يَا بَنِي إِسْرائيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ) (البقرة:47)
“Wahai Bani Israil ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku berikan kepada kalian dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas seluruh umat” (Qs. Al Baqarah: 47).
Beliau rahimahullah menjelaskan tentang tafsir ayat ini,
Sesungguhnya Bani Israil adalah umat yang paling utama di zamannya. Berdasarkan firman Allah,
وأني فضلتكم على العالمين
“dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas seluruh umat”
Karena saat itu mereka umat yang beriman sehingga Allah karuniakan pertolongan pada mereka atas musuh-musuh mereka kaum ‘amaliqoh.
Dikatakan pada mereka,
ادخلوا الأرض المقدسة التي كتب الله لكم
“Masuklah ke tanah suci suci yang telah Allah tetapkan bagi kalian” (Qs. Al-Maidah :21).
Yang dimaksudkan tanah suci ini adalah Palestina. Allah tetapkan negeri Palestina untuk Bani Israil itu khusus saat di zaman Nabi Musa. Karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang shalih. Karena itu Allah berfirman,
ولقد كتبنا في الزبور من بعد الذكر أن الأرض يرثها عبادي الصالحون
“Sungguh telah Kami tulis dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam al dzikr (lauhul mahfudz) bahwa bumi ini diwarisi oleh hamba-hambaKu yang shalih” (QS. Al Anbiya’ 105)
Begitu juga perkataan nabi Musa kepada kaumnya,
إن الأرض لله يورثها من يشاء من عباده
“Sesungguhnya bumi ini seluruhnya hanyalah milik Allah. Allah wariskan kepada siapa saja yang Allah kehendaki dari hamba-hambaNya.” (QS. Al-A’raf 128).
Kemudian Allah lanjutkan,
والعاقبة للمتقين
“Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al A’raf 128).
Oleh karena itu hanya orang-orang yang bertakwalah yang merupakan ahli waris negeri tersebut. Akan tetapi Bani Israel saat ini bukanlah orang yang berhak mewarisinya karena mereka bukan termasuk orang-orang shalih. Adapun pada zaman nabi Musa, Bani Israel lebih berhak mewarisi negeri Palestina dari pada penduduknya. Sehingga Allah tetapkan negeri suci itu untuk mereka.
Namun sejak Islam datang dengan diutusnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam maka manusia yang paling berhak mewarisinya adalah orang Islam bukan orang Arab. Palestina tidaklah disifati dengan Arab karena penduduknya Arab akan tetapi disifati dengan muslim karena penduduknya adalah kaum muslimin bukan yang lainnya, dan juga karena sifat mereka ‘hamba-hamba Allah yang shalih’. Oleh karena itu menurut keyakinan saya, -dan ilmu tersebut ada di sisi Allah- bangsa Arab tidak akan pernah berhasil untuk merebut kembali bumi Palestina dengan isu ‘suku arab’ selama-lamanya. Tidak mungkin bangsa Arab merebutnya kembali kecuali dengan nama Islam yang sesuai dengan yang dijalani oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam serta para sahabatnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إن الأرض لله يورثها من يشاء من عباده
“Sesungguhnya bumi ini seluruhnya hanyalah milik Allah. Allah wariskan kepada siapa saja yang Allah kehendaki dari hamba-hambaNya.” (Qs. Al-A’raf 128).
Sebesar apapun usaha bangsa arab, sebanyak apapun mereka penuhi dunia dengan ulasan-ulasan dan beragam protes maka mereka tidak akan pernah berhasil selama-lamanya sampai mereka menyeru pengusiran yahudi ini atas nama Islam, yaitu setelah mereka mengaplikasikan Islam pada diri-diri mereka. Jika mereka melakukan hal ini maka kelak pasti akan terwujud sesuatu yang telah dikhabarkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ، وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ، أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ، يَا عَبْدَ اللَّهِ، هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ
“Kiamat tidak akan terjadi sampai kaum muslimin berhasil memerangi yahudi. Kamu muslimin memerangi mereka sampai si yahudi sembunyi dibalik batu-batu dan pohon-pohon. Maka batu atau pohon tersebut berkata, ‘Wahai Muslim…Wahai hamba Allah…ini orang yahudi di belakangku, kemarilah bunuhlah dia!.” (HR. Muslim no 451 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu)
Pohon dan batu menunjukkan keberadaan yahudi kepada kaum muslimin dengan panggilan, “Wahai hamba Allah” dengan nama penghambaan kepada Allah dan panggilan “wahai Muslim” dengan nama Islam. Begitu juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ
“Kaum muslimin akan memerangi yahudi”.
Beliau tidak berkata “Orang arab”.
