untuk perkuliahan.
"Selepas pensiun dari perusahaan kayu lapis, saya mbecak. Hasilnya, ya, tidak tentu, sehari Rp10 ribu. Namun, saya juga nyambi jadi penjaga malam sekolah dengan bayaran Rp450 ribu/bulan," katanya.
Warga RT 01/RW 02, Langenharjo, Kendal itu, mengaku selama ini dirinya yang menjadi tulang punggung keluarga karena istrinya memang tidak bekerja, sementara kakak Raeni sudah menikah.
Untungnya, kata Mugiyono, Raeni mendapatkan beasiswa Bidik Misi sehingga keluarga tidak mengeluarkan banyak biaya, tinggal mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti indekos dan makan.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof. Fathur Rokhman mengatakan bahwa apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
"Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni," katanya.
Pada kesempatan itu, Unnes mewisuda sebanyak 1.053 lulusan, terdiri atas sebanyak enam orang lulusan program doktor, 73 orang lulusan magister, 955 lulusan sarjana, dan 19 lulusan diploma tiga. [dbs/antara/adivammar/voa-islam.com]