DR. H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH, MM & Al-Ustadz Drs. A. Subki Saiman, MA.
(Peneliti Ahli LKS Al-Maqashid Syari’ah dan Pendiri Lisan Hal)
Ormas Syi’ah saat ini sedang berupaya melakukan pembelaan dari tuntutan pembubaran dan pelarangan Syi’ah secara nasional. Kekhawatiran mereka diimbangi dengan propaganda tuduhan balik ke Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai kaum intoleran, takfiri, dan baru-baru ini mereka mengembangkan konsep hate speech (ungkapan kebencian). Kesemuanya itu diarahkan untuk membentuk pemikiran bahwa penentang Syi’ah digambarkan sebagai ancaman terhadap ukhuwah dan keutuhan NKRI. Mereka membalik fakta, menutup tekanan dengan membelah Ahlussunnah dalam dua kategori toleran dan intoleran, takfiri dan non takfiri, pembagian ini sengaja dihembuskan untuk menunjukkan hanya minoritas saja yang menentang Syi’ah. Politik ini persis dengan politik “devide et impera” pada masa kolonial di masa Hindia Belanda. Mereka juga melakukan politik etis sebagaimana dilakukan pemerintah kolonial Belanda, dengan membangun sejumlah lembaga pendidikan, dan beragam yayasan sosial, kesemuanya itu diarahkan untuk mendapat dukungan dari para tokoh dan elite pemerintah. Jelasnya Syi’ah ingin mendapatkan pengakuan dan perlindungan. Slogan sebagai kaum tertindas (mustadhafin) memang cukup membuat segelintir “tokoh menjadi bodoh”. Bukankah selama ini kalangan Syiah yang kerap kali melakukan perpecahan dengan segala propaganda yang mereka lakukan. Justru mereka (Syi’ah) yang sangat intoleran, hate speech, dan takfirI, sejak dahulu hingga sekarang. Menuduh, mencela, melaknat, mengkafirkan Istri dan Sahabat Nabi Muhammad Saw. Pernyataan dalam tabel di bawah ini merupakan bukti nyata hujatan keji Syi’ah terhadap Ummahatul Mukminin dan para Sahabat Nabi Muhammad SAW.
Tabel 1 : Hujatan dalam Buku “Tanyalah Pada Ahlinya,
Menjawab 8 Masalah Kontroversial”
Hlm |
Uraian (Teks) |
125 |
Menyatakan bahwa Aisyah ra bersama dengan Hafsah ra banyak sekali melakukan dosa dan kemaksiatan dan melakukan konspirasi terhadap Nabi SAW. Dikatakan, “…kita akan mendapatkan banyak sekali dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukannya karena konspirasi-konspirasinya bersama Hafsah putri Umar bin Khattab terhadap sang Nabi yang menyebabkan beliau mengharamkan apa yang telah Allah halalkan baginya…” |
126 |
Dikatakan, “Keburukan akhlaknya yang sangat berlebihan…di hadapan Rasul SAW adalah ketika beliau sedang shalat, ia menjulurkan kedua kakinya di Kiblat beliau. Ketika beliau bersujud, ia menarik dan melipatkan kedua kakinya. Begitu beliau berdiri dari sujudnya, ia merentangkan kembali kedua kakinya itu di Kiblat beliau.” |
128 |
Menyatakan bahwa Aisyah dan Hafsah telah secara khusus Allah menurunkan ayat-ayat mengenai kedurhakaan Aisyah dan Hafsah, Surah dimaksud (al-Tahrim: ayat 4 dan ayat 5) |
129 |
Menyatakan bahwa Aisyah dan Hafsah memiliki (sifat) keakuran dan kesepahaman antara ayah keduanya, Abu Bakar dan Umar. (Tidak lain tidak bukan dimaksudkan sebagai penentang Nabi Muhammad SAW). |
