Sahabat Voa Islam,
Mafhum di dunia maya psywar saling dilancarkan, bahkan beredar serangan dan tulisan-tulisan hoax untuk mematahkan semangat dakwah tauhid di Indonesia, tak jarang mereka mengunggah tulisan namun si pemilik akun ketakutan dan bersembunyi dibalik akun-akun temporer.
Sebut saja tulisan-tulisan seperti dibawah ini disebarluaskan namun mereka lupa media mainstream seperti Kompas, Tempo, MetroTv dan yang terakhir The Jakarta Post menghina Islam secara terang-terangan di bulan Ramadhan 1435 H / 2014 ini. Namun mereka akan selalu punya cara mementahkan laporan-laporan kepada kepolisian sekalipun, demikianlah senjata terakhir mereka yang menggunakan Dewan Pers untuk melindungi media-media Anti Islam ini.
Ada persamaan antara media mainstream dan akun blog 'odong-odong' ini, sama-sama bersembunyi dibalik tulisannya.
Mereka lupa kejahatan media nasional, alih-alih mereka malah menusuk media Islam yang memang menjadi Advokasi dan Anti Tesa Media Mainstream seperti Voa-Islam ini, mereka menuduh dengan serampangan dan jauh dari kenyataan.
Sebut saja tudingan hoax ini...
- Voa-islam itu media provokasi, adu domba, isinya hoax, menjelek-jelekkan pihak tertentu, tidak kredibel dan banyak tudingan lain yang tidak kalah buruknya.
- Orang-orang di balik Voa-islam itu palsu. Adminnya memakai nomor telp palsu, alamat palsu, dan lain-lain (mungkin si penulis terinspirasi lagu dangdut berjudul Alamat Palsu).
Sebelum membahas fitnah terhadap voa-islam, satu hal yang harus kita ingat bahwa tidak ada yang netral di dunia ini. Selalu ada kecenderungan atau keberpihakan. Dalam dunia sastra, penulis selalu memunyai hal yang ingin disampaikan ke pembaca. Begitupun dalam media, ada pemodal dan wartawan yang memunyai visi dan misi. Dalam hal ini, voa-islam melalui namanya saja sudah jelas kemana keberpihakan ini diarahkan.
Tudingan fitnah terhadap voa-islam semakin gencar menjelang dan pasca pilpres 2014. Voa-islam dianggap menyebar fitnah terhadap salah satu capres. Topik ini beredar luas di dunia maya, dijadikan olok-olok bahkan saling membesarkan api fitnah tanpa berusaha konfirmasi terhadap situs yang difitnah tersebut. Ini sama saja dengan maling teriak maling. Menuding fitnah terhadap voa-islam, pada saat yang sama ia sendiri melakukan fitnahan.
Ketika isi voa-islam dituding ngawur tentang salah satu capres yang digadang-gadang pilihan rakyat, sesungguhnya tulisan itu berdasar wawancara yang dilakukan terhadap Sri Bintang Pakungkas dan budayawan Betawi Ridwan Saidi. Tugas wartawan adalah menuliskan hasil wawancaranya.
Fitnah lain yang ditudingkan adalah bahwa website ini didanai oleh pelaku terorisme. Istilah terorisme ini sebetulnya merupakan buatan Amerika untuk menyebut mereka yang tidak sependapat dengan Amerika atau bahkan menentangnya. Kalau yang membuat fitnahan itu non muslim, oke itu bisa dimaklumi. Karena sesungguhnya Yahudi dan Nasrani itu tak akan ridho terhadap Islam sampai umat Islam mengikuti millah mereka atau jalan hidupnya. Hal ini temaktub jelas dalam QS. Al Baqarah : 120 .
SURAT AL-BAQARAH (2) Ayat 120
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu (Muhammad) hingga kamu mengikuti millah (pola hidup atau agama) mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan jika seandainya kamu benar-benar mengikuti hawa nafsu (kehendak) mereka setelah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Belum lagi fitnahan beruntun yang ditudingkan dalam website tersebut tentang admin voa-islam. Mulai dari tempat tinggal yang dikatakan sudah ditinggalkan penghuninya, hingga kebiasaan membentak anak-anak dan memasukkan drum-drum kimia ke dalam rumah. Bila kita jeli, kata-kata ini mirip dengan skenario penangkapan ‘teroris’ yang dilakukan oleh pihak kepolisian dengan mengundang wartawan. Unsur sandiwaranya sangat kental. Begitu juga pengarang fitnah ini, sangat pantas bila ia membuat novel bergenre detektif yang didramatisasi sehingga memberi kesan bombastis.
