View Full Version
Kamis, 11 Sep 2014

Ketika Kematian Menjadi Tamu Anda

Penulis : Muhammad Rizki
 
Jika kita mendengar kata “Kematian” maka yang terbayang dibenak kita adalah seonggok jasad yang pucat, tidak memiliki nyawa dan kaku. Dan terbayang juga akan tempatnya yaitu kuburan. Banyak dari kita ketika di ingatkan tentang kematian, merasa takut, dan muncul gairah untuk beramal lebih. Namun tidak sedikit di antara kita yang bertahan atau istiqamah dari ketakutan tersebut. Di antara mereka bersikap acuh tak acuh lagi tentang kematian, ketika di ingatkan lagi, rasa takut yang kemarin muncul sudah terasa menghilang, karena ia tidak terlalu menganggap penting soal kematian, ia tidak terlalu memaknai apa itu kematian. Jika kita berandai, seandainya kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang yang telah mendahului kita di dalam kuburan, tentulah kita bisa merasakan rasa harap dan takut, namun lagi-lagi Allah menguji para hambanya yang mana betul-betul beriman, dan yang beriman setengah-setengah atau tidak sama sekali.
 
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda “Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang yang lima lainnya. Mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu” ( Hr. Al Hakim, shahih )
            
Begitulah nasehat dari Nabi kita tercinta, namun hanya sedikir dari kita yang mau mengambil pelajaran. Sahabatku, bersegeralah dalam kebaikan sebelum malaikat maut datang mencabut nyawamu sehingga tidak ada lagi waktu untukmu untuk beramal, bagi yang amalnya sedikit dan dosanya banyak, tidak ada lagi waktu untuk menyesal, semua itu sudah terlambat.
            
Perihal kematian sangatlah penting untuk selalu kita renungkan, walaupun sudah banyak dari para da’i, para mubaligh ataupun para penulis yang mengkisahkan hal kematian, karena perihal kematian merupakan hal yang sangat penting untuk terus di ingat. Dari Hasan, ia berkata “Ditanya “ Hai Abu Sa’id, tidakkah engkau mencuci bajumu? Dia menjawab “Masalah ini ( kematian ) lebih butuh didahulukan dari yang itu”
Syamith bin Ajlan berkata “Tidak kah kamu tahu bahwa kematian di depanmu? Tidak kah kamu tahu bahwa malaikat maut diberi tugas mencabut ajalmu, tidak ada satu masa pun terlewat darinya. Janganlah kamu paling sedikit menaruh perhatian terhadap kematian, dan paling banyak lalai dari kematian. Makhluk hidup tidak menunggu kecuali kematian!”
            
Sekarang renungkanlah, dimana orang-orang yang dulunya angkuh berjalan diatas bumi? Dimana orang-orang yang dulunya bergelimang dalam harta? Dimana mereka-mereka yang dulunya memegang jabatan tinggi dengan congkak mengotori tanah-tanah bumi? Dimana mereka-mereka para ulama? Dimana mereka para orang-orang shaleh? Tidak lain, mereka menuju ke satu tempat yang sama, yaitu kuburan! Dan kita akan menyusul mereka! Jadi alangkah dungunya seseorang yang lalai bersama orang-orang yang lalai akan kematian, padahal kematian selalu mengintainya! Anda tentu sudah mendengar berita-berita kematian di tempat anda masing-masing, dan tidak jarang kita mendengar seseorang yang kita lihat sehat dan segar bugar, keesokannya meninggal. Tidak jarang juga kita lihat pemuda-pemuda tangguh meninggal dengan cepat.
            
Begitulah, kematian tidak mengenal tempat, waktu dan usia, jika sudah diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seorang hamba, maka tidak ada yang bisa menghalanginya. Apakah kita merasa aman dengan kematian, setiap hari ia selalu mengintai kita, tidak kenal lelah, tidak kenal kaya ataupun miskin, tidak kenal seorang raja ataupun budak, jika memang saat itu ia mati, maka malaikat maut siap mencabut nyawanya. Saya ingin bertanya kepada sahabat, apakah anda dapat menjamin bahwa satu jam kedepan anda masih dapat bernafas? Apakah anda dapat mnejamin besok anda masih bisa melihat matahari terbit? Tentu saya yakin anda menjawab “tidak” jika ada yang menjawab “iya” dipertanyakan keimanannya.
            
Jika kita tahu demikian, kenapa kita masih lalai dalam fatamorgana dunia? Kenapa kita lalai dari mengingat kematian, kenapa kita lupa kepada kematian namun kematian selalu ingat kepada kita. Jika ditanya, apakah anda sudah siap pergi dari dunia ini sekarang? Apa yang akan anda jawab? Kalau saya akan menjawab belum siap, karena saya merasa bekal saya masih sedikit, kalaupun bekal saya sudah banyak, apakah ada yang bisa menjamin bekal tersebut sudah diridhai Allah, sudah diterima Allah?
 
Bisyr bin Manshur berkata kepada Atha’ As Sulaimi “ Wahai Atha’, kenapa engkau bersedih? Beliau menjawab “ Kematian siap menjemputku, kuburan adalah rumahku. Di hari kiamat aku berdiri menghadap, diatas nereka jahannam jalanku meniti shirath, dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat Rabbku kepadaku” kemudian ia mengambil nafas panjang dan tidak sadarkan diri.
 