137 |
Disebutkan, “Tak syak lagi, bahwa jumlah setan-setan Aisyah memang banyak sekali, yang telah menguasainya dan mengendalikannya, yang telah mendapatkan jalan masuknya ke dalam hatinya, yaitu rasa cemburu…” |
138-139 |
Dikatakan, “Saya meyakni bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah mencintainya (Aisyah) karena apa yang telah diperbuatnya terhadap beliau…Bagaimana Rasulullah bisa mencintainya sedangkan ia adalah seorang perempuan yang suka berdusta, gibah, berjalan dengan menyebarkan namimah, meragukan Allah dan Rasul-Nya, dan menyangka keduanya (Allah dan Rasul) telah menzaliminya? |
139 |
Dikatakan, “Bagaimana mungkin Rasulullah SAW mencintai seorang perempuan yang sangat membenci putrinya Zahra berikut saudaranya dan anak pamanya Ali bin Abi Thalib sampai-sampai ia tidak pernah menyebutkan namanya dan tidak pernah membicarakan yang baik-baik tentangnya? |
151 |
“Aisyah yang telah merendahkan kehormatan Rasulullah dengan menuduhnya telah melakukan hal-hal tak senonoh dan telah menentang perintah-perintahnya, memerangi washi beliau, menjadi penyebab bagi kebanyakan munculnya fitnah yang telah diketahui oleh seluruh kaum muslimin, serta menyebabkan terbunuhnya ribuan kaum muslimin, menjadi perempuan Islam paling masyhur dan darinyalah hukum-hukum (Islam) diambil.” |
154 |
Menolak hadits dari Aisyah ra. Dikatakan “Tak ada gunanya untuk berpegang kepada segala hal yang telah diriwayatkan dari Aisyah dari hukum-hukum yang perlu ditertawakan sekaligus ditangisi, guna membersihkannya dari peringatan yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang dirinya.” |
155 |
Menuduh Aisyah ra menakwil hukum Allah sekehendak hatinya sendiri. Dikatakan, “Jika Humairah adalah tempat diambilnya separuh (ajaran) agama, yang telah berani menakwil hukum-hukum Allah sekehendak hatinya sendiri, maka saya tidak yakin suaminya Rasulullah SAW merestui hal ini darinya dan memerintahkan manusia untuk mengikutinya. Lebih kejam dilanjutkan olehnya, “…bahwa mengikutinya merupakan kemaksiatan kepada Allah.” |
157
|
Allah telah mengecam Aisyah. Sebagaimana dikatakan, “Sudah diketahui dari al-Qur’an yang mulia bahwa Allah telah mengecamnya (Aisyah) ketika dia melakukan konspirasi terhadap Rasul-Nya, dikecam oleh Jibril dan orang-orang saleh dari kaum muslim dan para malaikat setelah itu secara nyata.” |
(Muhammad Tijani Al-Samawi, Tanyalah Pada Ahlinya, Menjawab 8 Masalah Kontroversial, Judul Asli: Fas’alu ahl al-Dzikr, terbitan Muassasah Anshariyah, Qom Iran, 1380/1417, penerjemah: Syafrudin Mbojo, Cet. Pertama, Penerbit Nur Al-Huda, Jakarta, 2012. Muhammad Tijani Al-Samawi juga mengarang buku yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan juga cetak oleh penerbit yang sama, berjudul “Akhirnya Kutemukan Kebenaran”, isinya hampir sama. Buku “Akhirnya Kutemukan Kebenaran” diiklankan juga oleh Propagandis Syi’ah Husein Shahab dalam syiahindonesiadotnet.)