Uniknya, bab mengarang indah ini dipercaya oleh banyak orang yang kemudian ikut menyebarkannya. Bila memang kondisi tersebut di atas memenuhi syarat, mengapa si pengarang indah itu tak melaporkannya ke kepolisian atas dugaannya tersebut? Dan bila voa-islam diyakini sebagai website penyebar fitnah, mengapa pula tak ada delik pengaduan karena mencemarkan nama baik misalnya?
Budaya kita sangat kental dengan ‘ngrasani’ atau membicarakan seseorang di belakang. Pilih kasih atau tebang pilih juga masuk dalam kebiasaan ini. Ketika voa-islam dihujat dan difitnah hanya karena menyebarkan berita tentang capres pilihannya yang dikritisi, mengapa hal yang sama tak dilakukan pada media seperti Jakarta Post yang menghina Allah dan Muhammad SAW. Mereka diam seolah tak terjadi peristiwa tersebut.
Banyak media sekuler yang isi beritanya memojokkan Islam. Bom jihad dibilang bom bunuh diri. Mengapa mereka tak protes? Di sini ada standar ganda yang diterapkan. Bila ia mengkritisi voa-islam seharusnyalah berlaku pula kekritisan itu bagi media lainnya. Hal ini telah diterapkan oleh Media Watch yang berkantor di Surabaya yang didirikan oleh pakar media yaitu Sirikit Syah. Selevel Jawa Pos pun juga dikritisinya apabila ada pemberitaan yang dianggap tidak berimbang. Nah, bisakah si pengarang indah berisi fitnah itu melakukan hal yang sama secara profesional seperti ini?
Hal yang sangat disayangkan adalah betapa mudah percayanya orang-orang terhadap tulisan tidak jelas dari pemfitnah ini. Mereka berbondong-bondong berbagi tautan kemudian mengomentari. Bahkan tak sedikit kemudian yang menjadikannya sebagai bahan olok-olok. Ini semua bermula dan memuncak dalam ajang pilpres yang membuat banyak orang seolah kehilangan akal sehatnya dalam membela capres idola.
Tulisan ini hanya sedikit mengingatkan bahwa bahwa fitnah itu sungguh kejam, lebih kejam bahkan dari membunuh. Voa-islam sebagai media yang berisi manusia-manusia biasa dan bukan malaikat, tentu bisa saja berbuat salah. Kesalahan yang mungkin dianggap fatal silakan ditindaklanjuti. Bisa dengan jalur hukum, tabayyun atau klarifikasi atau bahkan membuat tulisan tandingan yang menunjukkan bahwa isi berita voa-islam tidak benar. Bukan malah mengarang indah tentang yang katanya rumahnya banyak drum kimia dan membentak anak kecil segala.
Bayangkan berapa banyak orang yang termakan fitnah ini, berpartisipasi menyebarkannya kemudian memberi pengaruh buruk satu sama lain. Muslim pun saling tuding dan saling caci.
Bayangkan berapa banyak orang yang termakan fitnah ini, berpartisipasi menyebarkannya kemudian memberi pengaruh buruk satu sama lain. Muslim pun saling tuding dan saling caci. Media yang berusaha membawa nama Islam dan menjadikannya sebagai tolok ukur dalam pemberitaan, beropini dan beramal, ramai-ramai dihujat hanya karena kejahilan pihak tertentu.
Voa-islam sering membuat acara off air dengan media yang bervisi-misi sama seperti islampos.com, hidayatullah.com, arrahmah.com dan lainnya selama Islam yang dijadikan dasar perjuangan. Silakan untuk menemui mereka yang dianggap bertanggung jawab atas pemberitaan yang tidak benar.
Kebenaran itu memang ada kalanya pahit. Tapi di situlah jihad kami dengan pena, memberitakan kebenaran untuk mendidik umat agar lebih cerdas dan berpihak pada Islam saja. Karena sungguh, tak ada yang namanya netral di dunia ini. Selalu ada keberpihakan sekecil apapun itu. Di titik inilah kita mau tidak mau, suka tidak suka, sadar atau tidak akan menentukan ke mana kaki memijak dalam memihak. Semoga Islam saja yang dijadikan dasar pijakan agar kita tidak salah arah dalam melangkah dalam menapaki hidup yang penuh fitnah ini. Wallahu alam. [riafariana/voa-islam.com]
Bantahan Voa Islam : Hoaxnya Blog Antifaker, Penuh Halusinasi dan Hoax.