Hasan Al Bashri berkata “ Selayaknya selalu bersedih orang yang mengetahui bahwa kematian pasti menghampirinya, hari kiamat adalah hari yang ditunggu, dan berada di hadapan Allah adalah peristiwa yang pasti dia lalui di hari kiamat”
            
Saya merenungi apa yang menyebabkan sebagian dari kita lalai dari mengingat kematian. Tentu penyebab utamanya adalah dunia, iya dunia. 
 
Saya merenungi apa yang menyebabkan sebagian dari kita lalai dari mengingat kematian. Tentu penyebab utamanya adalah dunia, iya dunia. Mereka telah dibutakan dengan kemewahan dunia, keindahan isi dunia, seolah-olah mereka akan hidup selamanya. Mereka sibuk mencari harta dunia, lalu menghabiskannya bersama orang-orang lalai yang lainnya, sehingga hati mereka menjadi hati yang keras, tidak peka lagi akan berita-berita kematian. Yang ada di dalam hati mereka adalah dunia, dunia dan dunia.
            
Mereka juga tertipu dengan kesehatan mereka, mereka merasa sehat, dan mereka beranggapan kematian masih lama untuk menghampiri mereka, mereka mengira kematian itu hanya menjemput orang-orang yang sakit-sakitan, tapi lihatlah faktanya, berapa banyak yang hari ini sehat, kemudian mendadak nyawanya melayang. Sekarang kita dengarkan penuturan dari ulama kita Al Imam Ibnul Jauzy , beliau berkata :
 
“ Seakan-akan kamu digerogoti umurmu, diserang penyakit dan hilang segala keinginan dan harapan, apabila kehancuran telah memperlihatkan ketertarikannya.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Penglihatan menjadi kabur, dan suara berhenti. Tidak mungkin mengetahui yang telah hilang tatkala Malaikat Maut turun menjemputmu, lalu mengeluarkan ruh dan membawamu pergi.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Kamu merasakan kepedihan yang begitu hebat, sungguh mengeherankan apa yang kamu hadapi, seakan jamu dicekoki racun hitam sehingga terasa teriris-iris menjadi beberapa bagian.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Ruh telah mencapai kerongkongan, kamu tidak dapar membedakan antara yang luhur dari yang rendah, kamu tidak tahu waktu meninggal apa yang akan kamu jumpai, kita berlindung kepada Allah, kita berlindung dari keburukan.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Kemudian mereka membungkusmu dengan kain kafan dan membawamu kerumah pembusukan, karena aib buruk dan kedunguan, apabila yang dikasihi telah ditelan tanah, kamu akan hancur berkeping-keping dalam kubur.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Para kerabat meninggalkanmu dan pergi berlalu, membagi habis hartamu dan mengadakan jamuan, dan paling-paling mereka hanya bisa meneteskan air matanya rintik-rintik.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Mereka memasang kunci dan berbelanja barang-barang, mereka lupa mengenangmu hal yang dikasihi mereka sesaat setelah itu, sedang kamu tetap disana sampai terjadi kiamat, kamu tidak mendapatkan tempat berlindung dan berteduh.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Kemudian, kamu bangkit dari kuburmu sebagai gembel, yang tidak memiliki harta sepeserpun, kamu dibebani dosa yang mencengangkan, seandainya kamu melakukan kebaikan sekalipun sedikit tentu bisa dijadikan sebagai tempat bersandar dan berlindung.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Matahari  berulang kali terbenam sedang hatimu kosong, berapa kali kegelapan menurunkan tirainya sedang kamu termangu-mangu, berapa banyak kenikmatan diberikan kepadamu namun kamu ikut berperan dalam kemaksiatan, berapa lembar catatan amal dipenuhi dosa-dosamu, berapa kali temanmu yang dirampas ( mati ) mengingatkanmu namun kamu terus bermain-main.
 
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini ( Qaf : 22 )
 
“Hai yang tenang-tenang saja berdiam di dunia, sedang pedati telah dipasang, sadarlah dari mabuk kepayangmu sebelum penyesalanmu terhadap segala kekurangan, ingatlah saat menuruni giliranmu dan terpisah dari kerabat, bangkitlah dari tidur nyenyak, dan katakanlah  “ Saya bertaubat “ lekaslah raih keutamaan-keutamaan sebelum hilang kesempatan, karena kusir memacu dengan cepat, unta-unta tak kenal lelah dan kematian terus mencari.
 
Betapa indah nasehat dari Imam kita tersebut. Maka saat ini bayangkanlah dibenak anda siksa-siksa kubur, bagaimana reaksi anda jika anda tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari malaikat di alam kubur nanti? Bagaimana sikap anda ketika tahu anda ditemani oleh seorang yang buruk rupanya, tidak menyenangkan dan menyiksa akan kehadirannya? Itulah amal buruk anda ketika di dunia. Namun semua itu belum terjadi pada anda, sebelum itu terjadi, maka ubahlah semua kebiasaan buruk kita, sadarlah dan bangkitlah dari ketepurukan. Selalu waspada, kematian akan selalu mengincar. [adivammar/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version