Propagandis Syi’ah Husein Shahab telah melakukan kebohongan besar pada saat Dialog Terbuka Sunni – Syiah "Mengawal Aqidah Umat Dari Kesesatan Syiah”, di Tanjung Balai Karimun, tanggal 25 Mei 2014 M, dengan mengatakan bahwa “orang-orang Syiah tentunya termasuk dirinya tidak mengkafirkan Ummahatul Mukminin dan Sahabat Nabi Muhammad SAW dan tidak mengkafirkan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah yang tidak mempercayai keberadaan dan eksistensi keduabelas imam yang diklaim Syi’ah.” Perkataannya itu tidak sesuai dengan pernyataannya dalam acara ceramah memasarkan buku “Akhirnya Kutemukan Kebenaran” karyaMuhammad Tijani Al-Samawi tersebut, sebagaimana disiarkan dalam syiahindonesiadotnet. Secara jelas dan tegas ia menganjurkan umat Islam untuk membaca buku tersebut, dan pernyataannya menyatakan bahwa “setiap orang yang tidak berbaiat kepada imam Syi’ah, maka matinya dalam keadaan jahiliyyah alias kafir.” Terlebih lagi dalam isi buku tersebut ditemui banyaknya pernyataan pengkafiran terhadap Ummahatul Mukminin dan Sahabat Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bukti yang nyata, ada videonya dan ada bukunya yang diterbitkan oleh lembaga penerbitan mereka, yakni penerbit Nur Al-Huda (ICC).
Tabel 2 : Hujatan dalam Buku “Antologi Islam,
Risalah Islam Tematis dari Keluarga Nabi”
Hlm |
Uraian (Teks)
|
59 |
Tidak memasukkan Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq ra sebagai ahlulbait dan mengingkarinya sebagai Ummahatul Mukminin. |
60 |
Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq ra difitnah telah menentang Rasulullah SAW, memimpin pemberontakan, membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Syiah menolak semua hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah binti Abu Bakar as-Shiddiq ra. |
67 |
Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq ra difitnah telah memarahi, menjauhi, memata-matai, mencurigai, bahkan dikatakan “Rasulullah berpura-pura jadi Nabi.” |
409 |
Abu Bakar As-Shiddiq ra dituduh telah memerintahkan kepada Umar bin Khaththab ra untuk memaksa pemberian bai’at kepada Abu Bakar As-Shiddiq ra oleh Ali bin Abi Thalib ra, Fatimah ra, dan yang lainnya (di rumah Fatimah ra). Dikatakan, “Pergi dan bawalah mereka, jika mereka menentang, bunuh mereka!.” |
411 |
Dusta atas nama Fatimah ra , ketika Abu Bakar As-Shiddiq ra dan Umar bin Khaththab ra datang membesuk Fatimah ra ketika sedang sakit, Fatimah ra berkata: “Allah dan malaikat menjadi saksiku bahwa engkau membuatku tidak ridha, dan kalian telah membuatku murka. Apabila aku bertemu ayahku, akan kuadukan semua perbuatan kalian berdua.” |
414 |
Abu Bakar As-Shiddiq ra dan Umar bin Khaththab ra difitnah telah secara sengaja menentang ayat al-Qur’an yang sangat jelas. (Ini sama saja dengan tuduhan pengkafiran oleh Syiah) |
409 |
Umar bin Khaththab ra dituduh akan membakar rumah Fatimah ra, jika tidak memberikan bai’at. |
410 |
Umar bin Khaththab ra difitnah telah memukul perut Fatimah ra sehingga bayi dalam kandungannya meninggal. Sejak itu Fatimah ra jatuh sakit hingga wafat. Berarti Syiah telah memfitnah bahwa meninggalnya Fatimah ra karena pukulan Umar bin Khaththab ra. Dikatakan, Fatimah ra berteriak keras: “Duhai ayahku, Rasulullah! Lihatlah bagaimana Umar dan Abu Bakar memperlakukan kami setelah engkau tiada! Lihatlah bagaimana cara mereka menemui kami!”