Oleh karena itu aku katakan bahwa selama-lamanya kita tidak akan pernah berhasil membinasakan yahudi dengan isu ‘arab’ kita tidak bisa membinasakan mereka kecuali dengan nama Islam. Siapa saja yang mau, silahkan baca firman Allah Ta’ala,
ولقد كتبنا في الزبور من بعد الذكر أن الأرض يرثها عبادي الصالحون
“Sungguh Kami tulis dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam al dzikr (lauhul mahfudz) bahwa bumi ini diwarisi oleh hamba-hambaKu yang shalih” (QS. Al Anbiya’ 105)
Allah telah menjadikan warisan tersebut untuk hamba-hamba-Nya yang sholih. Dan sesuatu yang keberadaanya tergantung dengan adanya sifat tertentu maka sesuatu tersebut akan terwujud jika sifat tertentu tersebut telah terwujud dan akan hilang dengan sebab hilangnya sifat tertentu tersebut.
Maka tatkala kita menjadi hamba Allah yang shalih maka kita akan mewarisinya dengan segala kemudahan, tanpa kesulitan, tanpa susah payah, tanpa musibah dan tanpa omongan ngalor ngidul yang tiada ujungnya!!!
Kita akan menempatinya dengan pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla dan dengan takdir yang Allah tetapkan untuk kita. Sungguh betapa mudah hal itu bagi Allah!
Kita semua tahu bahwa kaum muslimin tidaklah menguasai Palestina di zaman kejayaan Islam kecuali dengan sebab Islam mereka. Mereka juga tidaklah bisa menaklukkan almadain (ibu kota Persia), ibu kota Romawi dan ibu kota Qibti kecuali dengan Islam.
Untuk itu aku sangat berharap seandainya pemuda Islam benar-benar menyadari dengan kesadaran yang hakiki bahwa kita tidak mungkin menang dengan kemenangan yang mutlak kecuali dengan (mengamalkan) Islam dengan sebenar-benarnya bukan sebatas Islam KTP.
Dan aku katakan –Allah lah Yang Maha Mengetahui-: kita tidak mungkin menguasai kembali bumi syam khususnya negeri Palestina kecuali dengan sesuatu yang membuat menang generasi awal umat ini (zaman Nabi dan para sahabat), dengan kepemimpinan sebagaimana kepemimpinan Umar Ibnul Khaththab radhiallahu’anhu, dengan pasukan sebagaimana tentara Umar bin Khaththab radhiallalahu’anhu, mereka tidaklah berperang kecuali untuk meninggikan kalimat Allah.
Jika terwujud kondisi umat islam seperti ini maka mereka akan bisa memerangi yahudi sampai si yahudi sembunyi dibalik pohon. Lalu pohon tersebut memanggil, “Wahai muslim…wahai hamba Allah…ini ada orang yahudi senbunyi di belakangku. Kemarilah bunuhlah dia!”
Adapun selama manusia menganggap bahwa permusuhan antara kita dengan yahudi ini hanya sebatas permusuhan antar kelompok bangsa maka mereka tidak akan menang selama-lamanya. Karena Allah Ta’ala tidak akan menolong kecuali mereka yang menolong (agama) Allah.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (40) الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
“Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agamaNya) sungguh Allah Maha Kuat lagi Maha perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika kami berikan kedudukan di bumi mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan kepada Allah lah kembali segala urusan” (QS: Hajj 40-41)
Jika kita perhatikan generasi awal umat ini maka kita dapati bahwa mereka mendapatkan kemenangan karena berada di atas tauhid…senantiasa ikhlas (beramal) karena Allah…selalu mengikuti petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wasallam…jauh dari perkara-perkara yang hina…akhlak tercela…dari perbuatan keji dan mungkar serta jauh dari sikap mengekor kepada musuh.
Yang jadi masalah sekarang…tatkala manusia saat ini menganggap bahwa sikap mengekor kepada orang kafir adalah kemuliaan dan kehormatan serta memandang bahwa kembali kepada ajaran Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya adalah bentuk keterbelakangan dan keterpurukan. Persis seperti ucapan orang (musyrikin) dahulu,
وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلاءِ لَضَالُّونَ
“Tatkala mereka melihat (orang-orang beriman) mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya mereka benar-benar orang -orang sesat’” (QS. Al Muthaffifin: 32).
Maka kewajiban kita wahai saudaraku sekalian adalah kembali (kepada Islam). Hendaknya kita membaca dan memperhatikan dengan seksama generasi awal umat ini agar kita bisa mengambil apa-apa yang mereka jalani baik dari sisi berpegang teguh kepada Islam maupun peribadatan (kepada Allah). Saat itulah Allah akan tetapkan pertolongan bagi kita.
Dan telah kukatakan berkali-kali, wajib bagi kita untuk mewaspadai kejelekan jiwa-jiwa kita, keburukan orang-orang kafir, orang-orang munafik serta orang-orang yang mengikuti mereka. Kita meminta kepada Allah agar menetapkan kita sebagai orang yang menolong agamaNya. Dan agar Allah menolong kita dengan sebab tersebut, dan agar Allah menolong agama-Nya dengan sebab kita. Semoga Allah jadikan kita sebagai wali-waliNya, pasukanNya. Sesungguhnya Dia Maha Pemberi dan Maha Pemurah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau serta para sahabat seluruhnya.
***
[Penterjemah: Ummu Fatimah - Muslimah/Kutub Wa Rasail Lilutsaimin 8/117, Tafsir surat Al-Baqarah ayat 47, Makatabah Asy Syamilah]