View Full Version
Senin, 27 Oct 2014

Kisah Mualaf yang Ingin Menyempurnakan Separuh Dien

Sahabat VOA-Islam yang Mengharap Ridho Allah SWT...

Namaku Thomas Cartwright, lahir dan besar di kota Kansas, Missouri. Perjalanan keimananku cukup berliku. Dibesarkan dengan dogma trinitas membuatku bingung. Bagaimana mungkin ada tiga dalam satu dan satu dalam tiga? Tuhan yang bisa menjadi manusia tak pernah bisa masuk di akalku. Pertanyaan yang tak juga menemukan jawaban membuatku berpaling ke agama Yahudi bahkan sempat menjadi atheis. Aku  tak percaya dengan adanya tuhan.

Hingga di satu titik aku mendengar satu nama yaitu Islam. Nama Islam adalah kosakata baru untukku. Kata ini kudapat ketika aku bertemu dengan sosok perempuan dengan kain menutupi rambut, telinga dan lehernya yang membuatku penasaran juga. Siapa mereka?

Ternyata inilah yang disebut muslimah atau perempuan dalam Islam. Entah kenapa, aku langsung merasa suka dengan cara mereka berpakaian. Rasanya begitu teduh melihat mereka berpakaian tertutup seperti itu. Inilah momen ketika aku menjadi ingin tahu lebih jauh tentang agama Islam dengan membeli kitab sucinya yaitu Al-Quran

Ternyata inilah yang disebut muslimah atau perempuan dalam Islam. Entah kenapa, aku langsung merasa suka dengan cara mereka berpakaian. Rasanya begitu teduh melihat mereka berpakaian tertutup seperti itu. Inilah momen ketika aku menjadi ingin tahu lebih jauh tentang agama Islam dengan membeli kitab sucinya, Al-Quran. Kulengkapi bacaanku dengan membeli buku tentang keajaiban sains dalam Al-Quran. Selain membaca, aku juga mencari informasi melalui tayangan dokumenter via internet dan video. Banyak informasi negatif yang kuterima tentang terorisme yang dikaitkan dengan agama yang sedang kupelajari ini.

Puncaknya adalah peristiwa 11 September 2001. Semakin orang membenci Islam dan mengaitkannya dengan terorisme, semakin gigih aku mencari tahu tentangnya. Puncaknya adalah ketika usiaku mencapai 24 tahun, aku memutuskan sesuatu yang besar dalam hidupku. Sepuluh tahun lebih aku mempelajari Islam dan aku mantap memilihnya.

13 Januari 2012 adalah hari bersejarah dalam hidupku, yaitu saat aku mengikrarkan dua kalimat syahadat secara legal. Aku dituntun seorang imam dan disaksikan oleh beberapa ‘brothers’ yang ada di masjid saat itu. Usai shalat Isya' di malam itu, resmilah aku sebagai seorang muslim. Kutambahkan nama Youssef di depan nama asliku.

Kembalinya aku pada agama fitrah ini tak lantas membuat masalahku selesai. Keluargaku sempat marah besar. Mereka menginterogasiku dengan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana pendapatku tentang terorisme? Apakah aku mendukung Bin Laden dan Taliban? Kujawab semampuku yang intinya aku tak pernah setuju dengan kebijakan politik Amerika, negara tempatku lahir, besar dan tinggal. Belum lagi pertanyaan tentang kedudukan perempuan dalam Islam yang selalu ditindas. Aku pun berusaha menjelaskan bahwa berhijab itu tidak berarti mereka tertindas. Bila perempuan di negeri  ini boleh memakai bikini, lalu mengapa perempuan tak boleh memakai hijab?

Tak ada kebahagian yang lebih sempurna daripada ketika aku menjadi muslim yang sebenarnya. Dalam agama ini pula, karakterku yang pemalu tak ada yang mengolok-olok

Tak ada kebahagian yang lebih sempurna daripada ketika aku menjadi muslim yang sebenarnya. Dalam agama ini pula, karakterku yang pemalu tak ada yang mengolok-olok. Dulu ketika masih kafir, teman-temanku suka mengejek sifatku yang pemalu ini. Apalagi bila berkaitan dengan lawan jenis, pemaluku menjadi semakin parah. Aku dulu dianggap aneh ketika tak pernah dekat dengan satu perempuan pun. Dalam Islam, ternyata sikap ini adalah lebih baik daripada mengumbar nafsu kepada perempuan yang tak halal bagiku. Betapa aku merasa, Allah menjagaku dan sangat sayang padaku.

Di usiaku yang lebih dari seperempat abad ini, keiginan menikah itu pasti ada. Dengan kondisi Amerika yang mayoritas masyarakatnya tak menutup aurat, cobaan ini terasa kian berat. Ketika kutanya pada salah satu ‘brother’ di masjid, mereka memberiku solusi untuk berpuasa agar hawa nafsuku terkendali. Aku pun meminta bantuan pada imam di masjid lokal untuk mencarikanku istri. Sayangnya, Imam tersebut terlalu sibuk sehingga belum bisa membantuku. Mungkin sebaiknya aku mulai mencari pasangan hidupku via website saja, muslim matrimoni. Apa pun itu, aku ingin apa yang kulakukan ini mendapat ridho-Nya semata. Insya Allah. [riafariana/may/voa-islam.com]

Link video syahadat Youssef Thomas Cartwright: http://www.youtube.com/watch?v=0S4bq4K5tlw


latestnews

View Full Version