|
476 |
Umar bin Khaththab ra difitnah sebagai orang yang sering mempertentangkan perintah Nabi Muhammad SAW. |
476 |
Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq ra difitnah sebagai orang yang menyebabkan banyak penderitaan kepada Nabi Muhammad SAW, melanggar perintahnya, dan perintah Tuhannya, bangkit memusuhi penerus Nabi Muhammad SAW, karena keputusan agama yang diambil darinya. |
515
517 |
Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Amru bin Ash Radhiyallahu ‘anhum, difitnah sebagai penggerak penentangan terhadap Khalifah Utsman bin Affan ra. Thalhah ra dan Zubair ra difitnah sebagai pembunuh Khalifah Utsman bin Affan ra. |
525 |
Dinyatakan bahwa pernikahan antara Utsman bin Affan ra dengan kedua putri Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak berkaitan sedikitpun dengan maqam spiritual. |
525 sd 529 |
Utsman bin Affan ra difitnah telah membuat Hukum Islam baru, sebagai berikut: Terkait dengan shalat dalam perjalanan (safar), dengan shalat secara penuh ketika dalam perjalanan. Mengubah aturan Haji Umrah, yakni larangan melaksanakan umrah dan haji pada masa kekhalifahannya. Mengubah Hukum Zakat, dll. |
648-649 |
Menyamakan Abu Hurairah dengan Paulus yang telah merubah teologi Kristen. |
(Diterjemahkan dari: “Encyclopedia of Shia”, Digital Islamic Library Project), Penerjemah: Rofik Suhud, Anna Farida, Sri Dwi Hastuti, Ana Susanti, Diani Mustikaati. Penerbit Nur Al-Huda-ICC Jakarta, Cet.III. 2012. Buku ini diiklankan juga oleh Propagandis Syi’ah Khalid Al Walid dalam syiahindonesiadotnet, Khalid Al Walid saat ini tercatat sebagai anggota MUI Pusat)
Sungguh masih banyak lagi, caci-makian dan fitnah keji dalam buku-buku yang mereka terbitkan, yang tidak mungkin penulis sampaikan semuanya. Menjadi jelas bagi kita, bagaimana Syi’ah membenci Isteri dan Sahabat mulia Nabi Muhammad SAW, hingga ke taraf mengkafirkannya!, dengan kata-kata “mereka telah menentang ayat al-Qur’an yang sangat jelas”, dan lain sebagainya.
Terhadap fitnah, pelaknatan, dan pengkafiran tersebut, salah satu ulama besar Syi’ah, Kasyiful Ghitha mengatakan bahwa” “mencederai kehormatan atau bahkan mencela para khalifah, tidak menyebabkan seseorang (baca: Syi’ah) menjadi kafir dan keluar dari Islam. Sebaliknya, paling banter itu adalah perbuatan maksiat.” Kemudian ditambahkan olehnya:
“…tindakan itu juga belum tentu maksiat atau menyebabkan seseorang menjadi fasik jika itu dia lakukan berdasar ijtihad dan keyakinan, walaupun salah. Semua kalangan mengakui bahwa dalam ijtihad jika salah mendapat satu pahala sedangkan benar mendapat dua pahala.” (Lihat: Kasyiful Ghitha, Pemimpin Persatuan dan Reformasi, judul asli: “Imam al-Wahdah wa al-Islah”, Teheran Iran, penerjemah Musa Muzauwir, Penerbit Citra, Jakarta, 2012, hlm.175)
Pernyataan di atas sungguh sesat dan menyesatkan, mengambil suatu analogi palsu (kesesatan metaforis)dalam ketentuan berijtihad. Dengan lain perkataan dia hendak mengatakan bahwa melaknat dan mengkafirkan Isteri dan Sahabat Nabi Muhammad SAW, minimal berpahala satu karena hasil ijtihad! Agama macam apa ini? apa bedanya dengan Yahudi dan Nasrani? Mendasarkan metodologi metaforis yang nyata-nyata sesat dikatakan sebagai ijtihad, sungguh keterlaluan. Selanjutnya kebiadaban Syi’ah ini hendak ditutupi dengan adanya Fatwa Resmi dari sang Rahbar Imamnya Syi’ah Ali Khamenei yang diterbitkan pada tahun 2010 yang melarang dan mengharamkan pencelaan atas simbol-simbol Ahlussunnah. Anehnya Syi’ah di Indonesia tidak mengakui adanya pelaknatan dan pengkafiran itu, sebagaimana tertulis dalam kata pengantar buku “Fatwa Resmi Syiah Terhadap Simbol Ahlussunnah”,sebagai berikut:
“Di antara topik yang sering dituduhkan oleh mereka yang kontra-Syi’ah adalah bahwa Syi’ah acap menghina istri-istri Nabi SAW, khususnya Ummul Mukminin Aisyah ra, dan para sahabat Rasulullah SAW yang merupakan symbol-simbol utama Ahlussunnah.”
