View Full Version
Ahad, 06 Jul 2014

Selamatkan Ummat Islam Indonesia dengan Berjihad Fii Sabilillah

Shahabat Voa Islam yang dimuliakan Alloh,

Seringkali kita temui betapa banyak orang berbicara kebaikan secara fasih tapi ia melakukan hal yang sebaliknya dalam perbuatan. Atau juga kita mendapati tidak sedikit orang yang memiliki gelar dan prestasi akademik yang tinggi sekalipun, ternyata gagal memahami makna dan hakekat kebaikan itu sendiri. Maka sebagai hamba Alloh yang lemah, mari kita bermohon kepada Alloh Jalla wa ‘Alaa agar IA mengaruniai kita kebaikan dalam pemahaman dan pengamalan, amiin!

Dalam Diinul Islam yang kita cintai, setidaknya bisa dibuat Hirarki Kebaikan yang dengan itu kita juga bisa mengenali lawannya, yakni Keburukan. Silahkan koreksi jika apa yang kami gambarkan dibawah salah atau keliru.

Kebaikan Keburukan
Tauhid Syirk
Sunnah Bid'ah
Tho’at Maksiat
Mubah Makruh
Afdhol Mafdhul

Kegunaan table hirarki diatas adalah agar kita bisa mencermati langkah-langkah yang kita ambil. Sehingga manakala terjadi kekeliruan maupun ketepatan bergerak, maka kita juga bisa mengoreksi atau meningkatkannya secara proporsional. Lebih penting lagi adalah agar apa yang kita lakukan tidak keluar dari koridor kebaikan itu sendiri.

Oleh karenanya, Syekh Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dalam sebuah kitabnya telah menjabarkan langkah-langkah Iblis dan balatentaranya untuk menyesatkan manusia dengan urutan sebagaimana table hirarki diatas. Setelah semua langkah-langkah menyesatkan manusia dengan urutan diatas gagal, maka Iblis akan mengerahkan seluruh balatentaranya dari kalangan manusia dan Jin untuk memerangi manusia.

Dimana dengan peperangan itu, bisa jadi Iblis mendapat peluang baru dan mendaur-ulang kesempatan agar kembali dapat menyesatkan manusia. Wallohul Musta’an.

Shahabat Voa Islam yang dimuliakan Alloh,

Mencermati apa yang sedang terjadi disekitaran kita, yakni saat gelombang demokrasi sedang pasang. Nampaknya tidak banyak yang dapat mendudukkan persoalan demokrasi itu secara tepat. Kebanyakan kita hanya melihat demokrasi sebagai sebuah wasilah (sarana) dan bukan sebagai sebuah sistim walaupun terkadang kita melafazkannya.

Menurut hemat kami, demokrasi adalah sebuah sistim yang memiliki nilai dan mekanisme terapan bahkan jaringan yang mengikat siapapun yang menempuhnya. Sehingga ia tidak bisa kita manfaatkan untuk memperjuangan nilai-nilai Islam yang kita yakini utuh, menyeluruh dan sempurna.

Jika kita memaksakan Islam untuk diperjuangkan melalui system ini maka yang terjadi adalah penggerusan nilai-nilai Islam sendiri atau minimal tercampurnya kejernihan Islam dengan kekotoran demokrasi. Walhasil, mekanisme demokrasi yang kita tempuh justru menyimpangkan tujuan perjuangan meninggikan Islam itu sendiri. Wallohu a’lam.

Sungguh kita sangat menyayangkan banyaknya orang yang berilmu dalam Islam namun melegalkan keterlibatan kaum muslimin dalam demokrasi. Sebagiannya bahkan mengajak ummat untuk menikmati demokrasi. Ummat Islam hari ini bukan saja tidak merasa bersalah saat berkubang demokrasi malah sampai satu titik dimana sebahagian mereka merasa tidak bisa melepaskan diri dari sistim yang bathil ini. Jika kita menyampaikan kepada mereka tentang kerusakan demokrasi maka mereka akan balik melempar soal, lalu dengan apa atau bagaimana kita berjuang?

Yang menarik adalah saat para ‘alim menggunakan kaedah fiqh untuk memilih mudharat yang lebih ringan dari dua pilihan. Qodarulloh, untuk pilpres 2014 ini kok ya calonnya juga pas 2 pasang. Maka meluncurlah ajakan dan himbauan untuk berdemokrasi ria dari para tokoh ummat dengan telah sebelumnya menakuti-nakuti ummat dengan berbagai hal-hal ghaib kedepannya jika salah satu calon berkuasa.

Padahal kalau kita timbang dengan hirarki kebaikan dan keburukan yang kita buat diatas, demokrasi masuk pada peringkat pertama (soal ushul, antara Tauhid dengan Syirk) atau paling tidak antara Sunnah dengan Bid’ah, yakni peringkat hirarki kedua. Dimana bid’ahnya demokrasi (kalau kita sepakat)pun bisa tergolong bid’ah mukafiroh, laa haula wa laa quwwata illa billah. Wallohu a’lam.

Shahabat Voa Islam yang dimuliakan Alloh,

Ciri orang beriman menurut Alloh Jalla wa ‘Ala adalah bertawakkal kepadaNya semata, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”(QS Al Anfaal:2)

Dan kalau sikap tawakkalnya orang-orang beriman tetap harus disertai usaha maka usaha itu juga harus tidak boleh menyelisihi syari’at Alloh dan RasulNya. Contohnya, banyak kalangan awam mendatangi dukun-dukun yang mengaku orang pintar dan mengikuti setiap arahan mereka sekalipun syirk namun kalangan awam menganggapnya itu sebagai usaha dalam rangka ikhtiar.

Maka tentu saja sikap tawakkal semacam ini adalah bathil dan tidak diperbolehkan, karena syirk adalah mudharat yang paling besar dan wajib dijauhi bukan malah diikuti.

Dalam konteks gelombang pasang demokrasi sekarang, sikap yang kita harus ambil adalah bertawakkal kepada Alloh saja dengan tetap berusaha yang dituntunkan dalam Syari’atNya. Bukan menghasung diri kita dan ummat kebanyakan untuk menceburkan diri kedalam sistim demokrasi yang merusak ketauhidan kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Salah satu usaha yang syar’i dalam menerapkan sikap tawakkal kita kepada Alloh adalah dengan memperhebat upaya I’dad dan men-tahridh ummat untuk berjihad!

Alloh Azza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS Ali Imron:175)

Jadi jangan menakut-nakuti ummat akan syetan Syi’ah, syetan Preman, atau bahkan syetan PKI sekalipun, kemudian malah ummat kita ceburkan kepada kubangan syetan demokrasi. Sebaliknya, kita mesti menyadarkan ummat akan bathilnya demokrasi dan menyiapkan mereka untuk berjihad fii sabilillah!

Kami berfikir, mestinya kita bersungguh-sungguh mendakwahi tokoh yang kita anggap pro Islam itu untuk mau berjihad fii sabilillah sehingga kita dan beliau itu serta seluruh kaum muslimin Indonesia terselamatkan dunia akheratnya. Bukan malah kita ikut menceburkan diri kedalam sistim demokrasi yang bathil dan tidak mendakwahi 'beliau' itu secara serius dan lurus. Dimana justru kita semua jadi malah terancam azab dan neraka Alloh Azza wa Jalla, wa'iyyadzubillah!

Semoga Alloh Jalla wa 'Alaa membimbing kita kejalanNya yang lurus, amiin! Wallohu Ta'ala a'lamu bis showwab. (AF/Voa Islam)


latestnews

View Full Version