Perkataan: “…..Ummul Mukminin Aisyah ra, dan para sahabat Rasulullah SAW yang merupakan symbol-simbol utama Ahlussunnah”, menegaskan bahwa memang Syi’ah menganggap sepi keberadaan Ummul Mukminin Aisyah ra, dan para sahabat Rasulullah SAW. Menjadi terang-benderang bahwa Syi’ah memang tidak mengakui Ummul Mukminin Aisyah ra, dan para sahabat Rasulullah SAW. Kemudian disebutkan pula “Diharapkan dengan fatwa ini dapat meredam aktifitas pihak-pihak yang tidak menginginkan terjadinya ukhuwah di antara Sunnah dan Syiah.” (Lihat: Kata Pengantar buku : Fatwa Resmi Syiah Terhadap Simbol Ahlussunnah, diterbitkan oleh Al-Huda ICC-Jakarta, 2012, penerbit yang sama dengan buku Antologi Islam)
Padahal jelas-jelas terbukti dan meyakinkan bahwa pelaknatan dan pengkafiran itu datangnya dari mereka sendiri, dari buku-buku yang mereka terbitkan sendiri melalui badan penerbit mereka, sebagaimana disebutkan di atas. Sungguh suatu kebohongan, “maling teriak maling!”, mereka yang melakukan pelaknatan, mereka pula yang mengingkari. Buku “Antologi Islam” dan “Akhirnya Kutemukan Kebenaran”, hanya contoh dari sekian ratus buku sesat Syi’ah. Sampai saat ini pun buku-buku serupa masih bisa ditemui dalam berbagai toko buku mereka.Bagaimana mungkin mewujudkan ukhuwah antara Sunni dengan Syiah? sesuatu yang mustahil. Dengan meningkatnya kesadaran umat Islam atas kesesatan Syi’ah, mereka melakukan berbagai upaya, termasuk menggandeng berbagai tokoh politik, tokoh agama, cendekiawan/akademisi dan berbagai kalangan pemerintahan dalam kepentingan berlindung di tengah banyaknya gugatan umat Islam.
Kita tidak perlu berharap banyak kepada para penganut ajaran Syi’ah yang telah jauh menyimpang untuk kembali kepada keyakinan yang benar dalam Islam. Tidaklah mungkin kita memaksakan keyakinan kita kepada mereka, sebagaimana kaum kafir lainnya. Sebab, para petinggi mereka demikian lihai dalam memperdagangkan ajaran Syiah-nya, dengan berbagai cara mereka “mati-matian” untuk meyakinkan pengikutnya. Jalaludin Rakhmat sang Gembong Syi’ah, mengutip perkatan Hitler, “kebenaran, adalah kebohongan yang dikalikan seribu kali. Jika Anda berdusta, ulangi dusta itu ribuan kali. Orang banyak akan mempercayainya.” Dia mengutip pernyataan Hitler, tetapi sebenarnya itulah yang ia prakrtekkan selama ini, begitu pun seluruh petinggi Syi’ah sejak zaman dahulu hingga saat ini. Kebenaran yang diusung oleh Syi’ah sebenarnya adalah kebohongan dan dengannya mereka selalu melakukan penistaan terhadap Umahatul Mukmimin dan para Shahabat Nabi Muhammad demi mengusung doktin Imamah. Ajaran Syi’ah sangat destruktif dan dilandasi dengan semangat kebencian, serta ekspansif men-Syiah-kan kaum Ahlussunnah dan berbahaya terhadap keutuhan NKRI selain aqidah Islam. Rekam jejak sejarah telah membuktikan bahwa kelakuan sesat mereka ingin menghancurkan Islam dari dalam. Sudah menjadi jelas bagi kita, terlebih lagi dengan banyaknya kajian-kajian tentang kesesatan Syi’ah yang disampaikan oleh para pakar.